I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wisata alam yang merupakan kegiatan pariwisata berkelanjutan, kegiatan utama wisatanya harus bertumpu pada usaha-usaha pelestarian sumberdaya alam
maupun budaya. Kawasan wisata sebagai objek wisata dapat dijadikan sumber ekonomi berkelanjutan dan dikelola secara adil, sehingga menghasilkan keuntungan
yang berkesinambungan bagi generasi masa kini. Pengelolaan wisatanya harus diikuti dengan menjaga potensi dan fungsi ekologi untuk memenuhi kebutuhan dan harapan
generasi yang akan datang. Fungsi ekologi merupakan layanan kepada manusia yang dapat bernilai
ekonomi, kesehatan dan sosial budaya, tetapi nilai itu tidak nampak dalam bentuk uang. Metode untuk menghitung nilai ekonomi lingkungan dapat merupakan nilai
potensi dan atau nilai pengganti. Cara lain dapat dinyatakan dalam kesediaan membayar masyarakat yang berkunjung Soemarwoto, 2001. Banyak teknik-teknik
penilaian yang dapat dipergunakan untuk mengkuantifikasikan konsep dari nilai ekonomi terutama nilai ekonomi wisata. Akan tetapi, konsep yang mendasari semua
teknik yang ada adalah kesediaan membayar willingness to pay dari masyarakat untuk jasa-jasa wisata. Konsep dasar dalam penilaian ekonomi wisata ini adalah
kesediaan membayar dari masyarakat untuk jasa-jasa lingkungan atau sumberdaya alam. Kesediaan membayar atau kesediaan menerima merefleksikan preferensi
masyarakat terhadap pemanfaatan sumberdaya alam. Kawasan Situ Lengkong Panjalu merupakan kawasan yang terdiri dari
situdanau dengan pulau kecil di tengahnya Nusa Gede atau Nusa Larang. Nusa Gede atau Nusa Larang tersebut merupakan kawasan Cagar Alam Panjalu. Pada masa
penjajahan Belanda, perhatian sangat besar ditujukan terhadap keberadaan dan kelestarian Nusa Gede. Pada tanggal 16 November 1921 pulau tersebut diberi nama
Pulau Koorders. Kawasan ini memiliki keanekaragaman flora dan fauna, seperti rotan Calamus javanensis, kihaji Dysoxylum sp., kikondang Ficus variegata,
burung hantu Otus scops, dan kalong Pteropus vampyrus. Objek Wisata Situ Lengkong Panjalu didatangi banyak pengunjung. Di
kawasan ini, minat pengunjung terhadap ragam wisata budaya terutama wisata ziarah sangat banyak. Aktivitas wisata ziarahbudaya dapat dilakukan, seperti berziarah ke
makam leluhur Panjalu di Nusa Gede dan melihat benda pusaka Panjalu di Bumi Alit. Pencanangan kawasan Panjalu sebagai kawasan Wisata Ziarah oleh Gubernur Jawa
Barat pada tanggal 17 Maret 2004 Pranata, 2007. Areal situdanaunya dimanfaatkan oleh pemerintah daerah sebagai kawasan wisata alam. Kegiatan wisata yang dapat
dilakukan, yaitu kegiatan berperahu sekaligus menikmati pemandangan alamnya dan memancing ikan. Selain untuk kegiatan wisata, areal Situ Lengkong Panjalu
mempunyai fungsi ekologi sebagai kawasan penyangga tata air, kawasan perlidungan flora dan fauna serta untuk melestarikan keutuhan Cagar Alam Panjalu.
Sebagai upaya pemanfaatan wisatanya, kawasan wisata Situ Lengkong Panjalu ini harus berjalan dengan optimal tanpa harus mengorbankan sumberdaya alam dan
lingkungan yang ada, sehingga dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu yang panjang. Pemerintah daerah mendapatkan keuntungan yang tidak sedikit dari
pungunjung yang datang untuk berwisata. Keberadaan kawasan tersebut sangat penting bagi masyarakat sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan hidup, seperti
panambakpencari ikan, penyedia jasa perahu wisata dan pedagang. Pentingnya kawasan Situ Lengkong Panjalu yang dapat menghasilkan
keuntungan ekonomi harus sejalan dengan upaya pelestariannya supaya kawasan ini tidak mengalami penurunan kualitas lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut,
dilakukan studi untuk mengetahui nilai manfaat wisata dari kawasan Situ Lengkong Panjalu, Kabupaten Ciamis dengan menggunakan metode kontingensi melalui
pendekatan kesediaan membayar dan kesediaan dibayar masyarakat di lokasi penelitian.
1.2 Perumusan Masalah