menaikkan pembentukan glikogen dalam hati dan otot serta mencegah penguraian glikogen, menstimulasi pembentukan protein dan lemak dari glukosa.
2. 2 Farmakoekonomi
Farmakoekonomi adalah gambaran dan analisis dari biaya terapi obat untuk sistem perawatan kesehatan dan masyarakat. Farmakoekonomi meneliti,
mengidentifikasi, dan membandingkan konsekuensi dari suatu produk farmasi dan jasa Bootman, et al.,2005.
Tujuan dari farmakoekonomi di antaranya membandingkan obat yang berbeda untuk pengobatan pada kondisi yang sama selain itu juga
membandingkan pengobatan yang berbeda untuk kondisi yang berbeda. Ada pun prinsip farmakoekonomi adalah sebagai berikut yaitu menetapkan
masalah, mengidentifikasi alternative intervensi, menentukan hubungan antara income dan outcome sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat;
mengidentifikasi dan mengukur outcome dari alternatif intervensi, menilai biaya dan efektivitas, dan langkah terakhir adalah menginterpretasikan dan pengambilan
kesimpulan. Data farmakoekonomi sangat penting untuk membuat beberapa keputusan klinik, seperti pengelolaan formularium yang efektif, pengobatan
pasien secara individual, kebijakan pengobatan dan alokasi dana Muhlis, 2007. Metode evaluasi farmakoekonomi terdiri dari lima macam yaitu Cost-
Analysis CA, Cost-Minimization Analysis CMA, Cost-Effectiveness Analysis CEA, Cost-Utility Analysis CUA, Cost-Benefits Analysis CBA Dipiro et al.,
2005. a.
Cost Analysis CA
Universitas Sumatera Utara
CA, yaitu tipe analisis sederhana, yang mengevaluasi intervensi biaya. Cost-Analysis dilakukan untuk melihat semua biaya dalam pelaksanaan atau
pengobatan, dan tidak membandingkan pelaksanaan, pengobatan atau evaluasi efikasi. Adanya tiga syarat penting yang mesti dipenuhi, sebelum melakukan
analisis biaya, yaitu struktur organisasi rumah sakit yang baik, sistem akuntansi yang tepat, informasi statistik yang cukup baik. Penerapan analisis biaya di rumah
sakit selalunya mengacu pada penggolongan biaya yang terdiri dari 8 macam, yaitu :
i. Biaya langsung direct cost merupakan biaya yang melibatkan proses petukaran uang untuk penggunaan sumber dan kaitannya dengan
pertukaran uang, misalnya pasien diberi obat, maka pasien tersebut harus membayarnya dengan sejumlah uang tertentu. Contoh biaya
langsung adalah biaya obat, biaya operasional pembayaran jasa dokter dan perawat, sewa ruangan, penggunaan alat, dan lainnya.
ii. Biaya tidak langsung indirect cost adalah biaya yang tidak melibatkan proses pertukaran uang untuk penggunaan sumber berdasarkan
komitmen. Contohnya adalah biaya akibat hilangnya produktivitas tidak masuk kerja, waktu biaya perjalanan, menunggu, dan lainnya.
iii. Biaya non material intangible cost merupakan biaya yang dikeluarkan untuk hal-hal yang tak teraba, sehingga sukar diukur. Biaya ini bersifat
psikologis, sukar dijadikan nilai mata uang. Contohnya adalah biaya untuk rasa nyeri atau penderitaan, cacat, kehilangan kebebasan, dan
efek samping.
Universitas Sumatera Utara
iv. Biaya tetap fixed cost merupakan biaya yang tidak dipengaruhi oleh perubahan keluar output. Untuk biaya ini tidak berubah meski pun ada
peningkatan atau penurunan output, kecuali untuk gaji berkala. Contohnya adalah gaji Pegawai Negeri Sipil, sewa ruangan, dan ongkos
peralatan. v. Biaya tidak tetap variable cost merupakan biaya yang dipengaruhi oleh
perubahan volume keluaran. Jadi, biaya ini akan berubah apabila terjadi peningkatan atau penurunan output. Contoh adalah komisi penjualan
dan harga obat. vi. Biaya rerata average cost merupakan biaya konsumsi sumber per unit
output. Jadi, hasil pembagian dari biaya total dengan volume atau kuantitas output. Biaya rerata adalah total biaya dibagi jumlah kuantitas
output. vii. Marginal cost merupakan perubahan total biaya hasil dari pertambahan
atau berkurangnya unit output. viii. Opportunity cost merupakan besarnya biaya sumber pada saat nilai
tertinggi dari penggunaan alternatif. b.
Cost-Minimization Analysis CMA CMA adalah tipe analisis yang menentukan biaya program terendah
dengan asumsi besarnya manfaat yang diperoleh sama. Analisis ini digunakan untuk menguji biaya relatif terkait dengan intervensi yang sama dalam bentuk
hasil yang diperoleh. Pendapat kritis analisis cost-minimization hanya digunakan untuk prosedur hasil pengobatan yang sama. Contoh terapi dengan
menggunakan antibiotika generik dengan merk dagang, outcome klinik efek
Universitas Sumatera Utara
samping dan efikasi sama, yang berbeda adalah onset dan durasinya. Maka pemilihan obat difokuskan pada obat yang biaya per harinya yang lebih murah.
c. Cost-Effectiveness Analysis CEA
CEA adalah tipe analisis yang membandingkan biaya suatu intervensi dengan beberapa ukuran nonmoneter, yang berpengaruh terhadap hasil
perawatan kesehatan. Analisis cost-effectiveness merupakan salah satu cara untuk memilih dan menilai program yang terbaik bila terdapat beberapa
program yang berbeda dengan tujuan yang sama tersedia untuk dipilih. Kriteria penilaian program mana yang akan dipilih didasarkan pada discounted unit cost
dari masing-masing alternatif program sehingga program yang mempunyai discounted unit cost terendahlah yang akan dipilih oleh para analisis atau
pengambil keputusan. Dalam menganalisis suatu penyakit, analisis cost- effectiveness didasarkan pada perbandingan antara biaya suatu program
pemberantasan tertentu dan akibat dari program tersebut dalam bentuk perkiraan dari kematian dan kasus yang bisa dicegah. Analisis cost
effectiveness mengkonversi cost dan benefit efikasi ke dalam rasio pada obat yang dibandingkan Muhlis, 2007.
Pada studi farmakoekonomi untuk menginterpretasikan dan melaporkan hasil diwujudkan ke dalam bentuk rasio efektivitas, yaitu average cost-
effectiveness ratio ACER dan incremental costeffectiveness ratio ICER. Apabila suatu intervensi memiliki ACER paling rendah per unit efektivitas,
maka intervensi tersebut paling cost-effective, sedangkan ICER merupakan tambahan biaya untuk menghasilkan satu unit peningkatan outcome relatif
terhadap alternatif intervensinya.
Universitas Sumatera Utara
d. Cost-Utility Analysis CUA
CUA adalah tipe analisis yang mengukur manfaat dalam utilitas beban lama hidup, menghitung biaya per utilitas, mengukur rasio untuk
membandingkan di antara beberapa program. Analisis costutility mengukur nilai spesifik kesehatan dalam bentuk pilihan setiap individu atau masyarakat.
Seperti analisis cost-effectiveness, analisis cost-utility membandingkan biaya terhadap program kesehatan yang diterima dihubungkan dengan peningkatan
kesehatan yang diakibatkan perawatan kesehatan tersebut. Pada analisis cost- utility, peningkatan kesehatan diukur dalam bentuk penyesuaian kualitas hidup
quality adjusted life years, QALYs dan hasilnya ditunjukkan dengan biaya per penyesuaian kualitas hidup. Data kualitas dan kuantitas hidup dapat
dikonversi ke dalam nilai QALYs. Sebagai contoh, jika pasien dinyatakan benar-benar sehat, nilai QALYs dinyatakan dengan angka 1 satu. Keuntungan
dari analisis ini dapat ditujukan untuk mengetahui kualitas hidup. Kekurangan analisis ini bergantung pada penentuan QALYs pada status tingkat kesehatan
pasien Martin, 2002. e.
Cost-Benefits Analysis CBA CBA adalah tipe analisis yang mengukur biaya dan manfaat suatu
intervensi dengan beberapa ukuran moneter dan pengaruhnya terhadap hasil perawatan kesehatan. Analisis ini sangat bermanfaat pada kondisi antara
manfaat dan biaya karena mudah dikonversi ke dalam bentuk rupiah. Analisis ini mengukur biaya dan manfaat suatu intervensi dengan beberapa ukuran
moneter, dan pengaruhnya terhadap hasil perawatan kesehatan. Dapat
Universitas Sumatera Utara
digunakan untuk membandingkan perlakuan yang berbeda untuk kondisi yang berbeda dan merupakan tipe penelitian farmakoekonomi yang kompreherensif.
2.3 Asuhan Kefarmasian