Nilai Sumberdaya Alam Tourism Economic Value of Lengkong Panjalu Lake Area Ciamis Regency Using Contingent Valuation Methode

alam adalah kawasan suaka alam yang keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan satwa dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Perlindungan terhadap kawasan cagar alam dilakukan untuk melindungi kekhasan biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan kegiatan lainnya yang menunjang budidaya. Kriteria kawasan cagar alam menurut Peraturan Daerah Tingkat I Jawa Barat No. 2 Tahun 1996 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung di Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat adalah: 1. Kawasan darat dan atau perairan yang ditunjuk mempunyai luas tertentu yang menunjang pengelolaan yang efektif dengan daerah penyangga cukup luas serta mempunyai kekhasan jenis tumbuhan, satwa atau ekosistemnya; 2. Kondisi alam, baik biota maupun fisiknya masih asli dan tidak atau belum diganggu manusia. Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, bahwa cagar alam dikelola dengan melakukan upaya pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan, satwa beserta ekosistemnya. Sedangkan pemanfaatan cagar alam untuk keperluan penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan, pendidikan dan kegiatan penunjang budidaya. Olah karena itu, pemanfaatan Cagar Alam Panjalu tidak untuk kegiatan wisata. Sedangkan kawasan Situ Lengkong Panjalu dimanfaatkan sebagai kawasan wisata alam dengan tetap memperhatikan keutuhankelestarian kawasan situ dan Cagar Alam Panjalu Suganda, 2003.

2.3 Nilai Sumberdaya Alam

Sumberdaya alam seringkali tidak dihargai dengan pantas di pasaran. Bahkan ketika sumberdaya alam tersebut diperdagangkan secara langsung di pasaran, mungkin memiliki nilai ekonomi lain yang tidak tercermin pada harganya. Beberapa sumberdaya alam dapat dengan mudah diubah menjadi penghasilan dengan cara memanen, sedangkan sumberdaya alam yang lain menghasilkan sejumlah jasa yang tidak menunjukkan harga yang nyata. McNeely, 1992. McNeely 1992 juga menjelaskan bahwa perhitungan nilai serta biaya pelestarian sumberdaya alam memberikan suatu dasar untuk menentukan nilai total dari setiap kawasan atau sumberdaya alam yang dilindungi. Karena sumberdaya alam juga memiliki nilai ekonomi, investasi dalam usaha pelestarian haruslah dilihat sesuai dengan prinsip ekonomi yang memerlukan sarana yang dapat diandalkan dan dapat dipercaya untuk mengukur keuntungan pelestariannya. Klasifikasi nilai sumberdaya alam terbagi dua bagian, yaitu McNeely, 1992 : 1. Nilai Langsung, yang meliputi Nilai Pendayagunaan Konsumtif dan Nilai Pendayagunaan Produktif. 2. Nilai Tidak Langsung, yang meliputi Nilai Pendayagunaan Non-Konsumtif, Nilai Pilih dan Nilai Eksistensi. Nilai langsung sumberdaya alam berkaitan dengan kenikmatan atau kepuasan yang diterima secara langsung oleh konsumen. Nilai tersebut dengan mudah dapat diamati dan diukur yang seringkali dengan menetapkan harga. Nilai pendayagunaan konsumtif merupakan nilai yang diterapkan pada produk alamiah yang langsung dikonsumsi tanpa melewati pasar, seperti jasa wisata sebagai nilai dari seluruh kegiatan wisata. Nilai pendayagunaan produktif merupakan nilai yang dikenakan pada produk yang dihasilkan secara komersial, seperti kayu bakar, ikan, kulit binatang, tanaman obat dan lain-lain. Nilai tidak langsung dari sumberdaya alam merupakan nilai yang berhubungan terutama dengan fungsi ekosistem sumberdaya lingkungan. Nilai ini merefleksikan nilai sumberdaya tersebut kepada masyarakat luas daripada individu atau badan hukum yang ada. Nilai pendayagunaan non-konsumtif secara umum lebih mengarah pada fungsi alamiah atau jasa dari barang yang menyediakan nilai tanpa harus dikonsumsi dan diperdagangkan di pasar. Pendayagunaan non-konsumtif kegiatan wisata ke sumberdaya alam yang dikelola seringkali dapat memberikan pengakuan ekonomi yang kuat bagi pelestarian sumberdaya alam, terutama jika kawasan tersebut merupakan daya tarik utama bagi wisatawan. Nilai pilih adalah suatu cara menilai sumberdaya alam untuk masa yang akan datang. Sedangkan nilai eksistensi merupakan cara untuk menilai sumberdaya alam dengan menghargai keberadaan sumberdaya tanpa ada keinginan untuk melihat atau memanfaatkannya, sehingga diharapkan generasi yang akan datang dapat memperoleh keuntungan dari sumberdaya tersebut McNeely, 1992. Nilai konservasi sumberdaya alam dari segi ekonomi merupakan penggunaan sumberdaya alam secara lestari dengan mengingat unsur waktu atau merupakan keputusan yang diambil perusahaan, perorangan maupun masyarakat dalam hal alokasi sumberdaya alam antara masa kini dan masa mendatang. Nilai konservasinilai pelestarian tersebut merupakan biaya sosial, yaitu biayapengorbanan yang ditanggung masyarakat. Biaya sosial ini tidak hanya menghitung biaya yang berwujud uang, tetapi juga biaya yang tidak berwujud uang Reksohadiprodjo, 1994.

2.4 Estimasi Nilai Ekonomi dari Kebijakan Lingkungan