Penggunaan Bahan Bakar pada Kendaraan Umum

18 apakah sistem kontrol emisi pada kendaraan berjalan dengan benar atau tidak. Tujuan dari sistem PP ini adalah untuk mengidentifikasi kendaraan-kendaraan yang beroperasi yang tidak memenuhi ambang batas emisi pencemar kriteria CO, HC dan opasitas. Kendaraan yang tidak memenuhi ambang batas tersebut dipersyaratkan untuk diperbaiki hingga emisinya memenuhi ambang batas. Secara umum terdapat tiga struktur tipe sistem P dan P, yaitu sentralisasi, desentralisasi dan kombinasi NAP, 2001. a. Tipe sentralisasi atau terpusat adalah pengujian yang dilakukan di berbagai tempat yang dikelola oleh satu atau dua operator pemerintah atau swasta b. Tipe desentralisasi adalah pengujian emisi dilaksanakan di berbagai tempat yang dikelola oleh banyak operator. Biasanya operator pemeriksaan adalah bengkel-bengkel yang tersebar di berbagai tempat dan perawatan pun dapat dilakukan di bengkel yang sama. c. Tipe kombinasi adalah merupakan kombinasi kedua tipe sentralisasi dan desentralisasi. Di DKI Jakarta, sistem PP mulai di perkenalkan pada masyarakat tahun 1997 atas dukungan Clean Air Project Swisscontact melalui uji emisi yang dilakukan dijalan atau tempat tertentu Spot check. Kemudian pada tahun 2000 diterbitkan Keputusan Gubernur DKI Jakarta nomor 952000 tentang Pemeriksaan Emisi dan Perawatan Mobil Penumpang Pribadi di Provinsi DKI Jakarta. Kebijakan tersebut mewajibkan setiap kendaraan pribadi melakukan pemeriksaan emisi satu tahun sekali pada bengkel yang sudah diakreditasi. Apabila emisinya melebihi ambang batas yang ada maka pemilik kendaraan diharuskan melakukan perawatan kendaraannya hingga emisinya memenuhi nilai ambang batas.

2.7.2 Penggunaan Bahan Bakar pada Kendaraan Umum

Sejarah perkembangan pemanfaatan bahan bakar gas untuk sektor transportasi di DKI Jakarta tidak terlepas dari posisi DKI Jakarta sebagai lokasi pilot project nasional. Pemanfaatan gas untuk transportasi dimulai dengan pelaksanaan konversi 300 taksi di tahun 1987. Jumlah ini meningkat perlahan menjadi ± 4.500 kendaraan dalam waktu 10 tahun kemudian ditambah dengan sekitar 40 bus besar. Puncaknya pada tahun 2000, pada saat jumlah kendaraan 19 pengguna gas mencapai angka ± 6.600 unit. Setelah itu, jumlahnya turun drastis, dan hanya tersisa ± 2.500 di tahun 2002, bahkan menjadi hanya 534 unit pada tahun 2004. Sementara itu, berkaitan dengan permasalahan teknis yang dialami Perusahaan umum Pengangkutan Djakarta PPD dalam mengoperasikan bus berbahan bakar gas, jumlah bus dimaksud pada tahun 2002 hanya tersisa 5 unit, dan habis sama sekali di tahun 2004. Pada saat ini strategi penerapan pemanfaatan bahan bakar gas untuk kendaraan umum akan diterapkan kepada armada busway khususnya koridor 2 dan seterusnya diwajibkan telah menggunakan BBG, sedangkan untuk busway koridor 1 perlu diupayakan secara bertahap. Penetapan target sasaran mobil penumpang umum dibakukan secara bertahap dengan berorientasi kepada point to point terminal sesuai dengan ketersediaan BBG dan lokasi SPBG. Peningkatan jumlah kendaraan yang berbahan bakar gas juga perlu ditunjang oleh bengkel-bengkel instalasi dengan memanfaatkan bengkel-bengkel yang telah ada, menyusun mekanisme perijinan dan pengawasannya serta mendidik teknisi- teknisi yang profesional. Program yang ditetapkan dalam pemanfaatan BBG untuk transportasi di bidang kendaraan meliputi: a. Penyusunan Peraturan Gubernur tentang kewajiban penggunaan BBG oleh angkutan umum dan kendaraan operasional Pemda DKI Jakarta berdasarkan Peraturan Daerah tentang Pengendalian Pencemaran Udara Nomor 2 Tahun 2005 Pasal 20. b. Pemberian insentif penggunaan BBG oleh angkutan umum Dz`engan kegiatan berupa penyusunan kebijakan tentang pemberian insentif kepada pengusaha angkutan umum serta mekanismenya untuk konversi ke BBG c. Penyusunan mekanisme perijinan bengkel pemasangan dan perawatan peralatan konversi dengan kegiatan berupa Penyusunan kriteria bengkel dan mekanisme pemberian ijin bengkel pemasangan dan perawatan peralatan konversi d. Peningkatan pengetahuan teknisi bengkel pemasangan dan perawatan peralatan konversi yang meliputi kegiatan sebagai berikut: a. Penyusunan materi pelatihan teknisi 20 b. Pelaksanaan pelatihan teknisi e. Sosialisasi tentang pemanfaatan BBG untuk angkutan umum yang meliputi kegiatan sebagai berikut: a. Penyusunan konsep dan strategi sosialisasi b. Penyusunan rencana pelaksanaan sosialisasi c. Produksi materi sosialisasi d. Pelaksanaan sosialisasi

2.8 Bahan Bakar Minyak