Latar Belakang Masalah Partisipasi Masyarakat Terhadap Posyandu Dalam Upaya Pelayanan Kesehatan Balita (Studi Kasus Pada Posyandu Melati di Desa Sigapiton Kecamatan Ajibata Kabupaten Toba Samosir)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan bisa dijadikan sebagai salah satu parameter yang dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebuah negara, karena dengan melalui pelayanan kesehatan dapat dilihat maju atau tidaknya suatu negara. Selain itu, kesehatan merupakan faktor yang penting bagi individu, karena tingkat kesehatan individu tersebut untuk mencapai sebuah kondisi yang sejahtera. Kesehatan sebagai salah satu bidang yang sangat berkaitan dengan pembangunan kesejahteraan sosial Adi, 2002:127. Oleh karena itu, maka kesehatan merupakan hal yang penting untuk diperhatikan karena salah satu faktor untuk mencapai kondisi sejahtera. Kesehatan juga merupakan salah satu faktor dalam mencapai tingkat kesejahteraan sosial untuk masyarakat. Kesejahteraan sosial sebagai suatu bidang usaha manusia, dimana didalamnya berbagai macam badan dan usaha sosial yang tujuannya meningkatkan kesejahteraan dari segi sosial pada bidang-bidang kehidupan keluarga dan anak, kesehatan, penyesuaian sosial, waktu senggang, standar-standar kehidupan dan hubungan-hubungan sosial Nurdin,1990:28. Dengan kata lain kesehatan merupakan bidang yang sangat penting dalam mencapai kondisi sejahtera. Tujuan utama dari pembangunan nasional yaitu dalam rangka peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang berkelanjutan. Pembangunan dibidang kesehatan merupakan salah satu prioritas pemerintah dalam upaya mensejahterahkan masyarakat. Trend yang sedang digalakkan saat ini adalah dengan membentuk masyarakat mandiri. Pemberdayaan merupakan upaya untuk mencipakan atau meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kuakitas hidup, kemandirian dan kesejahteraan khususnya dibidang kesehatan. Posyandu merupakan langkah yang cukup strategis dalam rangka pengembangan kualitas sumberdaya manusia bangsa indonesia agar dapat membangun dan menolong dirinya sendiri, sehingga perlu ditingkatkan pembinaannya Ismawati,2010:1. Untuk mengetahui tingkat kesehatan masayarakat dalam sebuah negara, maka digunakan Human Depelopment Index HDI. Berdasarkan peringkat HDI tahun 2012 yang dikeluarkan oleh UNDP United Nations Development Program, Indonesia menempati urutan ke 121 dari 187 negara atas 3 kategori: pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Peringkat yang tertinggi mengacu kepada keberhasilan suatu negara dalam membangun dan megembangkan ketiga bidang tersebut. Di bidang kesehatan, salah satu indikator keberhasilan adalah angka kematian bayi dan balita. Di negara maju seperti di Australia tingkat kematian bayi dan balita adalah 6 dari 1000 kelahiran, angka yang sama juga dimiliki oleh Malasya. Namun di Indonesia, angka kematian bayi dan balita adalah 72 per 1000 kelahiran . Dengan demikian peringkat HDI di Indonesia masih jauh dibandingkan dengan negara-negara maju tersebut http:wartaekonomi.co.idberita8641ipm-indonesia-2012-tempati-ranking-121 -di-dunia- html. Tingkat kematian bayi dan balita erat hubungannya dengan status gizi dan balita. Indonesia memang masih menghadapi permasalahan gizi nasional. Hasil survei 2007 menyatakan bahwa 5,4 persen anak balita mengalami prevalensi gizi buruk dan 13 persen gizi kurang. Apabila perkiraan jumlah balita Indonesia sekitar 20 juta, maka jumlah balita yang menderita gizi kurang sebesar 2,5 juta dan gizi buruk sekitar 1 juta www.antaranews.com . Sungguh angka angka yang kecil jumlahnya. Pengertian gizi buruk atau busung lapar adalah kondisi kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam asupan makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi AKG. Tanda-tanda klinis gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan marasmus, dimana keadaan gizi buruknya ditandai dengan tampak sangat kurus, iga gambang, perut cekung, wajah seperti orang tua dan kulit keriput, atau pun kwashiorkor, di mana keadaan gizi buruknya ditandai dengan edema seluruh tubuh terutama di punggung kiri, wajah bulat dan sembab, perut buncit, otot mengecil, pandangan mata sayu dan rambut tipiskemerahan, atau marasmus kwashiorkor dimana tanda-tanda gizi buruknya merupakan gabungan marasmus dan kwashiorkor RI dan WHO, Rencana Aksi Pangan dan Gizi Nasional 2001-2005, Jakarta, Agustus 2000. Gizi buruk pada bayi dan balita terjadi dalam dua hal yaitu secara langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung yaitu kurangnya kualitas dan kuantitas asupan makanan pada makanan dan penyakit infeksi, sedangkan penyebab tidak langsung yaitu peran keluarga dalam memenuhi kebutuhan pangan, pola pengsuhan anak yang kurang baik soetjiningsh, 1998. Perkembangan otak sangat erat hubugannya dengan perkembangan mental dan kemampuan berpikir. Jaringan otak anak yang tumbuh normal akan mencapai 80 persen berat otak orang dewasa sebelum berumur 3 tahun, sehingga dengan demikian apabila pada masa ini terjadi ganguan gizi kurang dapat menimbulkan kelainan-kelainan fisik maupun mental Notoatmodjo,2007:247. Agar penyebab gizi buruk dapat diatasi dan dampak gizi buruk tidak terjadi, pemerintah telah melakukan berbagai upaya, salah satunya adalah mencanangkan program keluarga sadar gizi. Salah satu langka dalam menyukseskan program itu adalah dengan membawa bayi dan balita ke posyandu. Posyandu adalah pelayanan kesehatan yang dikelola dan diselenggarakan dari dan untuk masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas dalam rangka mencapai Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera NKKBS Dep.Kes : 1990. Dengan kata lain, partisipasi masyarakat sungguh sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan setiap program kegiatan posyandu. Berdasarkan definisi tersebut dapat terlihat bahwa partisipasi masyarakat sungguh sangat dibutuhkan dalam upaya pencapaian suatu program. Pada kenyataannya, terdapat banyak faktor yang mempengaruhi turut tidaknya partisipasi masyarakat dalam upaya pencapaian suatu program. Salah satu fokus yang dikerjakan oleh posyandu dalam membantu mengurangi masalah kesehatan adalah mengenai gizi serta kesehatan ibu dan bayibalita. Dengan membawa bayi adan balita tiap bulan ke posyandu, berat dan tinggi badan bayi atau balita dapat terpantau, para ibu juga mendapat penyuluhan tentang makanan bergizi, serta ada pula kegiatan pemberian makanan tambahan. Selain itu bayi dan balita yang datang ke posyandu dapat memperoleh imunisasi dasar yang penting untuk mencegah penyakit. Dengan berbagai kegiatan tersebut, diharapakan status gizi bayi dan balita dapat meningkat. Satu unit posyandu, idealnya melayani sekitar 100 balita 120 kepala keluarga atau sesuai dengan kemampuan petugas dan keadaan setempat. Posyandu KB-Kesehatan perlu dipadukan untuk memberi keuntungan bagi masyarakat dapat memperoleh pelayanan yang lengkap pada waktu dan tempat yang sama. Setiap posyandu umumnya dibuka sebulan sekali dan dilaksanakan oleh kader posyandu yang terlatih dibidang KB dan kesehatan yang berasal dari PKK, tokoh masyarakat dan pemuda secara sukarela dengan bimbingan tim pembina LKMD tingakat kecamatan. Posyandu bertujuan untuk mempercepat penurunanan angka kematian bayi, anak balita dan angka kelahiran. Selanjutnya untuk mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera NKKBS dan agar masyarakat dapat mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Posyandu yang menjadi ujung tombak pebaikan gizi terkhususnya terhadap anak Sari, 2011. Desa sigapiton merupakan salah satu desa terpencil di kecamatan Ajibata. Dimana desa ini memliliki 1 posyandu yaitu posyandu melati. Posyandu melati merupakan satu satunya unit pelayanan kesehatan yang ada di desa sigapiton. Kemudian posyandu melati merupakan salah satu posyandu yang berhasil meningkatkan status gizi bayi dan balita. Pencapaian yang cukup baik Posyandu ini berhasil membantu menurunkan jumlah balita BMG Bawah Garis Merah dari 3 balita menjadi 1 balita dengan memantau dan memeberikan secara rutin Pemberian makanan Tambahan PMT pemulihan pada tahun 2012 dan berhasil mengatasi penyakit diare yang dialami balita. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut dalam bentuk penelitian dan dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul “ Partisipasi masyarakat Terhadap Posyandu Dalam Upaya Pelayanan Kesehatan Balita Studi Kasus Pada Posyandu Melati di Desa Sigapiton Kecamatan Ajibata Kabupaten Toba Samosir ”.

1.2 Perumusan Masalah