Hidrograf Aliran Pengamatan Hidrograf Aliran HEC-HMS

17 pada saat kalibrasi. Nilai awal yang digunakan adalah 0,8. Selain perhitungan hujan efektif, SCS juga mengembangkan hidrograf satuan sintetik yang didasarkan atas hidrograf tak berdimensi dimensionless. Dalam HEC-HMS, metode SCS hanya memerlukan paramater time lag sebagai masukan. Berdasarkan hasil perhitungan, time lag SCS rata-rata tiap subDAS sebesar 1,9 jam. Metode hidrograf satuan Clark memerlukan waktu konsentrasi T c dan koefisien simpanan R sebagai parameter masukan. Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan gelombang air untuk mengalir dari titik terjauh dalam DAS menuju outlet, atau disebut juga waktu ekuilibrium dimana aliran keluar sama dengan aliran yang masuk ke dalam DAS. Berdasarkan persamaan waktu konsentrasi menurut Johnston Cross 1949, dalam USACE 2000, nilai T c rata-rata tiap subDAS diperoleh sebesar 3,8 jam. Parameter R dapat dihitung sebagai aliran di titik inflection point pada bagian falling limb dari suatu hidrograf dibagi dengan fungsi waktu terhadap aliran. Berdasarkan hidrograf aliran dari stasiun debit Katulampa, didapatkan rata-rata R sebesar 3,38. Nilai R pada masing- masing subdas diasumsikan proporsional dengan luas tiap subdas. Tabel 5.5 Nilai parameter direct runoff model pada masing-masing subDAS Snyder SCS Clark SubDAS Tlag jam Cp Tlag jam Tc jam R Cibogo 3,01 0,8 1,34 3,17 0,29 Ciesek 3,45 0,8 1,64 3,80 0,58 Cisarua 3,75 0,8 2,62 4,09 0,53 Cisukabirus 3,44 0,8 1,78 3,70 0,39 Ciseuseupan 3,27 0,8 2,12 4,15 0,51 Tugu 3,66 0,8 1,92 4,24 1,09 Hasil perhitungan 3 Baseflow Model Parameter aliran dasar awal, konstanta resesi dan aliran threshold pada baseflow model, ditentukan berdasarkan hidrograf aliran pengamatan dari SPAS Katulampa. Kontribusi aliran dasar dan konstanta resesi pada masing- masing subDAS diasumsikan proporsional dengan luas tiap subDAS. Persamaan yang digunakan untuk konstanta resesi, k adalah: ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − = t Q Q k o t ln ln exp dengan Q t adalah aliran dasar pada periode t, dan Q o adalah aliran dasar awal pada t=0. Dari hidrograf pengamatan Katulampa pada kejadian hujan terpilih, didapatkan nilai k rata- rata sebesar 0,96. Aliran threshold merupakan aliran saat dimulainya kurva resesi pada sisi yang menurun dari sebuah hidrograf. Pada HEC- HMS, aliran threshold ditetapkan sebagai perbandingan terhadap aliran puncak ratio to peak. Ratio to peak dari hidrograf pengamatan Katulampa berkisar antara 0,18 sampai 0,69 dengan rata-rata sebesar 0,38. 4 Routing Model Perhitungan rambatan gelombang aliran sungai routing dalam HEC-HMS dituangkan pada routing model channel flow model. Penelitian ini menggunakan metode Muskingum. Parameter yang diperlukan adalah travel time dan faktor pembobot. Travel time k atau waktu tempuh aliran dari titik inlet sampai outlet, ditentukan melalui hubungan antara kecepatan aliran dengan panjang sungai. Berdasarkan konfigurasi DAS Ciliwung bagian hulu, proses routing terbagi menjadi 4 elemen atau reach, yaitu R-1, R-2, R-3 dan R- 4. Keempat elemen tersebut berada pada satu subDAS Ciseuseupan. Menurut penelitian Irianto 2000, rata-rata lebar atas permukaan saluran subDAS Ciseuseupan sebesar 24,3 m. Slope rating curve di SPAS Katulampa diketahui sebesar 30,35 sehingga kecepatan aliran untuk keempat reach diperkirakan sebesar 1,25 ms. Berdasarkan data tersebut, parameter k untuk R-1, R-2, R-3 dan R-4 berturut-turut adalah 0,4, 0,29, 0,23 dan 0,98 jam. Faktor pembobot x dalam metode Muskingum berkisar antara 0 sampai 0,5 dengan rata-rata 0,2 untuk aliran alami. Pada penelitian, penentuan nilai x diperoleh dari hasil trial-error pada saat kalibrasi, dengan menggunakan nilai rata-rata sebagai nilai masukan awal.

5.4 Hidrograf Aliran Pengamatan

Hidrograf aliran pengamatan diperoleh dari data tinggi muka air dengan menggunakan persamaan regresi atau lengkung kalibrasi. Penelitian ini menggunakan data tinggi muka air dari stasiun pengamat arus sungai SPAS Katulampa. Persamaan regresi yang dipakai oleh Proyek Pengendalian Banjir dan Pengamanan Pantai Ciliwung–Cisadane untuk SPAS Katulampa adalah sebagai berikut: 18 911 , 1 14 , 984 , 28 − = TMA Q Atau dalam bentuk regresi linier: 839 , 10 347 , 30 − = TMA Q dimana, Q adalah debit aliran m 3 detik dan TMA adalah tinggi muka air m. Hidroraf aliran pengamatan ini diperlukan untuk kalibrasi. Parameter hidrograf aliran yang diukur dalam penelitian adalah debit puncak Qp volume aliran puncak Vp dan waktu mencapai puncak Tp. Nilai ketiga parameter tersebut dari hidrograf pengamatan SPAS Katulampa tertera pada Tabel 5.6. Tabel 5.6 Parameter hidrograf pengamatan Katulampa pada kasus kejadian hujan terpilih Tgl CH Wilayah mm Qp m 3 s Vp 1000m 3 Tp jam 10 1 20,58 31,24 1130,18 3 181 44,43 53,64 1779,19 3 92 23,55 36,61 1191,76 2,5 183 16,26 16,30 1199,57 3 275 15,72 18,92 949,07 3 147 19,15 17,16 551,99 3 169 18,39 29,54 877,88 3 3011 22,77 19,38 963,23 3 1412 17,77 20,77 994,64 2 Hasil perhitungan, data dari Proyek Pengendalian Banjir dan Pengamanan Pantai Ciliwung-Cisadane 2004

5.5 Hidrograf Aliran HEC-HMS

Terdapat tiga jenis hidrograf aliran HEC- HMS yang dihitung dalam penelitian, yaitu hidrograf aliran Snyder, SCS dan Clark. Untuk mendapakan hidrograf aliran hasil model diperlukan data-data sebagai berikut: 1. Data curah hujan harian sesaat minimal dari satu titik pengamatan. Dalam penelitian ini digunakan data curah hujan per 30 menit dari Stasiun Gadog dan Gunung Mas. Sebagai tambahannya adalah data curah hujan kumulatif harian dari Stasiun Cilember dan Citeko. 2. Bobot luas subDAS yang diwakili tiap stasiun curah hujan. Dalam penelitian ini, bobot dihitung berdasarkan metode poligon Thiessen. 3. Luas wilayah masing-masing subDAS. 4. Semua parameter yang terdapat dalam basin model, meliputi loss, direct runoff, serta channel flow model. 5. Control specification, yaitu input waktu hari dan jam kapan dimulai dan berakhirnya eksekusi running dari program, termasuk interval waktu yang digunakan. Interval waktu atau biasa disebut computation step menentukan resolusi hasil model yang dihitung selama proses running berdasarkan interpolasi linier. Penelitian ini menggunakan resolusi 30 menit untuk setiap kasus kejadian hujan terpilih. 6. Untuk keperluan kalibrasi, diperlukan data debit aliran sesaat minimal dari satu titik pengamatan. Dalam penelitian ini digunakan data debit aliran per jam dari stasiun Katulampa. Dari data masukan diatas, hidrograf aliran HEC-HMS dari metode hidrograf satuan Snyder, SCS dan Clark dapat diketahui Lampiran 7. Hampir semua hidrograf hasil HEC-HMS menghasilkan aliran yang lebih tinggi dari hidrograf pengamatan. Ini terlihat dari parameter debit puncak, volume puncak dan waktu mencapai puncak yang cukup berbeda dibandingkan nilai pengamatannya. Perbedaan kemungkinan disebabkan oleh ketidaktepatan nilai parameter yang digunakan sebagai data masukan model. Untuk itu diperlukan adanya kalibrasi agar hasil yang diberikan model lebih baik atau mendekati nilai pengamatan. HEC-HMS menyediakan fitur optimization manager yang berguna untuk mengestimasi semua nilai parameter secara otomatis. Untuk melakukannya diperlukan data debit hasil pengamatan. Metode yang digunakan dalam HEC-HMS adalah objective functions dan search methods. Nilai parameter kalibrasi dalam penelitian ini menggunakan kriteria peak weighted RMS error objective function dengan algoritma univariate gradient Lampiran 8. Hidrograf aliran HEC-HMS menggunakan parameter terkalibrasi ditunjukkan pada Lampiran 9. Parameter Q p , V p dan T p dari hidrograf HEC-HMS berdasarkan parameter masukan awal dan parameter hasil kalibrasi, dengan nilai pengamatannya ditunjukkan pada Lampiran 10. Perbedaan cukup signifikan didapat dari hidrograf aliran hasil model setelah dikalibrasi. Dari 9 kasus kejadian hujan terpilih, didapatkan nilai Q p terbesar 102,23 m 3 s pada metode Clark, dan terkecil 16,83 m 3 s pada metode Snyder. Nilai V p terbesar juga dihasilkan hidrograf Clark, yaitu 3.172.630 m 3 dan terkecil 699.190 m 3 pada metode Snyder. Nilai T p pada hidrograf aliran model berkisar antara 3-6,5 jam. 19

5.6 Pengujian Model