Model HEC-HMS TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus Hidrologi

4

2.8 Aliran Dasar

Aliran dasar baseflow merupakan aliran air di sungai pada saat tidak terjadi limpasan. Aliran dasar terjadi akibat limpasan yang berasal dari kejadian presipitasi terdahulu yang tersimpan secara temporer dalam suatu DAS, ditambah dengan limpasan subpermukaan yang tertunda dari suatu kejadian hujan. Pemisahan aliran dasar dari total limpasan diperlukan untuk menghitung aliran langsung yang nantinya dipakai untuk membuat hidrograf satuan. Pemisahan aliran dasar dari total limpasan didasarkan pada analisis terhadap kurva resesi recession curve. Pada umumnya kurva resesi diekspresikan dalam bentuk persamaan eksponensial USACE 2000: t o t k Q Q = dimana, Q t adalah debit pada periode waktu t, Q o adalah debit awal pada t=0, dan k adalah konstanta resesi.

2.9 Penelusuran Banjir

Penelusuran banjir routing digunakan untuk memprediksi variasi temporal dan spasial dari suatu gelombang banjir yang merambat sepanjang aliran sungai ataupun reservoir, atau bisa juga digunakan untuk memprediksi aliran outflow hidrograf dari suatu DAS berdasarkan input curah hujan. Teknik penelusuran banjir secara umum dapat diklasifikasi menjadi dua kategori: penulusuran banjir hidrologis dan penelusuran banjir hidrolik Viessman et al 1977. Penulusuran banjir secara hidrologis dibangun berdasarkan persamaan kontinuitas dengan beberapa analisis dan asumsi mengenai hubungan antara simpanan dengan alirannya di dalam sistem. Penelusuran banjir secara hidrolik lebih kompleks dan lebih akurat dibandingkan secara hidrologis, karena menggabungkan persamaan kontinuitas dan persamaan momentum untuk aliran tak jenuh pada saluran terbuka. Bentuk persamaan diferensial dari aliran tak jenuh tersebut biasanya dipecahkan dengan metode numerik, baik secara implisit maupun eksplisit dengan bantuan program komputer. Metode yang paling umum digunakan untuk penulusuran banjir hidrologis adalah metode Muskingum yang dikembangkan oleh Mc Carthy 1938, berdasarkan persamaan kontinuitas dan hubungannya dengan simpanan yang bergantung pada inflow dan outflow. Simpanan dalam saluran pada periode waktu tertentu diekspresikan dalam bentuk persamaan Chow 1959: [ ] n m n m n m a O x xI b S 1 − + = Metode Muskingum mengasumsikan nilai 1 = n m dan k a b = , sehingga menghasilkan bentuk linier: [ ] O x xI K S 1 − + = dimana, K adalah waktu tempuh travel time, dan x adalah faktor pembobot, nilainya berkisar antara 0–0,5. Bentuk persamaan Muskingum adalah: 1 2 1 1 2 2 O C I C I C O + + = dimana, D t Kx C Δ + − = 5 , D t Kx C Δ + = 5 , 1 D t Kx K C Δ − − = 5 , 2 t Kx K D Δ + − = 5 , Dengan mengetahui nilai parameter K, x, dan Δt, nilai-nilai koefisien C , C 1 dan C 2 dapat segera ditentukan.

2.10 Model HEC-HMS

HEC-HMS merupakan salah satu program pemodelan sistem hidrologi yang dimiliki US Army Corps of Engineers USACE yang dibangun oleh Hydrologic Engineering Center HEC sebagai pengganti dari program HEC-1. Dengan beberapa kemampuan tambahan serta tampilan graphical user interface menjadikan HEC-HMS lebih memiliki keunggulan dibandingkan program terdahulunya tersebut. HEC-HMS didesain untuk mensimulasi respon limpasan permukaan dari suatu DAS akibat input curah hujan dengan merepresentasikan DAS sebagai suatu sistem hidrologi dengan komponen-komponen hidrolika yang saling berhubungan topologic tree diagram. Setiap komponen memodelkan suatu aspek dari proses hujan-limpasan untuk suatu subDAS dari keseluruhan DAS. Hasil luaran program adalah perhitungan hidrograf aliran sungai pada lokasi yang dikehendaki dalam DAS USACE 2000. 5 Dalam HEC-HMS, proses hujan-limpasan yang terjadi dalam suatu DAS dibagi menjadi enam komponen utama Gambar 2.3: • Komponen meteorologi • Komponen loss • Komponen direct runoff limpasan langsung • Komponen baseflow aliran dasar • Komponen routing penelusuran banjir • Komponen reservoir Perhitungan pertama dilakukan pada komponen meteorologi. Pada komponen ini, analisis meteorologi dilakukan terhadap data presipitasi, dimana diupayakan agar curah hujan terdistribusi ke seluruh DAS secara spasial dengan cara interpolasi, ekstrapolasi dan temporal pengisian data yang tidak terukur, pembangkit data presipitasi hipotesis. Curah hujan yang terdistribusi spasial dan temporal akan jatuh baik pada pemukaan pervious maupun impervious. Sebagian hujan yang jatuh pada permukaan pervious akan hilang akibat intersepsi, infiltrasi, evaporasi dan transpirasi, yang dimodelkan dalam komponen loss. Curah hujan efektif yang berasal dari komponen loss akan berkontribusi terhadap aliran limpasan langsung dan aliran airbumi dalam akuifer. Curah hujan yang jatuh pada permukaan impervious akan langsung menjadi limpasan tanpa mengalami berbagai bentuk kehilangan losses, yang ditransformasi menjadi aliran permukaan overland flow dalam komponen direct runoff. Pergerakan air dalam akuifer dimodelkan dalam komponen baseflow. Baik baselow maupun overland flow akan mengalir pada saluran sungai. Proses translation dan attenuation aliran sungai akan disimulasi pada komponen routing. Terakhir, efek dari fasilitas hidrolik bendungan dan cekungan alami danau, kolam, lahan basah akan dimodelkan dalam komponen reservoir.

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian