bila dibandingkan dengan produk lainnya. Bila harga jual lebih tinggi dari pada harga pokok, maka laba yang dihasilkan Madu Odeng telah optimum.
4.5 Analisis Break Even Point
Analisis Break Even Point digunakan untuk mengetahui pada tingkat
produksi berapa Madu Odeng tidak mengalami keuntungan dan juga tidak mengalami kerugian atau jumlah hasil produksi sama dengan jumlah biaya
produksi. Cara perhitungan Break Even Point dapat dilihat pada Lampiran 11. Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa tingkat BEP Madu Odeng
dicapai pada berbagai tingkat produksi seperti terlihat pada Tabel 11. Untuk Madu Murni berkisar antara 112 kgtahun 1.804 kgtahun, sedangkan Madu Pollen
347,05 kgtahun, Madu Super Strong 507 kgtahun, Pollen 6,59 kgtahun, dan Royal Jelly 1,88 kgtahun. Adapun tingkat BEP total Madu Odeng adalah
4.364,11kg. Dengan tingkat produksi lebah Madu Odeng sebesar 22,32 kgstuptahun, maka untuk memproduksi sendiri Madu pada tingkat BEP Madu
Odeng harus memelihara lebah Apis mellifera sebanyak 196 stuptahun. Dengan melihat jumlah produksi lebah Madu Odeng yang hanya 1,85
tontahun dengan jumlah koloni lebah 86 stup, maka tingkat produksi ini masih jauh di bawah tingkat BEP. Seharusnya perusahaan Madu Odeng mengalami
kerugian yang cukup besar, namun pada kenyataannya perusahaan Madu Odeng mengalami keuntungan yang cukup besar. Hal ini terjadi karena untuk
memproduksi produknya, Madu Odeng tidak hanya mengandalkan bahan baku madu yang dihasilkan oleh peternakan Madu Odeng. Madu Odeng juga
mengandalkan bahan baku madu yang dihasilkan oleh peternak lain yang telah menjadi rekan Madu Odeng. Selain itu juga Madu Odeng menjual produk
madunya secara eceran botol, sehingga harga jual di pasaran menjadi jauh lebih tinggi dari pada secara curah kiloan.
4.6 Perbandingan Biaya Usaha Madu Odeng dengan Penelitian Sebelumnya
Penelitian mengenai biaya pengusahaan lebah madu sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh Kurniastuti 2004 di perlebahan milik rakyat dan Perhutani,
Nengsih 2006 di Perlebahan Putera Apiari, serta Gultom 2007 di Perlebahan
Puspa Alas Roban, seperti terlihat pada Tabel 14, Tabel 15 dan Tabel 16. Namun demikian, ketiga usaha tersebut memiliki kegiatan yang berbeda dengan Madu
Odeng. Perbedaannya adalah madu yang diproduksi oleh Madu Odeng tidak semuanya berasal dari peternakan lebah Madu Odeng, tetapi sebagian besar
80 berasal dari peternakan lain seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Oleh karena itu perbandingan dilakukan terhadap tingkat BC Ratio dan ROI-nya
saja.
Tabel 14 Analisis Rugi-Laba Kurniastuti tahun 2004
No Komponen Satuan
Pati Sukabumi UP3 Regaloh
Harapan Maju Semesta
UP3 G. Arca Kaliandra
sari A. mellifera
A. mellifera A. mellifera
A. cerana A. mellifera
1 2
3
4 5
6
7 8
9 10
11
Skala usaha Produksi
Madu
Pollen Royal Jelly
Propolis
Harga Jual Madu
Pollen Royal jelly
Propolis
Harga pokok Pendapatan
Madu Pollen
Royal jelly Propolis
Biaya usaha Biaya tetap
Biaya variabel Laba
BEP BC ratio
Investasi ROI
Stup kgthn
kgstup kgthn
kgstup kgthn
kgstup kgthn
kgstup
Rp.000kg Rp.000kg
Rp.000kg Rp.000kg
Rp.000kg Rp.Jutathn
Rp.Jutathn Rp.Jutathn
Rp.Jutathn Rp.Jutathn
Rp.Jutathn Rp.000kg
Rp.Jutathn Rp.Jutathn
Rp.Jutathn
Kgthn Kolonithn
Rp.Jutathn 400
5.581 13,95
19,60
55,291 109,38
109,38
257,15 46,08
137,36 119,79
-147,77
0,43 200,74
-73,61 900
50.000 55,56
1.000 1,11
200 0,22
11,20 35,00
350,00 8,093
665,16 560,16
35,00 70,00
337,22 6,74
202,88 134,34
327,94
23822,06 429
1,97 404,72
81,03 221
4.192 18,97
33,33
56,123 139,71
139,71
196,06 46,77
136,09 59,07
-56,35 7153,93
377 0,71
87,64 -64,29
30 59
1,97
33,05
69,557 1,95
1,95
3,42 57,96
2,98 0,48
-1,47 118,16
60 0,57
3,79 -38,74
200 6.000
30 200
1,0 15
0,08 43,75
300,00 3.000,00
20,293 367,50
262,50 60,00
45,00 104,61
17,44 30,84
73,77 262,89
980,55 33
3,51 111,06
236,71
Sumber : Kurniastuti, 2004 Skripsi
Keterangan : Harga pokok dalam sama dengan harga jual karena telah ditetapkan oleh perlebahan tersebut
Break even point UP3 Regaloh negatif karena biaya variabel per unit lebih besar dari harga jual produk
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniastuti pada tahun 2004 Tabel 14 dapat diketahui bahwa nilai BC Ratio yang dihasilkan oleh Perhutani,
baik UP3 Regaloh Pati maupun UP3 G. Arca Sukabumi, memiliki nilai kurang dari 1. Dari nilai tersebut maka pengusahaan lebah yang dijalankan oleh Perhutani
tersebut tidak layak untuk diusahakan. Jika dilihat dari nilai ROI yang dihasilkan Perhutani maka dapat dipastikan
bahwa Perhutani mengalami kerugian. Nilai ROI yang dihasilkan UP3 Regaloh adalah -71,63 , sedangkan ROI UP3 Gunung Arca adalah -64,29 A. mellifera
dan -38,74 A. cerana. Hal ini disebabkan oleh jumlah produksi madu yang sangat kecil, sehingga pendapatan yang diperoleh lebih kecil dari biaya yang
dikeluarkan. Rendahnya produksi madu yang dihasilkan perlebahan milik Perhutani disebabkan oleh pengelolaan lebah yang kurang optimal Kurniastuti,
2004. Dari nilai BC Ratio dan ROI pada peternakan milik rakyat yang diteliti Kurniastuti 2004, baik untuk perlebahan Harapan Maju Semesta dan Kaliandra
Sari menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan. Nilai BC Ratio kedua peternakan milik rakyat tersebut bernilai lebih besar dari 1, sedangkan nilai ROI
kedua peternakan tersebut berturut-turut adalah 81,03 dan 236,71 . Nilai ROI Kaliandra Sari yang berada diatas 100 menunjukkan bahwa Kaliandra Sari
memiliki laba yang sangat besar. Bila dibandingkan dengan Harapan Maju Semesta dan Kaliandra Sari, nilai
ROI Putera Apiari lebih kecil, yaitu hanya 63,18 Tabel 15. Hal ini disebabkan karena skala usaha Putera Apiari lebih kecil dari Harapan Maju Semesta, namun
alasan yang sama tidak dapat digunakan untuk Kaliandra Sari. Dengan memiliki 200 stup Kaliandra Sari memiliki ROI yang jauh lebih tinggi dari pada Putera
Apiari yang memiliki 400 stup. Hal ini terjadi karena Kaliandra Sari menjual semua madunya dalam kemasan botol, sehingga memiliki harga jual yang lebih
tinggi dan keuntungan yang dihasilkan pun menjadi lebih tinggi, sedangkan Putera Apiari menjual sebagian besar madunya secara curah sehingga harga
jualnya relatif lebih rendah. Selain itu juga semakin banyak jumlah lebah yang dipelihara maka biaya variabel yang dihasilkan pun menjadi lebih besar.
Tabel 15 Analisis Rugi Laba Nengsih pada Perlebahan Putera Apiari Tahun 2006 No.
Komponen Satuan
Putera Apiari 1
2
3
4 5
6
7 8
9 10
Skala usaha Produksi
Madu Pollen
Royal Jelly
Harga jual Madu
Pollen Royal Jelly
Harga pokok Pendapatan
Madu Pollen
Royal Jelly
Biaya usaha Biaya tetap
Biaya variabel Laba
BEP
BC Ratio ROI
Stup kgthn
kgstup kgthn
kgstup kgthn
kgstup
Rp.kg Rp.kg
Rp.kg
Rp.kg Rpthn
Rpthn Rpthn
Rpthn
Rpthn Rp.kg
Rpthn Rpthn
Rpthn kgthn
Kolonitahun 400
25.000 62,5
200 0,5
5 0,0125
17.500 60.000
700.000 9.150
453.000.000 437.500.000
12.000.000 3.500.000
190.650.600 7.600
94.530.600 96.120.000
262.350.000 6.900
110 2,03
63,18
Sumber : Nengsih, 2006 Skripsi
Nilai BC
Ratio Putera Apiari lebih tinggi dari pada nilai BC Ratio perlebahan Perhutani, dan Harapan Maju Semesta. Namun nilai BC Ratio Putera
Apiari Lebih Kecil dari pada Kaliandra Sari. Hal ini terjadi karena Kaliandra Sari menjual produknya dalam kemasan botol, sehingga harga jualnya lebih tinggi dari
pada Putera Apiari yang sebagian besar produknya secara curah. Akibatnya keuntungan Kaliandra Sari lebih tinggi dari pada Putera Apiari.
Tabel 16 Analisis Rugi-Laba Gultom di Puspa Alas Roban Tahun 2007
No Komponen
Satuan Puspa Alas Roban
1. 2.
3.
4. 5.
6.
7. 8.
9. 10.
Skala usaha Produksi
Madu
Bee Pollen Ratu lebah
Harga jual Madu
Madu Klengkeng Madu Karet
Madu randu Bee Pollen
Ratu lebah Harga pokok penjualan Madu
Pendapatan Madu
Madu Klengkeng Madu Karet
Madu randu Bee Pollen
Ratu lebah Biaya pengusahaan lebah Madu
Biaya tetap Biaya variabel
Keuntungan Break Even Point
BC Ratio ROI
Stup kgtahun
kgstup kgtahun
kgstup stup
Rpkg Rpkg
Rpkg Rpkg
Rpkg Rpkg
Rpkg Rptahun
Rptahun Rptahun
Rptahun Rptahun
Rptahun Rptahun
Rptahun Rpkg
Rptahun Rptahun
Rptahun kgtahun
koloni 110
4.100 37,27
200 1,82
15 17.300
27.000 15.000
20.000 50.000
400.000 17.931,86
86.800.000 70.800.000
10.800.000 42.000.000
18.000.000 10.000.000
6.000.000 61.267.200
14.943,22 22.684.200
38.583.000 25.532.800
2.875,24 77
1,42 19,79
Sumber : Gultom, 2007 skripsi
Bila dibandingkan dengan penelitian Gultom 2007 pada perlebahan Puspa Alas Roban Tabel 16 maka nilai ROI perlebahan Perhutani lebih rendah dari
pada Puspa Alas Roban, namun nilai ROI dan BC Ratio Puspa Alas Roban jauh lebih rendah dari pada perlebahan rakyat lainnya. Hal ini terjadi karena skala
usaha Puspa Alas Roban memang lebih kecil dari pada ketiga perlebahan rakyat tersebut. Selain itu, Puspa Alas Roban menjual semua madunya secara curah
sehingga harga jualnya lebih rendah dan keuntungan yang diperoleh lebih rendah dari perlebahan rakyat lainnya.
Bila dibandingkan dengan perlebahan Perhutani, Madu Odeng memiliki nilai ROI dan BC Ratio yang jauh lebih tinggi, yaitu 49,25 ROI dan 1,41
BC Ratio rata-rata, namun nilai tersebut masih berada dibawah nilai ROI dan BC Ratio perlebahan Harapan Maju Semesta dan Putera Apiari yang memiliki
ROI di atas 50 dan BC Ratio di atas 1,5. Tingginya nilai BC Ratio dan ROI kedua perlebahan tersebut disebabkan oleh tingginya jumlah madu yang
diproduksi. Selain itu juga, seluruh madu yang diproduksi oleh perlebahan Harapan Maju Semesta dan Putera Apiari merupakan madu yang dihasilkan
sendiri oleh kedua perlebahan tersebut, sedangkan Madu Odeng sebagian besar madunya 80 berasal dari pembelian dari peternak lain. Akibatnya biaya
produksi madu yang siap dijual menjadi tinggi dan menyebabkan rendahnya nilai BC Ratio-nya.
Jika Madu Odeng dibandingkan dengan perlebahan Kaliandra Sari, maka Madu Odeng memiliki nilai ROI dan BC Ratio yang lebih rendah dari pada
Kaliandra Sari. Hal ini terjadi karena madu yang diproduksi oleh perlebahan Kaliandra Sari juga merupakan madu yang dihasilkan dari peternakan sendiri,
sedangkan pada Madu Odeng tidak semua produknya dihasilkan dari peternakan Madu Odeng, tetapi sebagian besar 80 diperoleh dari pembelian dari peternak
lain. Nilai
BC Ratio Puspa Alas Roban adalah sebesar 1,42. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa usaha tersebut memang layak untuk dilakukan dan dikembangkan. Untuk nilai ROI, Puspa Alas Roban mempunyai nilai sebesar
19,79 tingkat suku bunga 8,5 . Angka tersebut menunjukkan bahwa tingkat laba bersih Puspa Alas Roban sebesar 19,79 persen dari total investasi.
Bila dibandingkan dengan Puspa Alas Roban, Madu Odeng memiliki nilai ROI yang lebih tinggi, karena Madu Odeng menjual produknya secara eceran
botolan. Harga jual madu secara eceran lebih tinggi dari pada secara curah, seperti yang dilakukan oleh Puspa Alas Roban, sehingga keuntungan yang
diperoleh dari penjualan secara botolan menjadi lebih tinggi. Selain itu juga Puspa Alas Roban menjual produknya dibawah harga pokok, sehingga keuntungan yang
diperoleh Puspa Alas Roban tidak optimal.
4.7 Pemasaran