Potensi gua banyak tersebar di Indonesia, salah satunya terletak di Kabupaten Bogor, yaitu obyek wisata Gua Gudawang. Kawasan Karst Gudawang
meskipun memiliki 24 gua tetapi baru 3 gua yang telah dikembangkan sebagai obyek wisata masal yaitu Gua Simasigit, Simenteng dan Sipahang. Ketiga gua
tersebut telah mengalami perubahan-perubahan pembangunan infrastruktur atau fasilitas yang sengaja dibuat seperti tangga, penerangan dan bentuk mulut gua
yang dirubah menyerupai kepala singa yang terjadi pada Gua Simasigit dan Simenteng.
Gua – gua lain di kawasan Karst Gudawang memiliki kondisi masih asli, sehingga diharapkan gua-gua ini berpotensi dan layak untuk dikembangkan
sebagai obyek wisata dengan tingkat petualangan yang lebih tinggi. Kawasan ini pula diharapkan dapat menjadi salah satu kawasan wisata minat khusus namun
kelestarian kawasan karst dapat dikelola secara lestari.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan khusus, yaitu: 1.
Mengidentifikasi potensi dan memetakan gua kawasan karst Gudawang berdasarkan derajat kesulitan gua dan kelompok peminat
2. Menilai kelayakan gua untuk dikembangkan sebagai obyek wisata minat
khusus. Sedangkan secara umum penelitian ini bertujuan untuk interpretasi Gua
Gudawang untuk kepentingan wisata minat khusus.
1.3 Manfaat Penelitian
1. Meningkatkan pengetahuan pentingnya sumberdaya kawasan karst
2. Mendukung pengelolaan wisata di kawasan Gua Gudawang khususnya
untuk wisata minat khusus 3.
Meningkatkan alternatif pemasukan pendapatan bagi masyarakat sekitar.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kawasan Karst 2.1.1 Definisi Kawasan Karst dan Proses Pembentukannya
Menurut Samodra 2001 Karst mengandung makna sebagai suatu bentang alam yang secara khusus berkembang pada batuan karbonat batu gamping dan
dolomit. Bentang alam tersebut baik berkelompok maupun tunggal dibentuk dan dipengaruhi oleh proses pelarutan karstifikasi yang derajatnya lebih tinggi
dibanding kawasan batuan lainnya. Secara sempit, kawasan karst dapat diartikan sebagai suatu kawasan yang
diwarnai oleh kegiatan pelarutan atau proses karstifikasi. Proses karstifikasi dipengaruhi air yang dipercepat oleh CO
2
, baik yang berasal dari atmosfir yang terdapat di atas permukaan tanah maupun yang berada di dibawah permukaan
sebagai hasil dari pembusukan sisa-sisa tumbuhan atau humus. Kadar CO
2
asal biogenik umumnya tinggi. Jumlah CO
2
di permukaan tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah kegiatan penguapan akar tumbuhan, kegiatan
mikroba dan banyak sedikitnya fauna invertebrata yang hidup di permukaan tanah. Menjaga kelangsungan karstifikasi, proses alam yang membentuk bentang
alam karst harus tetap dipertahankan. Dalam kontek yang lebih luas, kawasan karst merupakan perpaduan antara unsur - unsur morfologi, kehidupan, energi, air,
gas, tanah dan batuan yang membentuk satu kesatuan sistem yang utuh. Menurut Keputusan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral No.1456
tahun 2000 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Karst, Bab 1 pasal 1, Kawasan Karst diartikan sebagai kawasan batuan karbonat batu gamping dan
dolomit yang memperlihatkan morfologi karst. Karst sendiri merupakan bentukan bentang alam pada batuan karbonat yang bentuknya sangat khas berupa bukit,
lembah, dolina dan gua. Kasri et al 1999 menyatakan pula kawasan karst dapat diartikan sebagai
kawasan yang mempunyai bentang alam khas yang dibentuk oleh proses pelarutan batuan. Umumnya batuan tersebut adalah batu gamping dan dolomit.
2.1.2 Nilai Kawasan Karst dari Aspek Pariwisata
Menurut Samodra 2001 kawasan karst memiliki tiga nilai yang unik yaitu nilai ilmiah, nilai ekonomi, dan nilai kemanusiaan yang dapat diketahui dari
beberapa aspek. Nilai ekonomi dari aspek pariwisata bentang alam kawasan karst menawarkan keindahan, keunikan dan kelangkaan yang mempunyai nilai jual
tinggi sehingga dapat dimanfaatkan oleh sektor pariwisata. Dari sekian banyak bentang alam yang ada di kawasan karst bukit, lembah, telaga, pantai, gua
merupakan fenomena alam yang paling diminat karena menyajikan tantangan tersendiri untuk memasuki, menelusuri, dan mengekplorasinya.
Admin 2005 menyatakan salah satu bentuk pemanfaatan kawasan karst yang mempunyai prospek ekonomis yang menjanjikan adalah dalam bidang
kepariwisataan, asalkan pengembangannya selalu berpegang pada konsep keberlanjutan. Keuntungan yang diperoleh dari pengembangan kawasan karst
menjadi wisata adalah dapat mendatangkan tambahan pendapatan, tanpa kehilangan fenomena alam karst, tidak seperti halnya dengan penambangan batu
gamping untuk bahan bangunan. Bentang alam kawasan karst memperlihatkan keindahan, keunikan, dan
kelangkaan yang mempunyai nilai jual tinggi dalam sektor pariwisata. Berpotensinya kawasan karst menjadi wisata pada utamanya tergantung pada satu
atau lebih karakteristik yang tersedia di dalamnya seperti bentang alam yang unik dan langka, memiliki sumber daya alam dengan nilai ekonomi, merupakan tempat
penting untuk kajian ilmiah dan lain-lain. Melihat pada keragaman kawasan karst dengan karakteristiknya masing-masing, jenis wisata yang sesuai untuk
dikembangkan salah satunya adalah wisata petualangan Djaendi 2004.
2.2 Gua 2.2.1 Definisi Gua dan Proses Pembentukannnya
Menurut Aristiyanto 2005, gua merupakan suatu bentuk ekosistem bawah permukaan sub surface yang unik dimana banyak menarik perhatian ahli
biospeleologi untuk mengamati daerah tersebut, karena ada perbedaan dengan kehidupan di permukaan seperti:
1. Komunitas yang berbeda dengan permukaan, terutama atmosfir yang
basah
2. Lingkungan yang basah tanpa cahaya
3. Perubahan sistem fisiologi karena faktor suhu, cahaya, dan tekanan
yang berbeda dengan permukaan. Gema 2004 menyatakan gua adalah suatu lorong bentukan alamiah di
bawah tanah yang bisa dilalui oleh manusia. Gua yang hanya dapat dilalui hewan saja disebut gua mikro.
Dalam hal ini yang dimaksud adalah gua alam, bukan gua buatan manusia seperti tempat perlindungan perang dan lain-lain.
Menurut Samodra 2001 gua merupakan lorong-lorong di bawah tanah yang terbentuk dari retakan- retakan akibat dari pelarutan batu gamping. Proses
kimia yang terjadi di kawasan karst yang memicu terbentuknya lorong-lorong gua, diwujudkan dalam bentuk reaksi:
CaCo
3
+ CO
2
+ H
2
O CaHCO
3 2
Air hujan yang mengandung CO
2
asal udara dan asal organik meresap ke dalam tanah, melarutkan batu gamping yang dilaluinya. CaHCO
3 2
yang dihasilkan larut dalam air, sehingga lambat laun terbentuk rongga-rongga di dalam
batu gamping. Lorong-lorong gua yang lurus, berbelok-belok dan bercabang merupakan hasil kegiatan pelarutan air sepanjang ruang dan selama waktu
geologi.
2.2.2 Ornamen Gua
Menurut Keputusan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral No. 1456 tahun 2000 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Karst, ornamen gua
Speleotem adalah bentukan alam hasil pengendapan ulang larutan jenuh kalsium karbonat yang menghiasi bagian dalam gua, yang berupa stalaktit, stalagmit, pilar,
dan flowstone. Gua memiliki ornamen-ornamen yang indah dan jarang kita jumpai di
alam terbuka. Di tengah kegelapan abadi proses pengendapan berlangsung hingga membentuk ornamen gua speleothem. Proses ini disebabkan karena air tanah
yang menetes dari atap gua mengandung lebih banyak CO
2
daripada udara sekitarnya. Agar seimbang, CO
2
menguap dari tetesan air tersebut. Hal ini menyebabkan berkurangnya jumlah asam karbonat, yang artinya kemampuan
melarutkan kalsit menjadi berkurang. Akibatnya air tersebut menjadi jenuh kalsit CaCO
3
dan kemudian mengendap Nin 2006.
2.3 Pariwisata, Wisata 2.3.1 Definisi Pariwisata dan Wisata
Pendit 1999 menyatakan pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tepat dalam penyediaan
lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor produktivitas lainnya. Sedangkan menurut Tourism Society in Britain di tahun
1976 dalam Pendit 1999, pariwisata adalah kepergian orang-orang yang bersifat sementara dalam jangka waktu pendek ke tempat - tempat tujuan di luar tempat
tinggal dan bekerja sehari-harinya serta kegiatan-kegiatan mereka selama berada di tempat-tempat tujuan tersebut. Selain itu E Guyer-Freuler dalam Pendit 1999
menyatakan pariwisata dalam arti modern merupakan gejala jaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang
sadar dan menumbuh terhadap keindahan alam, kesenangan dan kenikmatan alam semesta.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.18 tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional,
Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, Bab 1, pasal 1 dijelaskan pariwisata alam adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata alam termasuk
pengusahaan dan daya tarik wisata alam serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut. Selain itu dijelaskan pengertian wisata alam yaitu kegiatan perjalanan
atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati pada keunikan dan keindahan alami di taman
nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam. Menurut Undang-undang No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan diacu
dalam Pendit 1999 mengandung ketentuan meliputi beberapa hal yaitu: a.
Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati
dan daya tarik wisata b.
Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang
terkait di bidang tersebut
c. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
penyelenggaraan pariwisata d.
Usaha Pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau penyediaan atau mengusahakan dan daya tarik wisata,
usaha sarana pariwisata, dan usaha lain yang terkait dibidang tersebut e.
dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata f.
Kawasan Pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.
Suatu wisata menurut Keputusan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral No.1456 tahun 2000 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Karst
merupakan benda atau tempat yang memiliki daya tarik karena keindahan, keunikan dan kelangkaannya.
Menurut Persatuan Peminat dan Ahli Kehutanan 1987 menyatakan tentang pengertian:
1. wisata alam adalah sumberdaya alam yang berpotensi serta mempunyai
daya tarik bagi wisatawan dan upaya pembinaan cinta alam, baik dalam keadaan alami maupun ada usaha budidaya
2. Kegiatan wisata alam adalah berupa kegiatan rekreasi dan pariwisata
pendidikan, penelitian, kebudayaan dan cinta alam yang dilakukan di dalam wiata alam.
Berdasarkan Undang-undang No. 5 tahun 1999 tentang Keanekaragaman hayati dan Ekosistemnya, Taman wisata merupakan hutan wisata yang memiliki
keindahan alam baik keindahan untuk tumbuhan maupun satwa, maupun keindahan alamnya sendiri mempunyai ciri khas untuk dimanfaatkan bagi
kepentingan rekreasi dan kebudayaan. Sedangkan menurut Undang-undang No.5 tahun 1990 Taman Wisata Alam merupakan Kawasan pelestarian alam yang
terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam. Di dalam Peraturan Pemerintah No. 68 tahun 998 tentang Kawasan
Pelestarian Alam Bab III pasal 33 suatu kawasan ditetapkan sebagai kawasan taman wisata alam apabila:
a. Mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau ekosistem gejala
alam serta formasi geologi yang menarik
b. Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian potensi dan daya
tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam c.
Kondisi lingkungannya mendukung upaya pengembangan pariwisata alam. Selanjutnya berdasarkan Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang
Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya pada pasal 1, dinyatakan bahwa definisi wisata adalah kawasan pelestarian alam yang
terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam. Pada pasal 30 masih dalam Undang-Undang yang sama menyatakan kegiatan yang dapat
dilakukan di taman wisata alam adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya dan wisata alam.
3.2. 2 Definisi Ekowisata