2.5 Penelitian Empirik Terdahulu
Penelitian tentang pariwisata pada umumnya telah banyak dilakukan, baik mengenai wisata alam maupun wisata budaya. Sementara itu, penelitian tentang nilai
enonomi wisata suatu kawasan wisata telah banyak dilakukan. Akan tetapi di Kawasan Wisata Situ Lengkong Panjalu belum ada penelitian khusus mengenai nilai
manfaat wisatanya. Menurut Widada 2004 dari penelitiannya yang berjudul Nilai Ekowisata Taman
Nasional Gunung Halimun, nilai ekonomi wisata merupakan nilai manfaat dari kualitas jasa lingkungan yang berupa ekosistem alami, keanekaragaman hayati yang
tinggi dan keindahan alam kawasan wisata. Bila kualitas jasa lingkungan didukung dengan sarana wisata yang meningkat, maka kunjungan wisata akan meningkat pula.
Sementara menurut Yahya 2004, salah satu metode untuk mengetahui nilai manfaat wisata adalah dengan metode kontingensi melalui pendekatan kesediaan
membayar dan kesediaan dibayar. Pendugaan nilai ekonomi wisata berdasarkan pendekatan metode kontingensi dilakukan melalui wawancara secara langsung dengan
respondenpengunjung. Pendekatan ini didasarkan atas kesediaan membayar willingness to pay dan dibayar dari pengunjung. Pendekatan tersebut, yaitu berapa
besar biaya yang dikeluarkan atas kesenangankepuasan yang diperolehnya agar dapat kembali menikmati kegiatan wisata dan berapa besar nilai ganti rugi yang diinginkan
apabila tidak diperbolehkan atau dilarang untuk dapat kembali menikmati wisata di tempat tersebut.
Dalam penelitian Yahya 2004 yang berjudul Studi Permintaan Terhadap Manfaat Rekreasi Alam di Wana Wisata Curug Cilember, KPH Bogor, BKPH Bogor,
nilai manfaat rekreasi terhadap Wana Wisata Curug Cilember adalah hasil kali antara nilai rata-rata kesediaan membayar atau nilai rata-rata kesediaan dibayar dikalikan
dengan jumlah pengunjung. Nilai kesediaan membayarnya lebih kecil dari nilai kesediaan untuk dibayar. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar
pengunjung Wana Wisata Curug Cilember menginginkan biaya yang tidak terlalu besar dengan rata-rata kesediaan membayar mereka sebesar Rp. 4.095,39. Walaupun
nilai tersebut lebih besar dari pada harga karcis yang diberlakukan pada saat itu sebesar Rp. 3.750,00, hal ini dapat disebabkan karena kebutuhan atas rekreasi di
Wana Wisata Curug Cilember yang cukup besar bagi pengunjung. Hasil perhitungan nilai ekonomi wisata berdasarkan nilai kesediaan membayar
dan nilai yang dibayarkan akan menghasilkan surplus konsumen. Bila konsumen
memiliki kesediaan membayar lebih besar dari nilai yang dibayarkan berarti terdapat surplus konsumen. Besarnya daerah surplus konsumen dapat dilihat pada diagram
Gambar 1.
Rp Nilai yang dibayarkan
Surplus Konsumen
jumlah pengunjung Gambar 1 Diagram Surplus Konsumen Nilai Ekowisata Taman Nasional
Gunung Halimun Widada 2004.
III. METODOLOGI
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kontingensi, yaitu metode teknik survey untuk menanyakan kepada penduduk tentang nilai atau
harga yang mereka berikan terhadap komoditi yang tidak memiliki nilai pasar. Metode ini memiliki kemampuan untuk diterapkan dalam menilai keuntungan dari
penyediaan barang lingkungan pada lingkup masalah lingkungan yang luas dan juga mampu menentukan pilihan estimasi harga pada kondisi ketidakmenentuan.
Prinsip yang mendasari metode kontingensi ini adalah bahwa bagi orang yang mempunyai preferensi yang benar tetapi tersembunyi terhadap seluruh jenis
barang lingkungan, kemudian diasumsikan bahwa orang tersebut mempunyai kemampuan untuk mentransformasi preferensi tersebut ke dalam bentuk nilai
uang. Dalam hal ini, diasumsikan bahwa orang akan bertindak nantinya seperti yang dia katakan ketika situasi hipotesis yang disodorkan kepadanya akan
menjadi kenyataan pada masa yang akan datang. Dengan dasar asumsi ini, maka pada dasarnya metode kontingensi ini menilai barang lingkungan dengan
menanyakan dua pertanyaan berikut : a Berapakah jumlah maksimum uang yang ingin dibayar oleh seseorang
willingness to pay setiap tahunnya untuk memperoleh peningkatan kualitas lingkungan.
b Berapakah jumlah maksimum uang yang bersedia diterima oleh seseorang willingness to accept setiap tahunnya sebagai kompensasi atas
diterimanya kerusakan lingkungan dampak negatif dari lingkungan. Kedua pertanyaan di atas perlu untuk menentukan suatu pasar hipotesis
terhadap perubahan lingkungan yang diinginkan. Asumsi dasar dari metode kontingensi adalah bahwa individu-individu memahami benar pilihan-pilihan
yang ditawarkan pada mereka dan bahwa cukup familiar atau tahu kondisi lingkungan yang dinilai dan bahwa apa yang dikatakan orang adalah sungguh-
sungguh apa yang akan mereka lakukan jika pasar untuk barang lingkungan itu benar-benar terjadi.
4.1 Lokasi dan Waktu