secara normal. Keadaan ini lazim disebut resistensi insulin. Obesitas atau kegemukan sering dikaitkan dengan penderita DM tipe 2.
c. Diabetes gestational
DM ini adalah intoleransi glukosa yang mulai timbul atau mulai diketahui selama pasien hamil. Karena terjadi peningkatan sekresi berbagai hormon disertai
pengaruh metaboliknya terhadap toleransi glukosa, maka kehamilan merupakan keadaan diabetogenik.
d. Diabetes spesifik
DM ini disebabkan defekasi genetik fungsi sel-sel beta, defekasi genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, DM karena obat, DM
karena infeksi, DM imunologi dan sindrom genetik.
2.1.3 Gejala dan Diagnosis Diabetes Melitus
Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala khas berupa poliuria, polidispia, lemas dan berat badan menurun. Gejala lain yang mungkin
dikemukakan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur, dan impotensia pada pria, serta pruritus vulvae pada pasien wanita. Jika keluhan dan gejala khas,
ditemukan pemeriksaan glukosa darah sewaktu 200 mgdl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Umumnya hasil pemeriksaan satu kali saja glukosa
darah sewaktu abnormal belum cukup kuat untuk diagnosis klinis DM Perkeni, 2002. Berikut adalah kriteria penegakan diagnosis DM Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Kriteria penegakan diagnosis
Universitas Sumatera Utara
Glukosa plasma puasa Glukosa plasma 2 jam
setelah makan Normal
100 mgdl 140 mgdl
Pra-diabetes 100-125 mgdl
- Diabetes
126 mgdl 200 mgdl
Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik akan menimbulkan komplikasi akut dan kronis. Menurut PERKENI komplikasi DM dapat dibagi menjadi dua
kategori, yaitu : a.
Komplikasi akut i.
Hipoglikemia, adalah kadar glukosa darah seseorang di bawah nilai normal 50 mgdl. Gejala umum hipoglikemia adalah
lapar, gemetar, mengeluarkan keringat, berdebar-debar, pusing, pandangan menjadi gelap, gelisah serta bisa koma. Apabila
tidak segera ditolong akan terjadi kerusakan otak dan akhirnya kematian. Kadar gula darah yang terlalu rendah menyebabkan
sel-sel otak tidak mendapat pasokan energi sehingga tidak berfungsi bahkan dapat mengalami kerusakan. Hipoglikemia
lebih sering terjadi pada penderita DM tipe 1 yang dapat dialami 1-2 kali per minggu, survei yang dilakukan di Inggris
diperkirakan 2-4 kematian pada penderita DM tipe 1 disebabkan oleh serangan hipoglikemia.
ii. Hiperglikemia, hiperglikemia adalah apabila kadar gula darah
meningkat secara tiba-tiba. Gejala hiperglikemia adalah poliuria, polidipsia, polifagia, kelelahan yang parah, dan
Universitas Sumatera Utara
pandangan kabur. Hiperglikemia yang berlangsung lama dapat berkembang menjadi keadaan metabolisme yang berbahaya,
antara lain ketoasidosis diabetik, Koma Hiperosmoler Non Ketotik KHNK dan kemolakto asidosis. Ketoasidosis diabetik
diartikan tubuh sangat kekurangan insulin dan sifatnya mendadak. Akibatnya metabolisme tubuh pun berubah.
Kebutuhan tubuh terpenuhi setelah sel lemak pecah dan membentuk senyawa keton, keton akan terbawa dalam urin dan
dapat dicium baunya saat bernafas. Akibat akhir adalah darah menjadi asam, jaringan tubuh rusak, tak sadarkan diri dan
mengalami koma. Komplikasi KHNK adalah terjadi dehidrasi berat, hipertensi, dan syok. Komplikasi ini diartikan suatu
keadaan tubuh tanpa penimbunan lemak, sehingga penderita tidak menunjukkan pernafasan yang cepat dan dalam,
sedangkan kemolakto asidosis diartikan sebagai suatu keadaan tubuh dengan asam laktat tidak berubah menjadi karbohidrat.
Akibatnya kadar asam laktat dalam darah meningkat hiperlaktatemia dan akhirnya menimbulkan koma.
b. Komplikasi kronis
i. Komplikasi makrovaskuler, komplikasi makrovaskuler yang
umum berkembang pada penderita DM adalah trombosit otak pembekuan darah pada sebagian otak, mengalami penyakit
jantung koroner PJK, gagal jantung kongetif, dan stroke. Pencegahan komplikasi makrovaskuler sangat penting
Universitas Sumatera Utara
dilakukan, maka penderita harus dengan sadar mengatur gaya hidup termasuk mengupayakan berat badan ideal, diet gizi
seimbang, olahraga teratur, tidak merokok, dan mengurangi stress.
ii. Komplikasi mikrovaskuler, komplikasi mikrovaskuler terutama
terjadi pada penderita DM tipe 1. Hiperglikemia yang persisten dan pembentukan protein yang terglikasi termasuk HbA
1c
menyebabkan dinding pembuluh darah semakin lemah dan menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah kecil, seperti
nefropati, diabetik retinopati kebutaan, neuropati, dan amputasi Anonim, 2006.
2.1.4 Penatalaksanaan