Kondisi Umum di Daerah Penelitian

2.7 Kondisi Umum di Daerah Penelitian

Posisi geografis Indonesia sangat unik, berada di daerah tropis dalam posisi yang menyilang antara dua benua yaitu : Asia dan Australia dan dua Samudera yaitu : Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Posisi di titik silang ini menyebabkan kondisi laut di Indonesia sangat dipengaruhi oleh kondisi- kondisi yang berkembang di kedua benua dan di kedua samudera tersebut. Pola angin yang sangat berperan di Indonesia adalah angin muson Monsoon. Angin muson bertiup secara mantap ke arah tertentu pada satu periode, sedangkan pada satu periode lainnya angin bertiup secara mantap pula dengan arah yang berlawanan. Nontji 1993 menyatakan bahwa di Indonesia terbagi menjadi empat musim yaitu : • Angin Musim Barat terjadi pada Bulan Desember – Pebruari dengan angin bertiup dari utara melintasi katulistiwa. Di Indonesia musim hujan. • Musim Peralihan I terjadi bulan Maret - Mei. Angin lemah dan hujan menurun di Indonesia • Angin Musim Timur terjadi pada Bulan Juni – Agustus. Angin dari Selatan dan Indonesia musim kemarau. • Peralihan II terjadi musim September – Nopember. Sadhotomo 2006 menjelaskan bahwa pada bulan Desember hingga Februari matahari berada di belahan bumi selatan BBS, tekanan udara di benua Australia rendah dan sebaliknya di benua Asia tekanan udara tinggi sehingga angin bertiup dari belahan bumi utara BBU menuju belahan bumi selatan. Akibat gaya koriolis di BBU angin dibelokkan ke kanan sehingga di wilayah Indonesia bagian utara ekuator angin ini bergerak dari timur laut. Setelah melewati ekuator di BBS, angin bergerak dari barat laut muson barat laut sehingga di BBS sering disebut sebagai musim barat. Sebaliknya terjadi pada bulan Juni-September, tekanan udara di Benua Australia tinggi dan di Benua Asia rendah sehinga angin tenggara muson tenggara berhembus dari BBS melawati Laut Jawa yang sering disebut sebagai musim timur. Konsekuensi dari pertukaran muson secara jelas mempengaruhi periode pertukaran parameter-parameter atmosferik di Laut Jawa. Selama muson barat laut Nopember-Februari angin umumnya datang dari barat laut di Laut Jawa menuju tenggara dengan udara yang lembab dari Lautan Hindia. Melihat frekuensi kejadian dan arahnya, komponen angin timur dan tenggara selama muson tenggara lebih besar dari barat dan barat laut selama musim yang berlawanan. Selama Musim Peralihan Maret-Mei dan Oktober- Nopember, arah angin kelihatan lebih bervariasi sebagai indikasi dari angin lokal yang berhembus dari dan menuju daratan. Kelihatannya angin lokal terjadi karena perbedaan tekanan udara di atas laut dan darat, kadang-kadang lebih penting peranannya dari angin muson. Seperti penyataan Durand dan Petit 1995, angin daratan dapat memegang peranan penting sebagai pengatur arus selama musim pancaroba dan muson barat laut Gambar 8. Gambar 8. Arah angin muson selama Januari dan Juli Fieux, 1987 in Sadhotomo,2006 Pergerakan arus juga diatur oleh angin muson, umumnya angin yang menggerakkan arus menunjukkan pergerakan permukaan massa air saja. Hal ini digambarkan oleh Wyrtki 1961. Bulan Januari yang mewakili Musim Barat, bulan April yang mewakili Musim Peralihan I, bulan Juli mewakili Musim Timur dan bulan Oktober yang mewakili Musim Peralihan II Gambar 9 . JANUARI JULI [F e b ru a ry ] 5 ° 0 ° -5 ° -1 0 ° 9 5 ° 1 0 0 ° 1 0 5 ° 1 1 0 ° 1 1 5 ° 1 2 0 ° 1 2 5 ° 1 3 0 ° 1 3 5 ° 1 4 0 ° 95° 100° 105° 110° 115° 120° 125° 130° 135° 140° -10° -5° 0° 5° [ A p r i l ] 9 5 ° 1 0 0 ° 1 0 5 ° 1 1 0 ° 1 1 5 ° 1 2 0 ° 1 2 5 ° 1 3 0 ° 1 3 5 ° 1 4 0 ° - 1 0 ° - 5 ° 0 ° 5 ° [ J u n e ] [October] 9 5 ° 1 0 0 ° 1 0 5 ° 1 1 0 ° 1 1 5 ° 1 2 0 ° 1 2 5 ° 1 3 0 ° 1 3 5 ° 1 4 0 ° -1 0 ° -5 ° 0 ° 5 ° C L e g e n d : c = c o n v e r g e n t a r e a C u r r e n t v e lo c it y : 1 2 c m s e c 2 5 c m s e c 3 8 c m s e c 5 0 c m s e c 7 5 c m s e c 1 0 0 c m s e c Gambar 9 . Pergerakan arus permukaan di perairan Indonesia Wyrtki, 1961 Pengamatan arus di perairan Laut Jawa digambarkan sebagai berikut: bulan-bulan Desember, Januari dan Pebruari adalah musim dingin di belahan bumi bagian utara dan musim panas di belahan bumi bagan selatan. Pada saat itulah terjadi pusat tekanan tinggi di atas daratan Asia dan pusat tekanan rendah di daratan Australia. Pada bulan-bulan ini arus musim bergerak dari Laut Cina Selatan menuju Laut Jawa dan Laut Flores. Pada musim ini terjadi banyak hujan di berbagai wilayah Indonesia bagian barat, sehingga terjadi banyak pengenceran salinitas yang diakibatkan oleh banyaknya hujan dan sungai-sungai yang bermuara di Laut Cina dan Laut Jawa. Pada bulan Juni, Juli dan Agustus terjadi arus yang sebaliknya, dimana arus yang berasal dari Laut Flores masuk ke perairan laut Jawa, arus ini membawa massa air yang bersalinitas tinggi. Air yang bersalinitas tinggi ini mendorong air yang bersalinitas rendah kembali ke barat. Akibatnya isohalin 33 o menyusup masuk hingga ke tengah Laut Jawa yaitu di utara Semarang. Adapun pergerakan arus di Selat Makasar menunjukkan sepanjang tahun arus bergerak dari Laut Sulawesi masuk ke Selat Makasar. Meski pada Musim Timur arus dari Laut Flores masuk ke selat namun tidak signifikan pengaruhnya. Purwandani 2001 berdasarkan data salinitas dari JODC Japan Oceanographic Data Center dan data Suhu dari NODC National Oceanographic Data Center menggambarkan pergerakan arus, dan penyebaran suhu dan salinitas permukaan di daerah penelitian. Pada Gambar 9 ditunjukkan kondisi arus dan suhu perairan Laut Jawa. Pada Musim Barat Januari, massa air yang berasal dari Laut Cina Selatan memasuki Laut Jawa dan bergerak ke arah timur dengan kecepatan arus cukup besar berkisar hingga 1- 4 mdt dan suhu bervariasi berkisar 27,00 -29,00 o C. Terlihat massa air dengan suhu dingin warna biru mendorong massa air yang hangat di tengah perairan utara Semarang. Suhu Musim Peralihan I April, terjadi perubahan dimana arus bergerak tidak menentu arah, namun demikian kondisi perairan lebih tenang dengan melihat kecepatan arus yang lebih kecil dibandingkan Musim barat yaitu dengan kecepatan arus berkisar 1,00-2,00 mdt dan suhu pada umumnya mulai lebih hangat yaitu berkisar 29,00-30,00 o C, namun di selatan Kalimantan hingga ke tengah perairan memiliki suhu lebih dingin yaitu berkisar 27,00 o C. Musim Timur Juli terlihat massa air dari Laut Flores bergerak memasuki Laut Jawa. Pada musim ini kecepatan arus mulai meningkat, arus bergerak ke barat dengan kecepatan mencapai 5,00 mdt. Massa air ini lebih dingin dengan suhu berkisar 28,00-29,00 o C, dan massa air dingin ini akan mendorong air hangat ke barat menyusuri Pantai Kalimantan. Musim Peralihan II Oktober, arus bergerak tidak menentu dengan kecepatan arus yang lebih kecil dibandingkan Musim Timur. Suhu perairan berkisar 28,00-29,00 o C, dimana di selatan Kalimantan lebih dingin dibandingkan di utara Pantai Jawa Gambar 10. Gambar 11 menggambarkan sebaran suhu dan arus di Selat Makasar. Pada umumnya sepanjang tahun di Selat Makasar, arus bergerak menuju ke arah bawah selatan. Namun pada musim-musim tertentu terlihat massa air dari Laut Jawa maupun Laut Flores memasuki selat dan bercampur di tengah selat. Bulan Januari penyebaran arus dan suhu di perairan Selat Makasar tidak berbeda dengan kondisi di perairan Laut Jawa, dimana arus bergerak memasuki Selat Makasar dan bertemu dengan massa air dari Laut Sulawesi, dengan kecepatan arus mencapai 4,00 mdt. Suhu pada bagian atas dan bawah selat lebih dingin dibandingan di tengah selat, suhu berkisar dari 28,00-29,00 o C. Pada bulan April arus bergerak tidak menentu namun didominasi oleh massa air dari Laut Sulawesi, dimana kecepatan yang lebih rendah dibandingkan bulan Januari yaitu berkisar 1-3 mdt, dan suhu lebih hangat berkisar 28,50 – 30,00 o C menyebar di seluruh perairan. Suhu di tengah-tengah selat lebih hangat hal ini disebabkan oleh masuknya air sungai yang bermuara di pantai Kalimantan. Saat bulan Juli massa air dari Laut Sulawesi turun ke bawah bercampur dengan massa air dari Laut Flores bergerak menuju barat. Massa air dari Laut Sulawesi lebih hangat dibandingkan dari Laut Flores. Kecepatan arus meningkat dan suhu di bagian bawah selat mencapai hingga 26,00 o C. Arus pada bulan Oktober berubah arah tidak menentu dengan kecepatan 2,00 - 4,00 mdt dan suhu kembali menghangat hingga 30 o C meskipun masih dapat ditemui suhu rendah 26,00 o C di kaki Pulau Sulawesi. Gambar 10. Arus dan suhu permukaan pada empat musim di perairan Laut Jawa Purwandani, 2001 Gambar 11. Arus dan suhu permukaan pada empat musim di perairan Selat Makasar Purwandani, 2001 Gambar 12 dan 13 adalah gambaran sebaran salinitas di Perairan Jawa dan Selat Makasar. Sebaran salinitas di perairan Laut Jawa pada Musim Barat terlihat berkisar 31,00 – 33,00 psu, dimana massa air dari Laut Cina Selatan yang memiliki salinitas tinggi terlihat memasuki perairan Laut Jawa, di tengah perairan Laut Jawa terlihat massa air lebih encer, hal ini diakibatkan oleh pengenceran air hujan dan sungai-sungai yang bermuara di Laut Jawa. Saat Musim peralihan I, massa air dari Laut Cina Selatan semakin jauh memasuki perairan Laut Jawa hingga di atas kota Semarang, namun secara umum sebaran salinitas lebih encer semakin terdorong ke arah timur hingga di Selat Makasar yaitu berkisar 31,00-32,00 psu. Musim Timur kondisi salinitas tinggi mendorong massa air ke arah barat, dimana di Selat Makasar berkisar 34,00 psu sedangkan di Laut Jawa dan sekitarnya 33,5 psu dan di perairan Belitung masih berkisar 33,00 psu. Massa air ini berasal dari Laut Flores yang masuk ke perairan Laut Jawa. Massa air yang bersalinitas tinggi ini akan mendorong massa air bersalinitas rendah ke arah barat. Musim Peralihan II, salinitas berkisar 34,00 psu di Laut Jawa maupun Selat Makasar. Namun di Selat Makasar terdapat lokasi yang tidak ada datanya kosong dan di perairan Belitung berkisar 33,50 psu. Penyebaran salinitas di Selat Makasar tidak jauh berbeda dengan Laut Jawa. Pada Musim Barat, massa air dari Laut Sulawesi yang memiliki salinitas 33,00 psu memasuki perairan Selat Makasar, semakin ke arah selatan maka salinitas semakin rendah. Hal ini disebabkan adanya pengenceran akibat pasokan air tawar dari sungai-sungai yang bermuara di pantai Timur Kalimantan. Pada Bulan Juni hingga Agustus, terjadi musim kemarau pada wilayah Indonesia sehingga pengenceran sudah banyak berkurang. Air bersalinitas tinggi lebih dari 34,00 psu yang berasal dari Laut Sulawesi akan masuk ke Selat Makasar, hal ini diakibatkan banyak penguapan pada permukaan perairan. Nontji 1993 menyatakan bahwa nilai rata-rata tahunan yang terendah ditemukan di Selat Makasar, yaitu 30,00 o . Hal ini disebabkan banyak sekali pengenceran dari sungai-sungai Kalimantan dan Malaysia. Gambar 12. Sebaran salinitas pada empat musim di perairan Laut Jawa Purwandani, 2001 Gambar 13. Salinitas permukaan pada empat musim di perairan Selat Makasar Purwandani, 2001

3. TEORI PANTULAN DASAR PERAIRAN