2. Tidak memiliki ukuran kuantitatif unmeasurable, wisata tidak memiliki satuan ukuran tertentu, misalnya kilogram, meter atau yang lainnya.
3. Tidak tahan lama dan mudah kadaluarsa perishable, masa jual wisata terbatas, yaitu semenjak produk itu ditawarkan hingga menjelang diselenggarakan.
4. Tidak dapat disimpan unstorable, karena sifatnya yang mudah kadaluarsa, maka kita tidak menimbun sisa produk yang tidak terjual.
5. Melibatkan konsumen wisatawan dalam proses produksinya. 6. Proses produksi dan konsumsi terjadi dalam kurun waktu yang sama.
2.2 Pengelolaan Wisata Alam
Menurut Ko 2001 pengelolaan suatu objek wisata alam merupakan bagian dari strategi perlindungan alam. Pengelolaan harus dilandasi peraturan ketat perihal
konservasi alam, diharapkan dampak negatif pengunjung obyek wisata alam dapat diminimalkan Pengelolaan wisata merupakan suatu sistem terbuka yang secara
langsung dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi di luar sistem, organisasi dan batas hukumnya. Pengelolaan wisata alam di dalamnya terdapat tiga hal yang utama, yaitu
pengunjung, sumberdaya alam dan pengelolanya. Pengelolaan suatu obyek wisata alam terdiri dari beberapa aspek yang perlu
diperhatikan secara seimbang, yaitu Ko, 2001: 1. Pengelolaan Teknis
2. Pengelolaan Personalia 3. Pengelolaan Lingkungan
4. Pengelolaan Administrasi 5. Pengelolaan Keuangan
Aspek pengelolaan wisata, yaitu dengan mengembangkan profesionalisme dan pola pengelolaan obyek dan daya tarik wisata alam yang siap mendukung kegiatan
pariwisata alam dan mampu memanfaatkan potensi obyek dan daya tarik wisata alam secara lestari. Pemerintah Daerah berkewajiban melaksanakan koordinasi,
perencanaan, pelaksanaan serta monitoring pengembangan obyek dan daya tarik wisata alam.
Cagar Alam Panjalu merupakan sebuah pulau kecil yang biasa disebut Nusa Gede atau Nusa Larang terletak di tengah situdanau Lengkong Panjalu. Menurut
Peraturan Daerah Tingkat I Jawa Barat No. 2 Tahun 1996 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung di Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat, bahwa kawasan cagar
alam adalah kawasan suaka alam yang keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan satwa dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan
perkembangannya berlangsung secara alami. Perlindungan terhadap kawasan cagar alam dilakukan untuk melindungi kekhasan biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan
alam bagi kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan kegiatan lainnya yang menunjang budidaya.
Kriteria kawasan cagar alam menurut Peraturan Daerah Tingkat I Jawa Barat No. 2 Tahun 1996 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung di Propinsi Daerah Tingkat
I Jawa Barat adalah: 1. Kawasan darat dan atau perairan yang ditunjuk mempunyai luas tertentu yang
menunjang pengelolaan yang efektif dengan daerah penyangga cukup luas serta mempunyai kekhasan jenis tumbuhan, satwa atau ekosistemnya;
2. Kondisi alam, baik biota maupun fisiknya masih asli dan tidak atau belum diganggu manusia.
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, bahwa cagar alam dikelola dengan melakukan
upaya pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan, satwa beserta ekosistemnya. Sedangkan pemanfaatan cagar alam untuk keperluan penelitian dan pengembangan,
ilmu pengetahuan, pendidikan dan kegiatan penunjang budidaya. Olah karena itu, pemanfaatan Cagar Alam Panjalu tidak untuk kegiatan wisata.
Sedangkan kawasan Situ Lengkong Panjalu dimanfaatkan sebagai kawasan wisata alam dengan tetap memperhatikan keutuhankelestarian kawasan situ dan Cagar Alam
Panjalu Suganda, 2003.
2.3 Nilai Sumberdaya Alam