29
3.2.3 Sistem Transportasi
Semenjak dihentikannya pengoperasian trem oleh pemerintah DKI Jakarta era 1970an, bus sudah menjadi sarana transportasi umum yang penting disamping
sarana transportasi yang lain. Namun, selama 30 tahun lebih, porsi penggunaan bus semakin menurun dibandingkan dengan kendaraan pribadi mobil dan sepeda
motor, dimana rasio kendaraan pribadi 92 dan umum 8 menjadi semakin lebar perbedaannya, sehingga public transport share nya menurun dari sekitar
70 tahun 1970-an menjadi 57 1985 dan 45 2000 Sutomo Ammari, 2008. Adapun jenis kendaraan yang digunakan di DKI Jakarta adalah sebagai
berikut : - Bajaj, bemo, toyoko tricycle, pada umumnya memakai mesin 2 Tak
- Sedan, jeep, taksi dan sejenisnya termasuk yang berbahan bakar diesel - Mikrolet, APK, APB, KWK
- Metromini dan sejenisnya berbahan bakar diesel - Bis besar
- Pick up, box kecil untuk angkutan barang dalam kota - Truk sedang, besar, gandeng, peti kemas
- Sepeda motor status kepemilikan pribadi dan dinas Gambar 6 memperlihatkan preferensi moda transportasi berdasarkan hasil
survei yang dilakukan di Jabodetabek. Preferensi dinilai dari tingkat kenyamanan, keamanan, kecepatan, kesenangan, dan biaya. Misalnya, mobil pribadi memiliki
tingkat kenyamanan, keamanan, kesenangan, kecepatan, dan biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan bis. Sedangkan sepeda motor memiliki tingkat
kecepatan yang sama dengan mobil pribadi, tetapi memiliki tingkat kenyamanan, kesenangan, dan keamanan yang lebih rendah. Namun, tingkat biaya sepeda motor
sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan mobil pribadi. Hasil survei ini semakin memperkuat alasan mengapa penggunaan kendaraan pribadi terus meningkat.
30
Gambar 6. Survei moda transportasi di JABOTABEK tahun 2002
Sumber : JICA, 2004
Kondisi kendaraan umum di Jakarta tahun 2007 sebanyak 22.476 bis kota yang terdiri dari bis besar sebanyak 4.513 buah, bis sedang sejumlah 4.979 dan bis
kecil 12.984 buah BPS, 2008. Sedangkan jumlah kendaraan pribadi yang terdaftar di Polda Metro Jaya adalah 3,28 juta buah yang terdiri dari sepeda motor
dan mobil penumpang pribadi .
Gambar 7 Panjang jalan di Provinsi DKI Jakarta
Sumber : BAPPENAS, 2006
2000 4000
6000 8000
10000
Tahun P
anj an
g jal a
n k
m
1998 1999
2000 2001
2002 2003
31
Total panjang jalan di DKI Jakarta kurang lebih 10 dari total panjang jalan di Pulau Jawa. Pada saat ini panjang jalan adalah 7.600 km atau sekitar 7 dari
luas wilayah kota. Walaupun pemerintah berupaya mengatasi persoalan kemacetan dengan membangun jalan baru, memperlebar jalan, atau membangun
jalan tol, ternyata hal ini tidak memecahkan masalah bahkan semakin menambah jumlah kendaraan di jalan raya yang akhirnya semakin menambah kemacetan.
Rasio panjang jalan yang rendah pertumbuhan panjang jalan dan lebar jalan tidak signifikan seharusnya di atasi dengan penggunaan angkutan umum yang
berkapasitas angkut besar. Pola jaringan jalan di DKI Jakarta terdiri dari sistem jaringan jalan lingkar, yaitu lingkar dalam inner ring road dan lingkar luar
outer ring road yang juga merupakan jaringan jalan arteri primer, jaringan radial yang melayani kawasan di dalam inner ring road, dan jaringan jalan berpola grid
di wilayah sentra ekonomi. Tahun 2004 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam mendukung sistem
transportasi yang baik di ibukota menetapkan rencana pengembangan sistem transportasi berdasarkan skenario tahun 2002 dasar, tahun 2007, tahun 2010 dan
tahun 2020. Hal ini dapat dilihat pada Keputusan Gubernur Pemerintah Provinsi DKI Jakarta No. 842004 tentang Pola Transportasi Makro PTM. Skenario pada
tahun 2007 di antaranya mencakup pengembangan kereta api Jabodetabek, busway dan bus-bus pengumpan serta perpindahan antar moda, transport demand
management TDM yang mengarah pada pembatasan lalu lintas dan parkir, dan angkutan sungai. Sedangkan skenario pada tahun 2010 meliputi mass rapid
transit MRT dan light rail train LRT, busway di semua koridor, dan integrasi sistem angkutan cepat massal berbasis jalan dan rel. Pada dasarnya, PTM
dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan dan penyediaan jasa transportasi yang terpadu, tertib, lancar, aman, nyaman, dan efisien.
IV. METODE PENELITIAN