Kondisi Flora dan Fauna Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Derajat Kesulitan dan Bahaya Penelusuran Gua

4.2 Kondisi Flora dan Fauna

Jenis flora yang dominan di areal kawasan Obyek wisata Gudawang adalah tanaman perkebunan yaitu karet Hevea brasiliensis, jati Tectona grandis dan kelapa sawit. Selain itu terdapat tanaman buah buahan seperti rambutan Nephellium mutabile, cempedak, durian Durio zibethinus, nangka Artocarpus heterophyllus. Di beberapa tempat terdapat alang-alang yang mendominasi tempat tersebut. Jenis fauna yang dapat dijumpai di dalam gua diantaranya kelelawar, ikan lele, ikan mas, kepiting, jangkrik, dan serangga lainnya.

4.3 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Di Kampung Cipining terdapat ± 2000 kepala keluarga. Mayoritas penduduk kampung ini beraga Islam, sebagian kecil beragama Kristen dan Budha. Mata pencaharian penduduk sebagian besar adalah bertani, buruh pabrik, buruh perkebunan, dan berdagang. Beberapa orang bekerja sebagai penggali batu-batu kapur. Pendidikan tertinggi penduduk Kampung Cipining adalah perguruan tinggi dengan mayoritas pendidikan penduduk tersebut berupa lulusan Sekolah Dasar. V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kondisi Fisik Gua

Kawasan Karst Gudawang memiliki 24 gua yang terdiri atas gua kering dan gua berair. Gua-gua kering tersebut berjumlah 9 gua yaitu Si Bulan 1, Si Bulan 2, Si Gong, Gopala, Si Masigit, Si Nampol, Si Kandang, Si Kondang dan Si Tembok. Sedangkan jumlah gua berair sebanyak 15 gua diantaranya Si Kembar, Si Parat 1, Si Parat 2, Si Aul Tengah, Si Aul Ujung, Si Garaan, Si Cayur, Si Patahunan, Si Pahang, Si Menteng, Si Elong, Si Delan, Si Langir, Si Leseh dan Legok Picung. Dari 24 gua yang terdapat di Karst Gudawang, 3 diantaranya telah dikembangkan sebagai obyek wisata yaitu Gua Si Menteng, Si Masigit dan Si Pahang. Ketiga gua tersebut terdapat di kawasan tanah Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor. Dua dari 15 gua berair telah dikembangkan sebagai wisata dan telah mengalami perubahan fisik secara sengaja yang dibuat untuk menunjang kegiatan wisata. Sedangkan 8 gua lainnya merupakan gua alam yang masih memiliki infrastruktur asli sehingga kondisi-kondisi fisik baik berupa bentuk mulut, ornamen-ornamen maupun bentuk lorong masih alami dan menarik yang dapat memberikan suatu tantangan dalam melakukan kegiatan penelusuran. Kondisi setiap gua tersebut berbeda-beda sehingga kesulitan yang dimiliki setiap gua akan berbeda pula. Perbedaan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai salah satu penentuan peminat wisatawan atau penelusur gua. Berdasarkan pengamatan, 2 gua yaitu Si Elong dan Legok Picung dapat diketahui titik koordinat tetapi tidak dilakukan kajian karena keterbatasan alat dan kondisi cuaca yang tidak memungkinkan. Sedangkan untuk 3 gua lainya yaitu Gua Si Leseh, Gua Si Langir dan Gua Si Delan tidak dapat ditemukan keberadaannya karena sudah tidak diketahui posisinya secara pasti. Belum adanya titik koordinat dari ketiga gua tersebut menambah kesulitan dalam menemukan lokasinya. Keberadaan gua-gua di kawasan Karst Gudawang menyebar dengan jarak antar gua relatif dekat Gambar 5. Selain itu, gua – gua yang ada sebagian besar berada di kawasan tanah milik masyarakat berupa lahan perkebunan, perladangan dan persawahan. Gambar 5 Peta penyebaran gua di komplek Gua Gudawang Sumber: Modifikasi data Apriandi dan pengukuran lapang Hasil pengamatan menunjukan masing-masing gua memiliki karakteristik fisik yang berbeda sehingga dapat memberikan peluang dalam pengembangannya berdasarkan potensi setiap gua. Setiap karakter gua akan memberikan nilai, tingkat kesulitan dan tantangan yang berbeda. Dengan demikan akan memberikan peluang pasar yang lebih luas. Kondisi fisik masing- masing gua lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 5. 24 Tabel 5 Hasil pengamatan kondisi fisik gua NAMA GUA PARAMETER Si Kembar Si Parat 1 Si Parat 2 Si Aul Ujung Si Aul Tengah Titik Koordinat 06 27 ’ 21.6” LS 106 30’24.6” BT 06 28 ’ 01.2 ” LS 106 30 ’ 36.8 ” BT 06 28 ’ 01.2 ” LS 106 30 ’36.8 ” BT 06 27 ’12.8 ” LS 106 30’ 27.9” BT 06 27 ’12.4 ” LS 106 30 ’32.7 “ BT Panjang m 82.19 38.67 107.99 72.43 175.02 Ketinggian m dpl 123 122 122 122 120 Debit m 3 Detik 0.015 0.020 0.020 0044 Kelembaban 93 93 93 93 93 Tutupan lahan Jati Padi Padi Alang-alang, Rambutan Alang-alang, Rambutan Suhu C 31.7 31.9 31.9 25.7 25.3 Jarak km dari 1. Pemukiman 0.8 2.5 2.5 2 0.7 2. Jln Raya Bogor- Jasinga 8.8 7.4 7.4 10 8.8 3. Obyek yang telah dikembangkan 1 3 3 3 1 25 NAMA GUA PARAMETER Si Cayur Si Garaan Si Patahunan Legok Picung Si Elong Titik Koordinat 06 27 ’ 46.6” LS 106 30’34.3” BT 06 27 ’ 09.2” LS 106 30’32.6” BT 06 27 ’ 27.7” LS 106 30’34.3” BT 06 27’14.0” LS 106 30’ 2.24” BT 06 27’ 09.5” LS 106 30’ 25.0” BT Panjang m 176.96 183.51 12.19 - - Ketinggian m dpl 119 120 122 125 132 Debit m 3 Detik 0.015 0.0037 - - - Kelembaban 86 86 84 - - Tutupan lahan Kelapa sawit Alang-alang Semak belukar Semak, jati bambu Suhu C 25 24.3 28.6 - - Jarak km dari 1. Pemukiman 1 0.8 0.6 1.5 1.5 2. Jln Raya Bogor- Jasinga 9 8.9 8.6 10 9.5 3. Obyek yang telah dikembangkan 3 1 0.6 2 2

5.1.1 Gua Si Kembar

Berdasarkan hasil pemetaan, pada gua Si Kembar terdapat 15 titik stasiun pengukuran. Setiap stasiun diambil berdasarkan kesulitan lorong dengan menggunakan metode forward. Si Kembar merupakan gua terpanjang ke- 5 dari 8 gua yang dilakukan pengukuran. Gua ini berada di kawasan kebun penduduk dengan topografi landai sehingga apabila terjadi hujan maka terbentuk aliran air yang deras dari permukaan mulut gua. Peta gua dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6 Peta tampak atas Gua Si Kembar Mulut gua Si Kembar memiliki tinggi ± 2,5 meter dengan lebar mulut gua ± 1,8 meter. Pada mulut gua terdapat air yang deras dengan kedalaman air mencapai dada orang dewasa. Terdapat alat penarik dan pipa-pipa air pada mulut gua. Beberapa meter ke dalam gua, kondisi aliran air masih deras dengan ketinggian air mencapai betis orang dewasa. Gua ini memiliki atap gua yang tinggi sehingga memberikan kebebasan dalam melakukan penelusuran. Semakin ke dalam, lorong gua semakin menyempit yang memberikan tantangan menarik dalam melakukan penelusuran. Kondisi lorong gua yang dihiasi ornamen-ornamen gua seperti stalaktit dan stalakmit aktif dengan bentuk–bentuk yang unik merupakan obyek yang menarik untuk digunakan sebagai salah satu unsur penarik wisatawan atau penelusur Gambar 7. Ornamen – ornamen gua ini berbentuk runcing, mengkilat dan berwarna kuning. Warna kuning pada ornamen gua disebabkan kondisi tutupan lahan di atas gua yang telah terganggu sehingga air hujan akan langsung meresap ke dalam gua dengan membawa butiran tanah tanpa ditahan oleh vegetasi. a b Gambar 7 a Ornamen gua berupa stalaktit aktif b Lorong gua yang sempit

5.1.2 Gua Si Parat 1

Tinggi mulut gua Si Parat 1 mencapai ± 3 meter. Pada mulut gua terdapat batu-batu kapur tajam dengan tinggi sekitar ± 2 meter. Beberapa meter dari mulut gua terdapat runtuhan batu kapur. Terdapat sebuah cabang pada lorong gua, untuk memasukinya posisi tubuh penelusur harus merayap karena tinggi atap gua hanya mencapai ± 60 cm sepanjang 1 meter. Adanya aliran air sepanjang lorong yang sempit ini menambah tingkat kesulitan dalam aktivitas penelusuran. Setelah melalui lorong - lorong sempit tersebut, terdapat lorong yang lebar dan posisi tubuh penelusur dapat berdiri kembali. Pada bagian lorong lebar ini masih terdapat bebatuan dan aliran air yang semakin mengecil. Gua ini cukup lembab dan di dalam lorong tercium bau guano kotoran kelelawar yang cukup menyengat. Pada ujung gua terdapat sumber air yang muncul dari celah batuan tetapi tidak terlihat adanya aliran air di dekat celah tersebut Gambar 8. Gambar 8 Sumber air di dalam Gua Si Parat 1 Berdasarkan hasil pemetaan gua Si Parat 1, terdapat 6 stasiun dengan panjang gua mencapai ± 38,67 meter. Gambar 9 Peta tampak atas Gua Si Parat 1

5.1.3 Gua Si Parat 2

Gua ini berada di depan gua Si Parat 1 sehingga memiliki jarak dari jalan raya dan rumah penduduk yang sama. Terdapat 11 stasiun pengukuran berdasarkan hasil pemetaan. Aliran air yang masuk ke dalam gua Si Parat 2 berasal dari sungai yang sama dengan Si Parat 1 dengan debit air mencapai 0,020 m 3 detik. Gua Si Parat 2 memiliki dua cabang yang menyatu kembali pada salah satu titik stasiun 6. Cabang pertama memiliki panjang dari mulut gua sekitar ± 64,62 meter dengan ketinggian lorong mencapai ± 0,7-1,65 meter sehingga penelusur harus membungkuk atau jongkok selama penelusuran. Lorong pada cabang ini tidak terdapat aliran air dengan kelembaban udara yang rendah serta terdapat lumpur dan batuan. Sedangkan lorong cabang lainnya memiliki panjang ± 43,37 meter dengan kondisi tinggi atap gua sangat rendah dan penelusur hanya dapat merayap dan sesekali merangkak. Ketinggian atap mencapai ± 60 cm. Adanya aliran air pada lorong cabang ini menambah tantangan ketika melakukan penelusuran. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10 Peta tampak atas Gua Si Parat 2 Gua Si Parat 2 berada di kawasan kebun penduduk dengan tutupan lahan berupa tanaman padi oryza sativa. Tutupan lahan ini akan mempengaruhi kondisi ornamen-ornamen gua yang berada di dalam gua. Keberadaan ornamen tidak terlalu menonjol di Gua Si Parat 2 hanya terdapat stalaktit dan stalakmit yang masih aktif maupun tidak aktif . Ornamen gua yang ada dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11 a Mulut gua berair b Lorong gua

5.1.4 Gua Si Aul Tengah

Pengukuran gua Si Aul Tengah dimulai dari mulut gua yang berada di tengah-tengah lorong gua sehingga pengukuran dibagi menjadi lorong kiri dan lorong kanan. Gua ini memiliki panjang total ±175,02 meter dengan jumlah stasiun pengukuran 20 stasiun. Gua ini berada di kawasan kebun penduduk dengan tutupan lahan tanaman rambutan dan alang-alang. Peta gua dapat dilihat pada Gambar 12. Gambar 12 Peta tampak atas Gua Si Aul Tengah Lorong-lorong dekat mulut gua yang dimiliki cukup tinggi dan lebar. Tetapi, gua Si Aul Tengah memiliki aliran air yang sangat deras sehingga diperlukan kewaspadaan ketika melakukan penelusuran gua. Gua ini memiliki topografi yang cukup landai. Pada lorong kanan mulut gua terdapat lumpur yang cukup dalam sehingga memberikan tantangan yang menarik bagi penelusur. Lumpur yang terdapat pada gua ini sangat lengket. Selain lumpur yang lengket, gua ini memiliki kedalaman air mencapai pinggang orang dewasa. Semakin ke dalam lorong kondisi air makin tinggi hingga mencapai dada orang dewasa. Berbeda dengan kondisi lorong pada kanan mulut gua, lorong pada kiri mulut gua terdapat bebatuan dengan aliran air sangat deras. Semakin menuju ke dalam lorong gua semakin menyempit dan ketinggian atap gua semakin rendah dengan aliran air masih sangat deras. Gambar 13 Mulut Gua Si Aul Tengah Keindahan gua Si Aul Tengah tidak hanya ornamen-ornamen gua yang ada, akan tetapi gua ini memiliki kelebihan dengan bentuk mulut gua vertikal dengan ketinggian cukuip tinggi, kondisi batuan, perairan, kondisi lorong-lorong dan mulut gua yang vertikal memberikan tantangan yang sangat menarik seperti merangkak, merayap maupun berenang Gambar 13.

5.1.5 Gua Si Aul Ujung

Gua ini berada tidak jauh dari gua Si Garaan . Mulut utama gua ini berupa mulut vertikal yang cukup tinggi mencapai ± 2 meter. Gua ini memiliki kelebihan yang cukup menarik yaitu memiliki ornamen stalaktit yang masih aktif dan mati dengan ukuran yang panjang, gourdam berukuran besar, pilar-pilar dan flowstone. Peta Gua Si Aul Ujung dapat dilihat pada Gambar 14. Gambar 14 Peta tampak atas Gua Si Aul Ujung Kondisi fisik gua ini cukup memberikan kesulitan dalam melakukan penelusuran. Gua Si Aul Ujung memiliki tinggi atap mencapai ± 8 meter. Pada awal memasuki gua, terdapat turunan yang cukup tajam. Setelah itu, kondisi lorong menanjak yang setelahnya menemukan mulut gua lain yang memiliki bentuk mulut gua vertikal. Pada titik mulut gua vertikal ini cahaya masuk ke dalam gua karena lebar mulut gua mencapai 2 meter. Posisi ini merupakan tempat yang menarik untuk melakukan pengamatan terhadap ornamen-ornamen gua. Pada bagian lain, penelusur akan menemukan lorong gua yang sempit. Untuk melewati lorong ini, penelusur harus merayap karena ketinggian gua sekitar 50 cm dengan panjang lorong 1,5 meter. Setelah melewati lorong ini, ketinggian atap gua akan kembali sama dengan ketinggian atap gua sebelum melewati lorong ini. Gambar 15 a Mulut Gua Si Aul Ujung. b Ornamen gua berupa gourdam

5.1. 6 Gua Si Garaan

Gua Si Garaan merupakan gua alam yang mengalami perubahan kondisi fisik yaitu dengan adanya pembuatan tangga pada mulut gua. Kondisi di dalam lorong gua masih alami tanpa adanya perubahan. Gua ini memiliki dua cabang, pada cabang pertama memiliki panjang ± 183,51 meter dan cabang yang kedua memiliki panjang sekitar ± 62,04 meter yang merupakan cabang buntu. Gambar 16 Peta tampak atas Gua Si Garaan Gua ini memiliki atap lorong yang sangat tinggi walaupun pada mulut gua harus merangkak terlebih dahulu. Terdapat lumpur yang cukup lengket pada mulut gua tetapi beberapa meter ke dalam lorong gua penelusur akan menemukan genangan air. Sumber air gua ini berasal dari air perkolasi. Gua ini berada di kawasan kebun penduduk dengan tutupan lahan berupa alang-alang dan kebun rambutan. Sumber air gua ini merupakan air perkolasi. Peta Gua Si Garaan dapat lihat pada Gambar 16. Gua Si Garaan memiliki daya tarik tersendiri karena ornamen - ornamen yang dimiliki cukup indah dengan kondisi ornamen yang aktif dan jenis-jenis ornamennya beragam seperti stalaktit, stalakmit, pilar dan flowstone dengan ukuran yang cukup besar. Selain ornamen – ornamen yang dimiliki, Gua Si Garaan merupakan gua yang paling banyak ditemukan fauna gua, khususnya jenis kelelawar Gambar 17. Gambar 17 Salah satu fauna gua Kelelawar

5.1.7 Gua Si Cayur

Gua Si Cayur memiliki panjang ± 176,96 meter dengan mulut gua vertikal. Lebar mulut gua sekitar ± 100 cm dengan batuan-batuan yang berukuran besar. Gua ini terletak di kawasan kebun penduduk dengan tutupan lahan berupa kelapa sawit. Si Cayur merupakan gua dengan kondisi fisik yang unik dan lorong berliku-liku yang dapat memberikan tantangan sangat menegangkan dalam melakukan penelusuran. Peta Gua Si Cayur dapat dilihat pada Gambar 18. Pada awal memasuki Gua Si Cayur, penelusur harus melalui mulut gua vertikal yang cukup sempit sehingga posisi tubuh penelusur terjepit. Setelah beberapa meter akan ditemukan aliran sungai dengan ornamen-ornamen gua pada kiri kanan lorong yang mengumpul dan masih dalam kondisi aktif baik stalaktit, stalakmit maupun gourdam. Gourdam yang terdapat pada gua ini memiliki bentuk yang menarik sehingga dapat dijadikan obyek pengamatan bagi para penelusur. Lorong-lorong yang terdapat pada gua ini berukuran sangat sempit disertai batuan tajam. Selama kegiatan penelusuran gua, penelusur gua harus melakukan kegiatan naik turun dinding gua sehingga memberikan daya tarik tersendiri bagi gua Si Cayur. Gambar 18 Peta tampak atas Gua Si Cayur

5.1.8 Si Elong dan Legok Picung

Gua Si Elong berada pada titik koordinat 06 27’09.5” LS dan 106 30’25.0” BT dengan tutupan lahan berupa rumpun bambu. Gua ini memiliki bentuk mulut gua vertikal dengan tinggi atap sekitar ± 2 meter. Jarak dari obyek wisata yang telah dikembangkan mencapai. ± 2 km dan jarak dari pemukiman penduduk mencapai ± 1,5 km. Sedangkan jarak dari jalan raya Bogor-Jasinga mencapai ± 9,5 km. Gua Legok Picung berada pada posisi 06 27’ 09.7” LS dan 106 30’ 24.8” BTApriandi 2004. Jarak gua ini dari obyek yang telah dikembangkan mencapai ± 2 km, sedangkan dari pemukiman penduduk mencapai ± 1,5 km. Dari jalan raya Bogor-Jasinga gua ini mencapai jarak ± 10 km. Kedua gua ini tidak dapat dimasuki dan dilakukan kajian karena keterbatasan alat yang dimiliki. Selain itu gua ini diperlukan keterampilan cukup untuk menelusurinya karena lokasi yang cukup sulit yaitu berada di kawasan tanah yang sangat curam.

5.1.9. Si Patahunan

Pada mulut Gua Si Patahunan lantai gua berpasir tetapi semakin ke dalam gua kondisinya berair. Pada ujung gua terdapat muara air yang sangat dalam. Kondisi air yang ada tidak mengalir atau dalam kondisi menggenang sehingga tidak diketahui debit air yang ada. Peta Gua Si Patahunan dapat dilihat pada Gambar 19. Gambar 19 Peta tampak atas Gua Si Patahunan

5.2 Derajat Kesulitan dan Bahaya Penelusuran Gua

Setiap gua memiliki keunikan dan derajat kesulitan tersendiri. Dari 15 gua berair yang ada, terdapat 8 gua yang dapat dilakukan kajian dan berpotensi untuk dikembangkan untuk kegiatan wisata minat khusus. Dari 8 gua tersebut, dapat dibagi menjadi beberapa kelas. Pembagian kelas-kelas gua ini dapat dilakukan melalui penilaian derajat kesulitan pada masing-masing gua. Penilaian derajat kesulitan gua berdasarkan 4 parameter yang diukur, yaitu aktivitas tubuh, kondisi air debit air, panjang gua dan bentuk mulut gua. Bentuk aktivitas tubuh berupa berdiri, merunduk, jongkok, merangkak, merayap dan berenang. Semakin sulit aktivitas tubuh untuk dilakukan dalam penelusuran, maka semakin tinggi nilai yang diberikan. Aktivitas berupa berenang dianggap paling sulit karena membutuhkan keterampilan yang lebih dibandingkan yang lain sehingga memiliki nilai paling besar. Kondisi air debit air dalam gua menjadi parameter penilaian yang penting karena akan menentukan tingkat kesulitan dalam penelusuran gua. Debit air yang lebih besar lebih menyulitkan untuk ditelusuri dibandingkan dengan gua yang memiliki debit air yang kecil. Semakin tinggi debit air, maka semakin besar nilai yang diberikan. Panjang lorong gua merupakan salah satu parameter yang penting dalam penilaian derajat kesulitan. Semakin panjang lorong gua semakin tinggi nilai yang diberikan. Gua yang panjang akan membutuhkan daya tahan tubuh yang lebih dibandingkan dengan gua yang pendek karena semakin ke dalam gua ketersediaan oksigen semakin menipis. Bentuk mulut gua merupakan parameter yang cukup menentukan dalam penelusuran gua. Bentuk mulut gua yang vertikal akan lebih membutuhkan keterampilan, daya tahan tubuh dan ketersediaan alat lengkap dibandingkan dengan bentuk mulut gua yang horisontal. Oleh karena itu, bentuk mulut gua yang vertikal memiliki nilai kesulitan yang lebih besar dibandingkan dengan mulut gua horisontal. Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Hasil Kriteria penentuan derajat kesulitan gua No. Parameter Nilai Si Kembar Si Parat 1 Si Parat 2 Si Aul Tengah Si Aul Ujung Si Garaan Si Cayur Si Patahunan 1 Aktivitas Berdiri 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Merunduk 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 Jongkok 1 0 1 1 1 0 1 1 0 Merangkak 1.5 0 1.5 1.5 1.5 0 1.5 1.5 1,5 Merayap 2 0 2 2 2 2 0 2 0 Berenang 2.5 0 0 2.5 2.5 0 0 0 0 Jumlah 7.5 0 0 0 0 0 0 0 0