berdasarkan analisis metode kontingensi melalui pendekatan kesediaan membayar dan dibayar masyarakat di lokasi tersebut?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai ekonomi wisata kawasan Situ Lengkong Panjalu sebagai kawasan wisata yang mempunyai
fungsi ekologi bagi kelestarian kawasan Situ Lengkong dan Cagar Alam Panjalu dengan menggunakan metode kontingensi melalui pendekatan nilai kesediaan
membayar dan dibayar masyarakat.
1.4 Manfaat
Hasil penelitian ini dapat berguna dalam penyempurnaan pengelolaan kawasan wisata Situ Lengkong Panjalu dengan mendapatkan gambaran nilai ekonomi wisata
kawasan Situ Lengkong Panjalu ini untuk pengelolaan ke depannya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pariwisata
Undang-undang No. 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan mendefinisikan pariwisata sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk
pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Pariwisata sebagai ilmu merupakan kegiatan manah pikiran dan perasaan
manusia mengenai berbagai halsesuatu atau apa saja, termasuk pariwisata Pendit, 1999.
Pariwisata dapat dipandang sebagai sesuatu yang abstrak, misalnya saja sebagai suatu gejala yang melukiskan kepergian orang-orang di dalam negaranya
sendiri pariwisata domestik atau penyeberangan orang-orang pada tapal batas suatu negara pariwisata internasional. Pariwisata adalah salah satu dari industri gaya baru
yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup dan dalam mengaktifkan sektor produksi lain di dalam
negara penerima wisatawan Wahab, 1992. Sedangkan menurut Marpaung 2002, pariwisata adalah perpindahan sementara yang dilakukan manusia dengan tujuan
keluar dari pekerjaan-pekerjaan rutin dan keluar dari tempat kediamannya. Menurut Yoeti 1997, pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara
waktu, dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud tujuan bukan untuk berusaha bisnis atau mencari nafkah di tempat yang ia kunjungi, tetapi semata-mata sebagai
konsumen menikmati perjalanan tersebut untuk memenuhi keinginan yang bemacam- macam.
Wisata merupakan padanan kata tour dalam bahasa Inggris yang berarti sebuah perjalanan Suyitno, 2001. Sedangkan wisata menurut Undang-undang No 9
tahun 1990 tentang kepariwisataan adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk
menikmati objek dan daya tarik wisata. Tidak semua perjalanan dapat dikatakan wisata, maka menurut Suyitno
2001, untuk membedakannya dengan perjalanan pada umumnya, maka wisata memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Bersifat sementara, dalam jangka waktu pendek pelaku wisata akan kembali ke tempat asal.
2. Melibatkan beberapa komponen wisata, seperti sarana transportasi, akomodasi dan lain-lain.
3. Umumnya dilakukan dengan mengunjungi obyek dan atraksi wisata, daerah atau bahkan negara secara berkesinambungan.
4. Memiliki tujuan tertentu yang intinya untuk mendapatkan kesenangan. 5. Tidak untuk mencari nafkah di tempat tujuan.
Di masa sekarang ini perhatian terhadap kegiatan wisata sudah sangat meluas karena sadar akan manfaat-manfaat yang didatangkan dari daerah penerima
wisatawan. Bahwa pariwisata menjadi sumber pendapatan daerah dengan menjual jasa-jasa dan barang-barang yang berkaitan dengan wisata Wahab,1992.
Daerah penerima wisatawan wilayah pariwisata tersebut merupakan tempat atau daerah yang karena atraksinya, situasinya dalam hubungan lalu lintas dan fasilitas-
fasilitas wisatanya menyebabkan tempat atau daerah tersebut menjadi objek kebutuhan wisatawan. Ada tiga kebutuhan utama yang harus dipenuhi oleh suatu
daerah untuk menjadi tujuan wisata, yaitu memiliki atraksi atau objek menarik, mudah dicapai dengan alat-alat kendaraan dan menyediakan tempat untuk tinggal
sementara Pendit, 1999. Cooper et al. 1998 menyatakan bahwa objek wisata terdiri dari beberapa komponen, yaitu :
1. Atraksi wisata; baik itu berupa alam, buatan hasil karya manusia, atau peristiwa kegiatan yang merupakan alasan utama kunjungan.
2. Fasilitas-fasilitas dan pelayanan; dibutuhkan oleh wisatawan di daerah tujuan wisata.
3. Akomodasi; makanan dan minuman tidak hanya tersedia dalam bentuk fisik, tapi juga harus dapat menciptakan perasaan hangat dan memberikan kenangan pada
lingkungan dan makanan setempat. 4. Aksesibilitas jalan dan transportasi; merupakan salah satu faktor kesuksesan
daerah tujuan wisata. 5. Faktor-faktor pendukung; seperti kegiatan pemasaran, pengembangan dan
koordinasi. Menurut Suyitno 2001, sebagai suatu produk, wisata memiliki ciri-ciri yang
khas yang membedakan dengan produk pada umumnya, yaitu : 1. Tidak berwujud intangible, wisata adalah kesan atau pengalaman yang dirasakan
dan dialami oleh wisatawan.
2. Tidak memiliki ukuran kuantitatif unmeasurable, wisata tidak memiliki satuan ukuran tertentu, misalnya kilogram, meter atau yang lainnya.
3. Tidak tahan lama dan mudah kadaluarsa perishable, masa jual wisata terbatas, yaitu semenjak produk itu ditawarkan hingga menjelang diselenggarakan.
4. Tidak dapat disimpan unstorable, karena sifatnya yang mudah kadaluarsa, maka kita tidak menimbun sisa produk yang tidak terjual.
5. Melibatkan konsumen wisatawan dalam proses produksinya. 6. Proses produksi dan konsumsi terjadi dalam kurun waktu yang sama.
2.2 Pengelolaan Wisata Alam