Volume Air Lisimeter Hasil 1. Produktivitas Serasah

Pengaruh kerapatan ini diduga diakibatkan oleh kelembaban Gambar 7, yang memang memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot sisa serasah pada selang kepercayaan 95 , dengan nilai Fhitung sebesar 6,252 Lampiran 12. Berdasarkan uji lanjut pengaruh kerapatan terhadap dekomposisi serasah yang diduga dengan bobot sisa serasah didapat bahwa kerapatan tinggi merupakan kerapatan yang memberikan pengaruh yang paling berbeda Lampiran 13. Gambar 7. Grafik Hubungan Rata-Rata Bobot Sisa Serasah Daun Pinus sp Mingguan dengan Suhu ยบ C dan Kelembaban pada Kerapatan yang Berbeda di Blok Cimenyan, Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi.

3. Volume Air Lisimeter

Berdasarkan hasil pengukuran rata-rata volume air lisimeter selama selama 19 kali kejadian hujan pada tiga kerapatan yang berbeda, curah hujan tertinggi terjadi pada pengukuran ke-15 yaitu sebesar 983 mm, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada pengukuran ke-4 yaitu sebesar 43 mm. Pada kerapatan sedang rata-rata volume air dalam lisimeter adalah yang paling banyak yaitu 410 mm. Hal ini sejalan dengan jumlah hujan tertingginya sebesar 983 mm. Begitu pula pada kerapatan tinggi dan rendah rata-rata volume air lisimeter yang terbanyak ditemukan pada pengukuran ke-15 Gambar. 10. 100 200 300 400 500 600 700 800 900 Suhu Udara 0C Kerapatan Tinggi 22 24 22 23 25 25 24 25 28 27 27 26 25 27 25 26 Suhu Udara 0C Kerapatan Sedang 22 23 22 23 25 25 24 25 27 27 26 26 25 26 25 26 Suhu Udara 0C Kerapatan Rendah 22 23 22 23 24 25 24 24 27 27 26 25 25 26 25 25 Kelembaban Udara Kerapatan Tinggi 87 83 86 85 83 83 83 82 79 80 80 81 81 80 81 81 Kelembaban Udara Kerapatan Sedang 87 83 86 85 82 83 83 82 79 80 80 80 81 80 81 81 Kelembaban Udara Kerapatan Rendah 87 83 86 85 82 83 83 82 79 80 80 80 81 80 81 81 B obot Sisa gr Kerapatan Tinggi 694,6 674,3 670,7 662,4 652 628,3 615,6 607,7 593,2 580,5 556,8 529,4 503 455,2 428,8 402,1 B obot Sisa gr Kerapatan Sedang 757,9 732,2 714,5 713,5 696,2 673,4 669,5 650 644,3 627,3 622,7 613,9 606,5 588,6 486,6 470,1 B obot Sisa gr Kerapatan Rendah 770,8 762,9 761,5 707,6 705,8 691,5 688,3 654,7 630,7 622,9 617,4 608,3 601 599,7 596,8 593,9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Gambar 10. Grafik Hubungan Rata-Rata Volume Air Lisimeter mm dengan Curah Hujan mm pada Kerapatan yang Berbeda di Blok Cimenyan, Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi. Hal ini sejalan dengan analisis data yang memperlihatkan bahwa semakin tinggi curah hujan maka volume air lisimeter pun akan semakin banyak, artinya dapat diduga bahwa unsur hara yang tercuci oleh air hujan akan semakin banyak pula Gambar 10. Berdasarkan pada pengolahan data, kerapatan sedang menghasilkan rata- rata volume air lisimeter yang paling banyak, yaitu sebesar 219,74 mmhari. Kerapatan tinggi menghasilkan rata-rata volume air lisimeter sebesar 88,87 mmhari sedangkan kerapatan rendah menghasilkan rata-rata volume air lisimeter yang paling sedikit, yaitu sebesar 24,97 mmhari Gambar. 11. Hal ini dapat ditafsirkan bahwa pencucian akibat hujan paling sedikit terjadi pada kerapatan rendah. 200 400 600 800 1000 1200 Curah Hujan mm 83 103 83 43 221 270 403 306 100 308 166 210 105 330 983 608 502 305 202 Volume Air Lisimeter mm Tinggi 0,5 41,5 0,5 4 50 76,5 51,5 65 38 17,5 69 50 68 375 290 221 181 89,5 Volume Air Lisimeter mm Sedang 37,5 58 16,5 24 102,5 162,5 327,5 283,5 8,5 285 131 321 290 295 410 455 360 456,5 151 Volume Air Lisimeter mm Rendah 1 10 57,5 115 24,5 6 8 4 0,5 1 0,5 21 205 3,5 9 8 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Analisis data dengan menggunakan SPSS menunjukan bahwa kerapatan memberikan pengaruh nyata terhadap nilai rata-rata volume air lisimeter Lampiran 39. Dengan menggunakan uji lanjut diketahui bahwa kerapatan sedang merupakan kerapatan yang memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai rata- rata volume air lisimeter Lampiran 18. Gambar 11. Grafik Rata-Rata Volume Air Lisimeter mmhari pada Kerapatan yang Berbeda di Blok Cimenyan, Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi.

4. Air Tembus dan Aliran Batang

Dokumen yang terkait

Kontribusi Penyadapan Getah Pinus (Pinus merkusii) Terhadap Tingkat Pendapatan Penyadap

18 166 77

Identifikasi Mutu Bibit Tusam (Pinus merkusii) Berdasarkan SNI (Standar Nasional Indonesia) di Pembibitan Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli Desa Sibaganding Kecamatan Girsang Sipangan Bolon Kabupaten Simalungun

2 51 78

Pendugaan Karbon Tersimpan pada Tegakan Pinus (Pinus merkussii) dan Ekaliptus (Eucalyptus sp) di Taman Hutan Raya Bukit Barisan Kabupaten Karo

2 44 58

Pemuliaan Pinus Merkusii

1 36 11

Masukan Hara Melalui Curah Hujan, Air Tembus dan Aaliran Batang pada Tegakan Pinus (Pinus merkusii), Agathis (Agathis loranthifolia) dan Puspa (Schima wallichii) di DAS Cipeureu, Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi

0 9 53

Produktivitas, Penghancuran dan Kandungan Hara Serasah pada Tegakan Pinus (Pinus Merkusif), Agathis (Agathuis loranthifolia) dan Puspa (Schima wallachii) di DAS Cipeureu, Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi

0 15 48

Analisa laju infiltrasi pada perbedaan kerapatan tegakan hutan pinus (Pinus merkusii), Blok Cimenyan, Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi-Jawa Barat

0 4 100

Pendugaan Biomassa Tegakan Pinus (Pinus merkussi Jungh et de Vriese) pada Berbagai Kerapatan di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi

0 11 57

Penggunaan Stimulansia ETRAT pada Penyadapan Getah Pinus merkusii, Pinus oocarpa dan Pinus insularis di Hutan Pendidikan Gunung Walat

6 64 102

Model Alometrik Biomassa Pinus (Pinus merkusii Jungh et De Vriese) Berdiameter Kecil di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi

0 8 30