Air Tembus dan Aliran Batang

Analisis data dengan menggunakan SPSS menunjukan bahwa kerapatan memberikan pengaruh nyata terhadap nilai rata-rata volume air lisimeter Lampiran 39. Dengan menggunakan uji lanjut diketahui bahwa kerapatan sedang merupakan kerapatan yang memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai rata- rata volume air lisimeter Lampiran 18. Gambar 11. Grafik Rata-Rata Volume Air Lisimeter mmhari pada Kerapatan yang Berbeda di Blok Cimenyan, Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi.

4. Air Tembus dan Aliran Batang

Berdasarkan hasil pengukuran aliran batang Pinus sp selama 10 kali pengambilan pada tiga kerapatan yang berbeda, nilai rata-rata aliran batang yang tertinggi terjadi pada kerapatan rendah dengan nilai 18049 mm yang terjadi pada pengambilan pertama. Begitu juga dengan nilai rata-rata aliran batang tertinggi untuk kerapatan tinggi dan kerapatan sedang nilai rata-rata aliran batang tertinggi terjadi pada pengambilan pertama dengan masing-masing nilainya adalah 14330 mm dan 17900 mm Gambar 8. Sedangkan nilai rata-rata aliran batang yang terendah terjadi pada kerapatan tinggi dengan nilai 123,67 mm, yang diperoleh pada pengukuran kelima. Sedangkan untuk kerapatan sedang nilai rata-rata aliran batang terendah terjadi pada pengambilan kelima dengan nilai 138,33 dan untuk kerapatan rendah, nilai rata-rata aliran batang terendah juga terjadi pada pengambilan kelima dengan nilai 320 mm Gambar 8. 50 100 150 200 250 Rata-Rata Volume Lisimeter mmhari Kerapatan Kerapatan Tinggi 88,87 Kerapatan Sedang 219,74 Kerapatan Rendah 24,97 1 Analisis data menunjukan bahwa kerapatan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap nilai rata-rata aliran batang Lampiran 14. Berdasarkan analisis regresi didapatkan bahwa nilai rata-rata aliran batang berbanding lurus dengan nilai curah hujannya. Untuk nilai curah hujan yang sama, berdasarkan analisis regresi diketahui bahwa nilai rata-rata aliran batang yang tertinggi terjadi pada kerapatan sedang. Diikuti oleh kerapatan rendah kemudian kerapatan tinggi lampiran 15. Gambar 8. Grafik Hubungan Rata-Rata Volume Aliran Batang mm dengan Curah Hujan mm pada Kerapatan yang Berbeda di Blok Cimenyan, Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi. Berdasarkan hasil pengukuran air tembus Pinus sp selama 10 kali pengambilan pada tiga kerapatan yang berbeda, nilai rata-rata air tembus yang tertinggi terjadi pada kerapatan rendah dengan nilai 21500 mm, nilai ini diperoleh pada pengukuran pertama. Begitu pula untuk kerapatan tinggi dan kerapatan sedang, nilai rata-rata air tembus tertinggi terjadi pada pengambilan pertama dengan masing-masing nilainya adalah 18590 mm dan 21171 mm Gambar 9. Analisis data dengan menggunakan SPSS menunjukan bahwa kerapatan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap nilai rata-rata air tembus Lampiran 16. 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 18000 20000 Rata-Rata Aliran Batang mm Curah Hujan mm 608 502 305 202 166 95 567 355 175 1560 Rata-Rata Aliran Batang Kerapatan Tinggi 14330 1897,3 534 277,33 123,67 37,67 6843,3 9243,3 3835 16850 Rata-Rata Aliran Batang Kerapatan Sedang 17900 1668,3 1462,3 907 138,33 36,67 10710 4900 4050 14733 Rata-Rata Aliran Batang Kerapatan Rendah 18049 1801,7 3353 627,33 320 43,33 10283 5200 2233,3 17127 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Sedangkan nilai rata-rata air tembus yang terendah terjadi pada kerapatan sedang dengan nilai 801 mm, yang diperoleh pada pengukuran keenam. Sedangkan untuk kerapatan tinggi nilai rata-rata air tembus terendah terjadi pada pengambilan keenam dengan nilai 841,3 mm dan untuk kerapatan rendah, nilai rata-rata air tembus terendah terjadi pada pengambilan kedua dengan nilai 978,3 mm Gambar 9. Berdasarkan analisis regresi didapatkan bahwa nilai rata-rata air tembus berbanding lurus dengan nilai curah hujannya. Untuk nilai curah hujan yang sama, berdasarkan analisis regresi diketahui bahwa nilai rata-rata air tembus yang tertinggi terjadi pada kerapatan rendah. Diikuti oleh kerapatan sedang kemudian kerapatan tinggi lampiran 17. Gambar 9. Grafik Hubungan Rata-Rata Volume Air Tembus Tajuk mm dengan Curah Hujan mm pada Kerapatan yang Berbeda di Blok Cimenyan, Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi.

5. Analisis Tanah dan Kadar Air

Dokumen yang terkait

Kontribusi Penyadapan Getah Pinus (Pinus merkusii) Terhadap Tingkat Pendapatan Penyadap

18 166 77

Identifikasi Mutu Bibit Tusam (Pinus merkusii) Berdasarkan SNI (Standar Nasional Indonesia) di Pembibitan Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli Desa Sibaganding Kecamatan Girsang Sipangan Bolon Kabupaten Simalungun

2 51 78

Pendugaan Karbon Tersimpan pada Tegakan Pinus (Pinus merkussii) dan Ekaliptus (Eucalyptus sp) di Taman Hutan Raya Bukit Barisan Kabupaten Karo

2 44 58

Pemuliaan Pinus Merkusii

1 36 11

Masukan Hara Melalui Curah Hujan, Air Tembus dan Aaliran Batang pada Tegakan Pinus (Pinus merkusii), Agathis (Agathis loranthifolia) dan Puspa (Schima wallichii) di DAS Cipeureu, Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi

0 9 53

Produktivitas, Penghancuran dan Kandungan Hara Serasah pada Tegakan Pinus (Pinus Merkusif), Agathis (Agathuis loranthifolia) dan Puspa (Schima wallachii) di DAS Cipeureu, Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi

0 15 48

Analisa laju infiltrasi pada perbedaan kerapatan tegakan hutan pinus (Pinus merkusii), Blok Cimenyan, Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi-Jawa Barat

0 4 100

Pendugaan Biomassa Tegakan Pinus (Pinus merkussi Jungh et de Vriese) pada Berbagai Kerapatan di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi

0 11 57

Penggunaan Stimulansia ETRAT pada Penyadapan Getah Pinus merkusii, Pinus oocarpa dan Pinus insularis di Hutan Pendidikan Gunung Walat

6 64 102

Model Alometrik Biomassa Pinus (Pinus merkusii Jungh et De Vriese) Berdiameter Kecil di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi

0 8 30