Bilangan Kurva dan Impervious Area

14 Tabel 4.5 Parameter morfometri DAS Ciliwung bagian hulu SubDAS Luas Ha L ms km L c km aws h 10 m h 85 m ars Cibogo 1270,1 6,81 5,78 7,37 532 904 5,46 Ciesek 2514,7 11,15 7,06 11,81 458 1244 7,05 Cisarua 2297,9 13,10 9,11 15,63 591 1540 7,24 Cisukabirus 1704,0 10,98 8,33 16,29 491 1327 7,61 Ciseuseupan 2212,0 8,51 5,08 5,11 354 591 2,90 Tugu 4780,7 11,58 8,39 12,30 598 1169 4,93 Hasil perhitungan Dimana, S n-1n = kemiringan rata-rata antara dua garis kontur n-1 dan n yang saling berdekatan dalam mm, A n-1n = luas areal antara dua garis kontur n-1 dan n dalam m 2 , A = Luas subDAS dalam m 2 . Kemiringan sungai rata-rata dihitung dengan metode faktor kemiringan 85-10 the 85-10 slope factor method, yaitu kemiringan antara 10 sampai 85 jarak sungai yang diukur dari keluarannya Seyhan 1977. Persamaan yang digunakan adalah: ms L h h ars 75 , 10 85 − = dengan h 85 adalah ketinggian pada 85 jarak sungai dalam meter, dan h 10 adalah ketinggian pada 10 jarak sungai dalam meter.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Presipitasi

Data curah hujan dan tinggi muka air yang keduanya diperoleh dari pencatatan secara otomatis dipilih berdasarkan pada ketentuan bahwa hidrograf yang terjadi mempunyai puncak tunggal. Dari data curah hujan dan tinggi muka air yang dikumpulkan Proyek Pengendalian Banjir dan Pengamanan Pantai Ciliwung–Cisadane, terpilih sebanyak 9 kasus kejadian berpasangan selama tahun 2004. Curah hujan kumulatif dengan selang waktu 30 menit dan waktu kejadiannya tertera pada Lampiran 4. Metode analisis presipitasi yang digunakan sebagai salah satu masukan HEC-HMS adalah metode user gage weights, yaitu menentukan bobot curah hujan untuk setiap satu titik pengamatan sebagai dasar perhitungan curah hujan wilayah. Bobot curah hujan wilayah dalam penelitian ini dihitung berdasarkan poligon Thiessen. Hasil perhitungan bobot poligon Thiessen pada masing-masing subDAS ditunjukkan pada Tabel 5.1. Tabel 5.1 Bobot poligon Thiessen pada masing-masing subDAS di DAS Ciliwung bagian hulu Bobot Tiap Stasiun SubDAS Cilember Citeko Gadog Gunung Mas Cibogo 0,23 0,69 0,08 - Ciesek 0,75 - 0,15 0,10 Cisarua 0,15 0,61 - 0,24 Cisukabirus 0,07 0,82 0,11 - Ciseuseupan 0,08 0,07 0,85 - Tugu 0,13 0,03 - 0,84 Hasil perhitungan

5.2 Bilangan Kurva dan Impervious Area

SCS Soil Conservation Service telah mengembangkan indeks yang disebut run off curve number, atau yang lebih dikenal dengan bilangan kurva CN. Bilangan ini menyatakan pengaruh hidrologi bersama antara tanah, penggunaan lahan, perlakuan terhadap tanah, keadaan hidrologi, dan kandungan air sebelumnya terhadap pendugaan volume aliran permukaan. Penggunaan lahan di DAS Ciliwung bagian hulu dibagi dalam lima jenis penggunaan lahan yaitu hutan, tegalan, kebun, sawah dan pemukiman. Kemudian Fakhrudin 2003 mengklasifikasikan penggunaan lahan tersebut berdasarkan klasifikasi U.S Soil Conservation Service 1971 sehingga didapatkan pengelompokan sebagai berikut: 1. Hutan pinus dan hutan rakyat diklasifikasi kedalam hutan kondisi hidrologi buruk. 15 Tabel 5.2 Total curah hujan 5 hari sebelum kejadian hujan terpilih di DAS Ciliwung bagian hulu Curah Hujan mm SubDAS 10 1 181 92 183 275 147 169 3011 1412 Cibogo 46 43 60 78 37 26 42 66 108 Ciesek 77 14 74 70 76 55 68 22 183 Cisarua 30 56 50 69 25 29 32 69 111 Cisukabirus 43 50 57 80 29 22 31 74 88 Ciseuseupan 170 65 147 164 112 82 43 97 193 Tugu 25 68 41 47 22 56 13 51 149 Hasil perhitungan, data dari Proyek Pengendalian Banjir dan Pengamanan Pantai Ciliwung-Cisadane 2004 2. Kebun atau kebun campuran yang ditanami nangka, mangga, kelapa, bambu, kaliandra, lamtoro dan sejenisnya diklasifikasikan ke dalam leguminosa ditanam rapat atau pergiliran tanaman padang rumput menurut kontur dan berkondisi hidrologi buruk. 3. Pemukiman DAS Ciliwung bagian hulu disetarakan dengan pemukiman yang rata- rata kedap air 65. 4. Sawah berteras menurut kontur diklasifikasikan ke dalam padi-padian berteras baik. 5. Tegalan dengan tanaman semusim yang ditanami jagung, singkong, padi gogo diklasifikasikan ke dalam tanaman semusim menurut lereng dengan kondisi buruk. Kondisi hidrologi tanah ditunjukkan berdasarkan pembagian kelompok hidrologi tanah HSG yang ditentukan dari jenis tanah. Berdasarkan peta tanah semi detail 1992, kelompok hidrologi tanah di DAS Ciliwung bagian hulu ditentukan dengan mengikuti pengelompokkan menurut Fakhrudin 2003. Kondisi kandungan air tanah KAT sebelumnya ditentukan berdasarkan jumlah curah hujan pada lima hari sebelum kasus kejadian hujan terpilih Tabel 5.2 dan dianggap berlangsung pada musim tumbuh. Nilai bilangan kurva pada masing-masing subDAS dihitung berdasarkan bobot luas setiap bentuk penggunaan lahan menurut kelompok hidrologi tanahnya. Berdasarkan hasil perhitungan, rata-rata bilangan kurva di DAS Ciliwung bagian hulu pada tahun 2004 sebesar 72,14 pada kondisi rata-rata atau KAT II. Selain bilangan kurva, luas daerah impervious juga mempengaruhi volume limpasan dari suatu DAS. Berdasarkan faktor imperviousness pada Tabel 3.4, DAS Ciliwung bagian hulu memiliki luas wilayah impervious sebesar 10,3 atau sekitar 15,24 km 2 . Tabel 5.3 menunjukkan nilai bilangan kurva dan imperviousness pada tiap subDAS di DAS Ciliwung bagian hulu pada kondisi KAT I, II dan III. Tabel 5.3 Nilai bilangan kurva dan imperviousness tiap SubDAS di DAS Ciliwung bagian hulu tahun 2004 SubDAS CN I CN II CN III Imp Cibogo 68,06 83,53 92,11 12,73 Ciesek 59,97 78,11 89,14 10,78 Cisarua 41,35 62,67 79,43 10,60 Cisukabirus 41,71 63,01 79,67 8,50 Ciseuseupan 64,78 81,41 90,97 12,41 Tugu 48,88 69,48 83,96 8,96 Hasil perhitungan

5.3 Penyusunan Basin Model