digunakan untuk membandingkan perlakuan yang berbeda untuk kondisi yang berbeda dan merupakan tipe penelitian farmakoekonomi yang kompreherensif.
2.3 Asuhan Kefarmasian
Asuhan Kefarmasian adalah suatu praktik yang bertumpu kepada pasien, bertanggung jawab dan komitmen terhadap kebutuhan pasien akan obat.
Menurut Cipolle et.al.,1997 ada tiga kegiatan dan tanggungjawab dalam proses perawatan pasien yaitu :
a. Penilaian Assessement, tujuan penilaian ada tiga yaitu untuk :
i. Memahami bahwa pasien dapat mengambil keputusan yang baik
terhadap terapi obat yang rasional. ii.
Menentukan ketepatan, keefektifan, keamanan terapi obat pasien dan menentukan kompatibilitas pasien dengan obat yang
dipilihkan. iii.
mengidentifikasi masalah terapi obat, informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan klinis pasien mencakup data yaitu
informasi demografis, dan pengalaman penggunaan obat-obatan, data penyakit kondisi medis saat ini, riwayat kesehatan, status
gizi, dan tinjauan sistem, dan data obat obat saat ini, penggunaan pengobatan masa lalu.
b. Rencana Perawatan Care Plan, tujuan rencana perawatan adalah untuk
mengatur semua pekerjaan yang telah disepakati oleh praktisi dan pasien untuk mencapai tujuan terapi. Hal ini membutuhkan intervensi untuk
menyelesaikan masalah terapi obat, untuk memenuhi tujuan, dan untuk
Universitas Sumatera Utara
mencegah masalah terapi obat baru, sehingga mengoptimalkan pengalaman pengobatan pasien. Rencana perawatan mengandung
intervensi yang dirancang untuk menyelesaikan masalah terapi obat, mencapai tujuan lain terapi, mencegah masalah terapi obat baru.
c. Evaluasi Tindak Lanjut Follow up Evaluation, tujuan dari evaluasi
tindak lanjut adalah untuk menentukan hasil optimal terapi obat untuk pasien, hasil ini dimaksudkan untuk tujuan terapi, menentukan efektifitas
dan keamanan farmakoterapi, mengevaluasi kepatuhan pasien, dan menetapkan status pasien. Langkah evaluasi adalah pengalaman klinis dan
pengetahuan terkini. Bahkan, kebanyakan terjadi selama evaluasi tindak lanjut. Evaluasi tindak lanjut adalah langkah dalam proses ketika dokter
melihat obat dan dosis yang paling efektif atau kegagalan. Pada evaluasi tindak lanjut juga dinilai respon pasien terhadap terapi obat dalam hal
efektivitas, keselamatan, kepatuhan dan juga menentukan jika ada masalah baru. Konsep pelayanan kefarmasian muncul karena kebutuhan untuk bisa
mengkuantifikasi pelayanan kefarmasian yang diberikan, baik di klinik maupun di apotik komunitas. Penekanan pelayanan kefarmasian terletak
pada dua hal utama, yaitu: a.
menentukan pelayanan kefarmasian yang dibutuhkan pasien sesuai kondisi penyakit.
b. membuat komitmen untuk meneruskan pelayanan setelah dimulai secara
berkesinambunngan. Berkembangnya paradigma baru tentang pelayanan kefarmasian ini tidak
jarang mengundang salah pengertian profesi kesehatan lain. Oleh sebab itu perlu
Universitas Sumatera Utara
ditekankan bahwa pelayanan kefarmasian yang dilakukan seorang farmasi bukan untuk menggantikan profesi dokter atau profesi lain, namun lebih pada
pemenuhan kebutuhan dalam sistem pelayanan kesehatan yang muncul, antara lain:
a. adanya kecenderungan polifarmasi dalam terapi, terutama pada pasien
lanjut usia atau pun penderita penyakit kronis. b.
semakin beragamnya produk obat yang beredar di pasaran beserta informasinya.
c. peningkatan kompleksitas terapi obat
d. peningkatan morbiditas dan mortalitas yang disebabkan masalah terapi obat. e. mahalnya biaya terapi apalagi bila disertai kegagalan terapi.
Secara prinsip, pelayanan kefarmasian terdiri dari beberapa tahap yang harus dilaksanakan secara berurutan:
a. penyusunan informasi dasar atau database pasien b. evaluasi atau pengkajian assessment
c. penyusunan rencana pelayanan kefarmasian RPK d. implementasi RPK
e. monitoring implementasi dan tindak lanjut folloe up Depkes, 2005.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITAN
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi non eksperimental dan Randomized Control Trial yaitu peneliti dan partisipan
mengetahui tritmen yang diberikan Kier, et al., 2007.
3.1 Desain Penelitian
Pengambilan sampel secara nonrandom purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti
sendiri didasari cirri atau sifat-sifat populasi yang sudah ada diketahui sebelumnya Notoadmojo, 2005.
3.2 Bahan Penelitian
Bahan dan sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari catatan medik, perincian biaya obat, dan hasil wawancara dengan pasien DM tipe 2.
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan lebih kurang selama 3 bulan, dan tempat penelitian di
RSUD dr. Djoelham Binjai.
3.4 Populasi dan Teknik Sampel
Subjek penelitian adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria penerimaan.
Universitas Sumatera Utara