BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Konteks pembangunan saat ini, tidak lagi menghadapkan perusahaan kepada tanggung jawab yang berpijak pada aspek keuntungan secara
ekonomis semata, yaitu nilai perusahaan yang direfleksikan dalam kondisi keuangan, namun juga harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya.
Perkembangan CSR tidak bisa terlepas dari konsep pembangunan berkelanjutan sustainability development. Definisi pembangunan
berkelanjutan menurut The World Commission On Environment and Development yang lebih dikenal dengan The Brundtland Comission, bahwa
pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan manusia saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi yang
akan datang dalam memenuhi kebutuhan mereka Solihin, 2009. Konsep CSR menyatakan bahwa tanggung jawab perusahaan tidak
hanya terhadap pemiliknya atau pemegang saham saja tetapi juga terhadap para stakeholders yang terkait dan terkena dampak dari keberadaan
perusahaan. Perusahaan yang menjalankan CSR akan memperhatikan dampaknya terhadap kondisi sosial dan lingkungan dalam menetapkan dan
menjalankan strategi bisnisnya, dan berupaya agar dampaknya positif. Perkembangan CSR juga terkait dengan semakin parahnya kerusakan
Universitas Sumatera Utara
lingkungan yang terjadi di Indonesia maupun dunia, mulai dari penggundulan hutan, polusi udara dan air, hingga perubahan iklim.
Pengungkapan tanggung jawab sosial merupakan salah satu media yang dipilih untuk memperlihatkan kepedulian perusahaan terhadap masyarakat di
sekitarnya, dengan kata lain, apabila perusahaan memiliki kontrak dengan foreign stakeholders baik dalam ownership dan trade, maka perusahaan akan
lebih didukung dalam melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial. Perusahaan bukan lagi sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit
demi kelangsungan usahanya, melainkan juga bertanggung jawab terhadap aspek sosial dan lingkungannya. Dasar pemikirannya adalah menggantungkan
semata-mata pada kesehatan finansial tidak menjamin perusahaan bisa tumbuh secara berkelanjutan. Keberlanjutan akan terjamin apabila perusahaan
memperhatikan aspek terkait lainnya, yaitu aspek sosial dan lingkungan Rudito, Budimanta, Prasetijo, 2004.
Undang-Undang No.40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas mewajibkan perseroan dengan bidang usaha di bidang atau terkait dengan
sumber daya alam untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Terdapat contoh kasus, terkait permasalahan yang muncul
dikarenakan perusahaan dalam melaksanakan operasinya kurang memperhatikan kondisi lingkungan dan sosial di sekitarnya. Perusahaan
tersebut khususnya perusahaan yang aktivitasnya berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam ekstraktif.
Universitas Sumatera Utara
PT Freeport Indonesia merupakan salah satu perusahaan tambang terbesar di Indonesia yang berlokasi di Papua, yang memulai operasinya sejak
tahun 1969, sampai dengan saat ini tidak lepas dari konflik berkepanjangan dengan masyarakat lokal, baik terkait dengan tanah ulayat, pelanggaran adat,
maupun kesenjangan sosial dan ekonomi yang terjadi Wibisono: 2007. Dimulai dengan digusurnya ruang penghidupan suku-suku di pegunungan
tengah Papua. Tanah-tanah adat tujuh suku, diantaranya suku Amungme dan Nduga dirampas awal masuknya PT FI dan dihancurkan saat operasi tambang
berlangsung. Limbah tailing PT FI telah menimbun sekitar 110 kilometer bujursangkar wilayah Estuari tercemar, sedangkan 20-40 kilometer bentang
sungai Ajkwa beracun dan 133 kilometer bujursangkar lahan subur terkubur. Saat periode banjir datang, kawasan-kawasan subur pun tercemar perubahan
arah sungai Ajkwa menyebabkan banjir, kehancuran hutan tropis 21 kilometer bujursangkar, dan menyebabkan daerah yang semula kering
menjadi rawa. Para ibu tidak lagi bisa mencari siput di sekitar sungai yang merupakan sumber protein bagi keluarga. Gangguan kesehatan juga terjadi
akibat masuknya orang luar ke Papua. Timika, kota tambang PT FI, adalah kota dengan penderita HIV AIDS tertinggi di Indonesia. Kasus PT FI ini
dikarenakan perusahaan khususnya pihak manajemen mengabaikan konsep CSR dan melanggar undang-undang yang mengatur CSR.
Penelitian Sembiring 2005 menemukan bahwa ukuran perusahaan, profile dan ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, namun tidak menemukan
Universitas Sumatera Utara
hubungan signifikan antara profitabilitas dan leverage dengan pengungkapan tanggung jawab sosial.
Nurkhin 2009 menemukan bahwa komposisi dewan
komisaris dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Kepemilikan institusional, ukuran
perusahaan, dan tipe industri tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian sebelumnya melakukan penelitian dengan
menggunakan karakteristik pengungkapan tanggung jawab sosial secara menyeluruh, namun dalam penelitian ini, peneliti mengungkapkan tanggung
jawab sosial perusahaan yang akan diteliti lebih terspesifikasi pada sisi internal dan eksternal perusahaan. Karakteristik pengungkapan tanggung
jawab sosial dibatasi sisi internal perusahaan pada ukuran dewan komisaris dan sisi eksternal pada kepemilikan saham publik dan kepemilikan
institusional sebagai dasar penelitian. Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui sejauh mana
pengaruh sisi internal dan eksternal perusahaan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan manufaktur di Indonesia, maka untuk
penelitian ini ditetapkan judul: “Pengaruh Sisi Internal dan Eksternal Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI”.
Universitas Sumatera Utara
B. Perumusan Masalah