Pencemaran Udara Sumber Pencemar Udara

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pencemaran Udara

Pencemaran udara dapat didefinisikan sebagai kehadiran satu atau lebih kontaminanpolutan ke dalam atmosfer yang karena jumlah dan lama waktu keberadaannya dapat mengakibatkan kerugian pada manusia, tumbuhan kehidupan binatang dan atau propertimaterial serta menyebabkan gangguan kenyamanan dalam melakukan aktivitas hidup. Materi yang diemisikan ke atmosfer oleh aktivitas manusia maupun secara alami merupakan penyebab beberapa masalah lingkungan seperti hujan asam, penurunan kualitas udara pemanasan global, rusaknya infrastruktur bangunan, pengurangan lapisan ozon dan pemaparan ekosistem oleh bahan beracun Canter, 1996.

2.2 Sumber Pencemar Udara

Sumber pencemar udara dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis sumber frekuensi terjadinya, distribusi spasial dan jenis emisi. Berdasarkan jenis sumber pencemar maka dapat dibedakan menjadi sumber yang terjadi secara alami dan sumber yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Sumber alami meliputi letusan gunung berapi, penyerbukan tanaman, kebakaran hutan dan lain sebagainya sedangkan sumber yang berasal dari aktivitas manusia seperti sektor transportasi proses industri, pembangkit energi, aktivitas konstruksi, dan aktivitas latihan militer. Sumber pencemaran berdasarkan distribusi spasial dapat dibedakan atas beberapa kategori antara lain sumber titik seperti cerobong industri serta sumber garis yang merupakan sumber pencemar yang begerak seperti aktivitas kendaraan bemotor. Selain itu juga terdapat sumber area seperti emisi debu dari lokasi konstruksi dan aktivitas pelatihan militer yang semuanya terjadi dalam satu lokasi geografis tertentu Canter, 1996. 8 2.3 Pencemaran Udara dari Kendaraan Bermotor Permasalahan lingkungan yang kerap mengancam kota-kota besar di Indonesia saat ini adalah pencemaran udara terutama yang bersumber dari kendaraan bermotor. Hal ini dibuktikan oleh beberapa hasil kajian seperti The Study on the Integrated Air Quality Management for Jakarta Area JICA, 1997, Urban Air Quality Management Strategy in Asia : Jakarta report Word Bank, 1997 dan The Integrated Vehicle Emission Reduction Strategy for Greater Jakarta Syahril et al., 2002 bahwa sektor transportasi memberikan kontribusi yang besar terhadap pencemaran udara perkotaan khususnya di wilayah aglomerasi Jakarta. Sektor transportasi menyumbang 69 dari total pencemar NO x , 15 dari total pencemar SO 2 dan 40 dari total pencemar PM 10 untuk tahun 1995 JICA, 1997. Sementara itu laporan kajian lain menyebutkan 73 dari total NOx dan 15 dari total PM 10 Worldbank, 1997 dan studi terakhir pada tahun 2002 menyimpulkan bahwa 76 dari total NO x , 17 dari total SO 2 dan 55 dari total PM 10 berasal dari kendaraan bermotor Suhadi dan Damantoro, 2005. Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta tahun 2005 memperkirakan bahwa pada tahun 2014 jumlah kendaraan roda empat akan mencapai tiga juta unit ; pada waktu bersamaan rasio antara volume lalu lintas dan kapasitas jalan akan mencapai titik jenuh. Artinya diperkirakan akan terjadi kemacetan total diruas- ruas jalan di DKI Jakarta mulai tahun 2014. Masalah sumber pencemar udara dari kendaraan bermotor di DKI Jakarta tidak terlepas dari kontribusi sumber pencemar dari wilayah Bodetabek karena pada saat ini sekitar 1,3 juta penduduk yang bertempat tinggal di wilayah Bodetabek melakukan perjalanan dari dan ke Jakarta setiap hari. Volume pergerakan kendaraan di wilayah Jabodetabek paling tinggi adalah pergerakan dari Bekasi ke Jakarta dan sebaliknya dibandingkan dari daerah Tangerang dan Bogor atau Depok Tabel 1. 9 Tabel 1. Volume pergerakan komuter di Jabodetabek Arah Pergerakan Volume Pergerakan kendaraanhari DKI Jakarta – Tangerang 412.543 DKI Jakarta – BogorDepok 424.219 DKI Jakarta - Bekasi 499.198 Sumber : JICA, 2004 Motorisasi semakin membuat moda transportasi tidak bermotor menjadi rentan dan marginal. Tidak hanya angka kecelakaan yang meningkat, dampak motorisasi juga menyebabkan kemacetan, pecemaran udara dan kebisingan, tingginya konsumsi bahan bakar, dan berkurangnya infrastruktur kota dan lahan terbuka hijau untuk kualitas hidup masyarakat kota yang lebih baik. Kepadatan lalu lintas menyebabkan rata-rata kecepatan menurun dari 38,3 kmjam pada tahun 1995 menjadi 34,5 kmjam pada tahun 2002 JICA, 2004. Kepadatan dan kemacetan lalu lintas menyebabkan kendaraan tidak dapat beroperasi pada kecepatan optimum yaitu kecepatan yang menghasilkan emisi gas buang minimum. Emisi gas buang ini dapat berupa pencemar SO 2 , NO x , CO, HC, debu, timbal Pb dan gas pembentuk efek rumah kaca seperti metana CH 4 , dinitrogen oksida N 2 O dan yang paling besar adalah karbon dioksida CO 2 . Gorham, 2002. Pada Gambar 2 disampaikan kecepatan rata-rata kendaraan mobil penumpang di jalan utama di DKI Jakarta. Gambar 2 Kecepatan rata-rata mobil penumpang di jalan-jalan utama di Jakarta Sumber : JICA, 2004 10 2.4 Karbon Monoksida CO Gas CO adalah gas yang dihasilkan dari proses oksidasi bahan bakar yang tidak sempurna. Gas ini bersifat tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak menyebabkan iritasi. Gas karbon monoksida memasuki tubuh melalui pernapasan dan diabsorpsi di dalam darah. Karbon monoksida akan mengikat hemoglobin yang berfungsi untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh menjadi carboxyhaemoglobin. Gas CO mempunyai kemampuan mengikat haemoglobin sebesar 240 kali lipat kemampuannya mengikat oksigen O 2 . Secara langsung hal ini akan menyebabkan pasokan O 2 ke seluruh tubuh menurun tajam,sehingga melemahkan kontraksi jantung dan menurunkan volume darah yang didistribusikan. Konsentrasi rendah 400 ppm ambien dapat menyebabkan pusing-pusing dan keletihan, sedangkan konsentrasi tinggi 2000 ppm dapat menyebabkan kematian. Selain dari bahan bakar, CO juga dihasilkan dari pembakaran produk-produk alam dan sintesis, termasuk rokok. Dalam proses industri, karrbon monoksida digunakan dalam jumlah kecil saja Kannan, 1995. CO dihasilkan dari pembakaran material yang mengandung karbon seperti bensin, gas alam, batu bara, kayu dan sebagainya. CO merupakan produk yang tidak diinginkan dalam proses pembakaran. Ia diproduksi dalam proses pembakaran dalam oksigen dibawah jenuh yang melibatkan senyawa karbon. Sehingga jumlah CO yang dihasilkan terutama tergantung dari perbandingan bahan bakar dan udara serta tingkat pencampuran. Pada campuran yang ideal, emisi CO yang terbentuk akan sedikit. Berikut ini disampaikan proses pembakaran dalam mesin kendaraan. Gambar 3. Gambar 3 Proses pembakaran dalam mesin kendaraan Sumber : UNEP, 2006 11 Karbon monoksida hanya larut ringan dalam air dan termasuk zat yang tidak meracuni air. CO memiliki densitas yang kira-kira sama dengan udara. CO masuk ke atmosfir melalui gas buang dan akan cepat teroksidasi membentuk CO 2 . CO berbahaya karena tingkat toksisitasnya yang tinggi terhadap manusia dan hewan. Waktu tinggal CO di atmosfir antara 1 sampai 2 bulan. Waktu paruh CO terikat dalam darah kira-kira 250 menit. Konsentrasi CO dapat meningkat di sepanjang jalan raya yang padat lalu lintas dan menyebabkan pencemar lokal. Data kimiawi dan sifat fisik dari CO adalah sebagai berikut : Rumus Empiris : CO Berat Molekul Relatif : 28,01 gram Densitas : 1,25 gl pada 0 o C Densitas Gas Relatif : 0,97 Titik didih : -191,5 o C Titik Leleh : -199 o C Temperatur nyala : 605 o C Batas Meledak : 12,5 - 74 vol Tekanan Meledak Maksimum : 7,3 x 10 5 Pa Faktor Konversi : 1 ppm = 1,164 mgm 3 1 mgm 3 = 0,859 ppm

2.5 Partikel Debu PM