Odeng juga mempekerjakan tenaga borongan untuk membantu kegiatan pemanenan produk lebah di peternakan Madu Odeng.
Pada musim bunga, lebah diangon oleh petugas pemeliharaan lebah ke daerah Pati, Pasuruan serta daerah yang banyak terdapat pohon Randu dan
biasanya dilakukan pada bulan Mei-Juli. Memasuki bulan Agustus biasanya lebah diangon ke Sukabumi untuk mendapatkan bunga Kaliandra. Setelah Kaliandra
selesai maka lebah diangon ke Purwakarta untuk mendapatkan bunga Karet, yaitu pada bulan September. Pada bulan Oktober-November biasanya lebah diangon ke
daerah Subang untuk mendapatkan bunga Rambutan. Pada saat musim paceklik lebah diangon ke daerah pakan jagung, yaitu di
daerah Bantar Kambing Kabupaten Bogor. Pada masa ini biasanya dimanfaatkan untuk perawatan, pengobatan dan perkembangbiakan lebah. Tujuannya adalah
untuk mempersiapkan lebah untuk memasuki musim bunga berikutnya. Karena musim bunga telah berakhir maka lebah tidak dapat memperoleh madu sebagai
makanan. Oleh karena itu dilakukan pemberian stimulan berupa larutan gula. Pada masa ini juga dapat dilakukan panen produk lebah lainnya seperti Bee Pollen dan
Royal Jelly, namun pada tahun 2007 peternakan lebah Madu Odeng tidak memproduksi Royal Jelly karena pada tahun tersebut kondisi lebah tidak
memungkinkan untuk melakukan produksi Royal Jelly. Peternak lebih memilih mempersiapkan lebah untuk panen Madu pada periode berikutnya.
Gambar 3 Pemanenan Bee Pollen
4.2 Biaya Usaha Madu Odeng
Biaya pengusahaan Madu Odeng dalam penelitian ini dihitung selama satu tahun, yaitu pada tahun 2007. Komponen biaya tetap pada usaha Madu Odeng
terdiri dari : penyusutan depresiasi, bunga modal, pajak, biaya pemeliharaan
inventaris, biaya kantor, serta gaji tetap, sewa, listrik, dll. Komponen penyusun biaya variabel pada usaha Madu Odeng terdiri dari biaya bahan baku, biaya bahan
penolong seperti kemasan produk Madu Odeng dan biaya pemasaran produk Madu Odeng.
Tabel 7 Biaya Usaha Madu Odeng
Uraian Biaya Usaha Madu Odeng
Rptahun Rpkg Biaya Usaha Madu Odeng
373.370.427 39.385,18
Biaya tetap 135.484.193
14.291,58
Depresiasi 23.965.000
2.527,95 Bunga Modal
12.673.040 1.336,82
Biaya Kantor 2.400.000
253,16 Pemeliharaan Inventaris
9.783.000 1.031,96
Pajak 1.082.560
114,19 Gaji Tetap
65.925.000 6.954,11
Listrik 5.859.593
618,10 Sewa Kedai
13.100.000 1.381,86
Sumbangan 696.000
73,42
Biaya Variabel 237.887.354
25.093,60
Bahan baku 201.962.604
21.304,07 Kemasan
12.414.550 1.309,55
Pemasaran 23.510.200
2.479,98 Dari tabel dapat diketahui bahwa besarnya biaya usaha Madu Odeng adalah
Rp. 373.371.427tahun atau Rp. 39.385,18kg. Biaya tersebut terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.
Tidak seperti usaha lain dimana biaya tetapnya lebih besar dari pada biaya variabelnya, Madu Odeng memiliki biaya variabel per kg madunya lebih tinggi
dari biaya tetapnya, yaitu Rp. 25.093,60kg sementara biaya tetapnya Rp. 14.297,58kg. Hal ini disebabkan oleh adanya komponen biaya untuk bahan baku
madu, bee pollen dan royal jelly dalam proses produksi yang mencapai Rp. 21.304,07kg. Biaya bahan baku tersebut terdiri dari biaya variabel yang
digunakan untuk menghasilkan bahan baku berupa madu dan bee pollen dari peternakan Madu Odeng, yaitu biaya material gula pasir, karung goni, pondasi
sarang, paku, obat-obatan lebah, biaya upah peternakan lebah bongkar muat stup,
makan petugas angon, petugas jaga, dan tenaga bantuan panen, serta biaya sewa sewa lahan, kendaraan, dll. Selain itu juga terdapat biaya pembelian bahan baku
berupa madu, bee pollen, dan royal jelly dari peternakan lain, karena peternakan Madu Odeng hanya mampu menghasilkan bahan baku madu sebanyak 1.850 kg
dan 70 kg bee pollen, sedangkan kebutuhan bahan baku Madu Odeng untuk madu mencapai 9.209 kg, bee pollen 215 kg, dan royal jelly 56 kg. Untuk mencukupi
kekurangan tersebut, maka Perusahaan Madu Odeng membeli produk lebah tambahan dari peternak lain.
Selain itu juga dalam pemasaran produk, Madu Odeng memasarkan produknya melalui kedai outlet Madu Odeng yang tersebar di wilayah Jakarta dan
Jawa Barat, sehingga membutuhkan biaya distribusi yang tinggi. Madu Odeng juga menjual produknya dalam kemasan botol, sehingga terdapat komponen biaya
kemasan dalam biaya variabelnya yang mencapai Rp. 1.309,55kg. Jika dilihat dari komponen biaya tetapnya, komponen biaya tetap tertinggi
dikeluarkan untuk membayar gaji karyawan., yaitu sebesar Rp. 65.925.000tahun 6.954,11kg. Biaya tersebut digunakan untuk membayar gaji staf lapangan 1
orang dan 9 orang staf pemasaran atau penjaga kedai. Komponen biaya tetap tertinggi kedua adalah depresiasi, yaitu Rp. 23.965.000tahun atau Rp.
2.527,95kg. Nilai tersebut diperoleh dari penyusutan alat produksi peternakan peralatan dan perlengkapan perlebahan ditambah dengan depresiasi bersama,
yaitu depresiasi alat produksi yang digunakan untuk memproduksi semua produk Madu Odeng. Adapun investasi bersama tersebut berupa rumah, kendaraan,
etalase, serta peralatan produksi seperti baskom dan mixer Lampiran 2. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa Madu Odeng memproduksi
berbagai macam produk, yaitu Madu Kapuk, Madu Karet, Madu Rambutan, Madu Mangga, Madu Kaliandra, Madu Klengkeng, Madu Pahit, Madu Pollen, Madu
Super Strong, bee pollen dan Royal jelly. Hal ini menyebabkan terjadinya biaya produksi bersama, yaitu biaya yang terjadi untuk beberapa jenis produk yang
berbeda dan merupakan jumlah keseluruhan yang tak dapat dipisahkan. Oleh karena itu memerlukan pengalokasian dan pendistribusian pada masing-masing
produk. Salah satu cara yang digunakan untuk mengalokasikan biaya produk bersama kepada masing-masing produk adalah metode nilai pasar. Pada metode
nilai pasar pengalokasian biaya dilakukan berdasarkan nilai pasar masing-masing produk secara relatif Rony, 1990. Adapun biaya produk bersama yang terjadi
pada peternakan Madu Odeng meliputi depresiasi dan bunga modal peralatan perlebahan serta biaya pemeliharaan lebah. Biaya produk bersama yang terjadi
pada produk Madu Odeng secara keseluruhan meliputi depresiasi dan bunga modal investasi bersama, gaji tetap, biaya kantor, pemeliharaan inventaris, pajak,
serta biaya sewa, sumbangan, listrik kedai, dan biaya pemasaran. Perhitungan bobot nilai pasar yang menjadi dasar pengalokasian biaya produk bersama dapat
dilihat pada Lampiran 9. Secara umum biaya produksi tiap jenis produk Madu Odeng dapat dilihat
pada Tabel 8. Dari data tersebut dapat kita lihat bahwa biaya produksi tertinggi terjadi pada biaya produksi Royal Jelly, yaitu Rp. 984.065,05kg. Hal ini terjadi
karena peternakan lebah Madu Odeng tidak memproduksi Royal Jelly, sehingga bahan baku Royal Jelly harus dibeli dari peternak lain dengan harga Rp.
600.000kg.
Tabel 8 Biaya produksi tiap jenis produk Madu Odeng
Jenis Produk Produksi kg
Biaya Produksi Rptahun Rpkg
Madu Kapuk 3.831 117.885.115
30.771,37 Madu Karet
692 17.433.896 25.193,49
Madu Rambutan 1.105 35.619.140
32.234,52 Madu Mangga
238 8.244.526 34.640,87
Madu Kaliandra 350 10.689.117
30.540,33 Madu Klengkeng
1.191 53.630.457 45.029,77
Madu Pahit 242 8.844.271
36.546,58 Madu Pollen
737 27.067.324 36.726,36
Madu Superstrong 1.076 88.456.454
82.208,60 Bee pollen
14 1.563.867 111.704,78 Royal jelly
4 3.936.260 984.065,05
Tingginya harga beli Royal Jelly dari peternak lain menyebabkan biaya produksi Madu Super Strong lebih tinggi dari pada jenis madu lainnya, karena
jenis madu ini juga menggunakan bahan baku Royal Jelly dalam proses produksi. Hal ini mempengaruhi tingkat biaya produksi Madu Super Strong yang mencapai
Rp. 82.208,60kg. Selain menggunakan Royal Jelly, jenis madu ini juga
menggunakan Madu Kapuk KA 21 dan bee pollen, sehingga menyebabkan biaya variabel yang tinggi untuk setiap kilogramnya.
Tabel 9 Harga beli bahan baku madu dari peternak lain
Jenis Produk Harga Beli Rpkg
Madu Kapuk Madu Kapuk 21
Madu Karet Madu Rambutan
Madu Mangga Madu Klengkeng
Madu Pahit Bee Pollen
Royal Jelly 18.000
20.000 13.000
15.000 18.000
25.000 15.000
60.000
600.000 Biaya produksi per kilogram untuk jenis madu terendah dapat dilihat pada
jenis Madu Karet. Hal ini terjadi karena Madu Karet diproduksi dengan menggunakan bahan baku madu yang dihasilkan sendiri dan bahan baku madu
beli. Dalam memproduksi sendiri bahan baku Madu Karet, biaya produksi per kilogram madu karet paling rendah bila dibandingkan jenis lainnya, yaitu hanya
sebesar Rp. 13.415kg, Hal ini dipengaruhi oleh biaya sewa lahan karet paling rendah bila dibandingkan dengan biaya sewa lahan kapuk dan rambutan, tidak
terdapat komponen biaya keamanan, tidak adanya biaya panen, serta produksi peternakan yang cukup tinggi 350 kg. Selain itu, bila dibandingkan dengan jenis
lain, Madu Karet merupakan jenis Madu dengan harga beli terendah, yaitu hanya Rp. 13.000kg Tabel 9.
Dari Tabel 10 dapat diketahui bahwa biaya terbesar dalam biaya pengusahaan lebah madu pada Peternakan Madu Odeng adalah biaya pembelian
produk lebah madu, bee pollen, royal jelly, yaitu sebesar Rp. 180.879.604. Produksi peternakan Madu Odeng yang rendah menyebabkan Madu Odeng
membeli bahan baku madu dari peternak rekanan untuk mencukupi kebutuhan produksi Madu Odeng. Pada tahun 2007 peternakan Madu Odeng hanya
memproduksi 1,85 ton madu dan 70 kg bee pollen, sedangkan kebutuhan produksi Madu Odeng mencapai 8,98 ton madu, 215 kg bee pollen, dan 56 kg royal jelly.
Oleh karena itu Madu Odeng melakukan pembelian kebutuhan bahan baku madu, bee pollen, dan royal jelly dari peternak lain.
Tabel 10 Biaya usaha Madu Odeng berdasarkan kegiatan produksi
Uraian Biaya produksi per tahun Rptahun
Pemeliharaan lebah Migratory
Pengobatan Lebah Pemanenan Produk Lebah
Pengolahan Madu Pengemasan Produk
Pemasaran Pembelian Produk Lebah
17.959.000 8.280.000
425.000 1.290.000
45.600 12.460.150
43.165.793 180.879.604
Total 264.505.147
Berbeda dengan peternakan lebah pada umumnya yang memiliki biaya terbesar pada kegiatan Migratory, karena Peternakan Lebah Madu Odeng hanya
memiliki 86 stup 2007, sehingga biaya material paku, upah bongkar muat stup, survey lokasi, makan petugas angon, upah penjaga, panen, dan sewa lokasi,
kendaraan, kost, dan keamanan yang terjadi rendah. Biaya usaha terbesar kedua adalah biaya pemasaran. Biaya pemasaran
meliputi biaya material seperti transportasi, pulsa, keperluan kedai, dan plastik. Madu Odeng memiliki sepuluh kedai, yaitu : Cibubur Jakarta, Depok, Bantar
Kambing Bogor, Parung Bogor, Parung Kuda Sukabumi, Cianjur, Sumedang, Nagrek Bandung, Purwakarta, dan Bekasi. Dalam satu bulan dilakukan
pengiriman produk Madu Odeng ke tiap-tiap kedai sebanyak 2 kali, yaitu dengan menggunakan motor Madu Odeng, mobil Madu Odeng, dan kendaraan umum.
Biaya usaha terbesar ketiga adalah biaya pengemasan produk. Hal ini dikarenakan Madu Odeng mengemas produk madunya ke dalam botol berukuran
200 ml, 300 ml, dan 600 ml, sedangkan untuk bee pollen dikemas kedalam botol 200 ml dan plastik 1 kg. Royal jelly dikemas ke dalam tabung film. Madu Odeng
memilih untuk menjual produknya secara eceran botolan, karena harga jual madu secara eceran lebih tinggi dari pada secara curah. Dengan kata lain
perusahaan ingin mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Dalam kegiatan pemeliharaan lebah terdapat komponen biaya seperti biaya
penyusutan, bunga modal, kebutuhan material seperti gula pasir pada musim paceklik, pondasi sarang, BBM untuk kendaraan operasional, dan karung goni.
Pada masa paceklik Desember-Mei, biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan lebah cukup besar karena pada masa ini jumlah pakan lebah, dalam
hal ini bunga, tidak tersedia di lapangan. Untuk itu peternak biasanya membawa lebah ke perkebunan jagung untuk mencukupi kebutuhan pakan berupa pollen
lebah. Untuk memenuhi pakan lebah berupa nektar, maka peternak memberikan pakan berupa stimulan gula 1 bagian gula + 1 bagian air yang diletakkan ke
dalam feeder. Stimulan berfungsi untuk meningkatkan perkembangan koloni lebah. Kebutuhan gula ini pada masa ini dapat mencapai 1,05 tontahun atau
sekitar 12,21 kg kolonitahun.
Gambar 4 Pemberian stimulan larutan gula
Tidak seperti pada peternakan lebah lainnya yang menjual produknya secara curah, Madu Odeng menjual produknya secara eceran dalam kemasan botol,
sehingga dalam terdapat komponen biaya pengemasan. Madu Odeng mengemas produk madunya ke dalam botol berukuran 200 ml, 300 ml, dan 600 ml,
sedangkan untuk bee pollen dikemas ke dalam botol 200 ml dan plastik 1 kg Gambar 5. Royal jelly dikemas ke dalam tabung film. Madu Odeng memilih
penjualan produk secara eceran karena harga jual madu secara eceran lebih tinggi dari pada secara curah. Dengan kata lain perusahaan ingin mendapatkan
keuntungan yang lebih besar.
Gambar 5 Pengemasan produk Madu Odeng
Biaya pengolahan madu dalam usaha Madu Odeng merupakan biaya penyusutan dan bunga modal peralatan pengolahan madu saja Mixer dan
Baskom. Untuk biaya variabel pengolahan madu listrik tidak dimasukkan karena pengolahan madu dilakukan di rumah pemilik usaha, sehingga
pembebanannya digabungkan dengan biaya listrik rumah biaya kantor.
4.3 Analisis Rugi-Laba