Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi yang bermanfaat bagi pengelolaan hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat.
B. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kerapatan tegakan Pinus sp terhadap produktivitas serasah, dekomposisi serasah, masukan
air dari air tembus tajuk dan aliran batang, kehilangan air tanah melalui perkolasi dan analisis tanah beserta watak analitiknya di blok Cimenyan Hutan Pendidikan
Gunung Walat C. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat memberikan informasi tentang karakteristik tegakan Pinus sp pada kerapatan yang berbeda, sehingga
pengelolaan hutan di hutan tanaman Pinus khususnya di Hutan Pendidikan Gunung Walat dapat dilakukan secara lestari.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Karakteristik Pinus sp
1. Penyebaran
Selain di Indonesia jenis ini terdapat di wilayah Bhurma, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam dan Philipina. Di Indonesia secara alami banyak
dijumpai di Sumatera Utara dan Aceh Departemen Kehutanan, 1995.
2. Persyaratan Tumbuh
Di Jawa pohon ini dapat tumbuh antara ketinggian 200-2000 m diatas permukaan laut dan tidak meminta persyaratan tumbuh yang tinggi. Walaupun
demikian untuk tumbuh baik, dibutuhkan ketinggian tempat diatas 400 m diatas permukaan laut dengan curah hujan antara 1.500 mm sampai dengan 4000
mmtahun Departemen Kehutanan, 1995.
3. Lukisan Pohon
Pohion ini dapat mencapai tinggi 60-70 m dengan diameter 100 cm. Batang dengan kulit berwarna kelabu tua, berjalur agak dalam, memanjang
berserpih dalam lempeng bulat panjang 15-20 cm dan buahnya berbentuk kerucut Departemen Kehutanan, 1995.
4. Benih
Berbuah hampir sepanjang tahun, terutama bulan Maret sampai dengan Juni. Jumlah benih sekitar 50.000-60.000kg benih kering tanpa sayap atau
29.000l Departemen Kehutanan, 1995.
B. Kerapatan Tegakan Hutan
Pada umumnya hutan-hutan berbeda dalam hal jumlah pohon dan volume per-ha, luas bidang dasar dan kriteria lainnya.
Perbedaan antara sebuah tegakan yang rapat dan jarang, lebih mudah dilihat bila menggunakan kriteria pembukaan tajuknya. Sedangkan kerapatan
berdasarkan volume, luas bidang dasar dan jumlah batang per-ha, dapat diketahui melalui pengukuran Departemen Kehutanan, 1992
Untuk keperluan praktis kerapatan tajuk telah dibuat, yaitu Departemen Kehutanan, 1992:
1. Rapat, bila terdapat lebih dari 70 penutupan tajuk
2. Cukup, bila terdapat 40-70 penutupan tajuk
3. Jarang, bila terdapat kurang dari 40 penutupan tajuk
Hutan yang terlalu rapat pertumbuhannya akan lambat, karena persaingannya yang keras terhadap sinar matahari, air dan zat hara mineral.
Pertumbuhan akan terhambat, tetapi tidak berlangsung lama, karena persaingan antara pohon-pohon akan mematikan yang lemah dan penguasaan yang kuat.
Sebaiknya hutan yang terlalu jarang, terbuka atau hutan rawang akan menghasilkan pohon-pohon dengan tajuk yang besar dan bercabang banyak
dengan batang yang pendek Departemen Kehutanan, 1992. Suatu hutan yang dikelola dengan baik ialah hutan yang kerapatannya
dipelihara sampai tingkat optimum, sehingga pohon-pohonnya dapat dengan penuh memanfaatkan sinar matahari, air dan zat hara mineral dalam tanah
Departemen Kehutanan, 1992. Jelaslah bahwa hutan yang tajuknya kurang rapat, berfungsi kurang
efisien, kecuali bila celah yang ada diisi dengan permudaan hutan atau pohon- pohon muda Departemen Kehutanan, 1992.
C. Produktivitas Serasah 1. Pengertian Produktivitas