D. Sisi Internal Perusahaan inside stakeholders
Sisi internal perusahaan merupakan orang-orang yang memiliki kepentingan dan tuntutan terhadap sumber daya perusahaan serta berada
dalam struktur organisasi. Sisi internal perusahaan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah ukuran dewan komisaris. Ukuran dewan
komisaris merupakan bagian dari corporate governance. Jensen 1993 dan Lipton dan Lorsch 1992 dalam Beiner dkk 2003 merupakan yang
pertama menyimpulkan bahwa ukuran dewan komisaris merupakan bagian dari mekanisme corporate governance. Pernyataan tersebut diperkuat oleh
pendapat Allen dan Gale 2000 dalam Beiner dkk 2003 yang menegaskan bahwa dewan komisaris merupakan mekanisme governance
yang penting. Dewan komisaris merupakan mekanisme pengendalian intern tertinggi
yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak Fama dan Jensen, 1983. Dewan Komisaris sebagai organ perusahaan
bertugas dan bertanggung jawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi serta memastikan
bahwa perusahaan melaksanakan GCG KNKG, 2006. Ukuran dewan komisaris yang dimaksud disini adalah banyaknya jumlah anggota dewan
komisaris dalam suatu perusahaan. Menurut Coller dan Gregory 1999 dalam Sembiring 2006 semakin besar jumlah anggota dewan komisaris,
semakin mudah untuk mengendalikan Chief Executives Officer CEO dan semakin efektif dalam memonitor aktivitas manajemen. Perusahaan
Universitas Sumatera Utara
dengan ukuran dewan komisaris yang besar lebih dari 5 mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor manajemen. Semakin
besar jumlah anggota dewan komisaris dalam suatu perusahaan maka semakin luas perusahaan tersebut melakukan pengungkapan tanggung
jawab sosial.
E. Sisi Eksternal Perusahaan outside stakeholders
Sisi eksternal perusahaan merupakan orang-orang maupun pihak-pihak yang bukan pemilik perushaan, bukan pemimpin perusahaan, dan bukan
pula karyawan perusahaan, namun memliliki kepentingan terhadap perusahaan dan dipengaruhi oleh keputusan dan tindakan yang dilakukan
oleh perusahaan. Sisi eksternal perusahaan yang dimaksudkan dalam penelitian ini diwakili kepemilikan saham publik dan kepemilikan
institusional.
a. Kepemilikan Saham Publik
Kepemilikan saham publik adalah besarnya jumlah kepemilikan saham oleh masyarakat umum yang terdapat pada perusahaan. Semakin
besarnya kepemilikan saham publik yang terdapat di perusahaan, maka mengindikasikan semakin banyaknya kegiatan operasional perusahaan
yang diketahui oleh publik. Hasibuan 2001 “Rasio kepemilikan publik yang tinggi diprediksikan akan melakukan tingkat pengungkapan sosial
yang lebih, hal ini dikaitkan dengan tekanan dari pemegang saham, agar
Universitas Sumatera Utara
perusahaan lebih memperhatikan tanggung jawabnya terhadap
masyarakat”.
b. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah besarnya jumlah kepemilikan saham oleh institusi institusi yang dimaksudkan adalah pemerintah, perusahaan
asing dan lembaga keuangan, seperti perusahaan asuransi, bank, dan dana pensiun yang terdapat pada perusahaan. Tingkat kepemilikan institusional
yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat menghalangi perilaku
opportunistik manajer. Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang besar lebih dari 5 mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor
manajemen Arif, 2006. Hal senada juga dikemukan oleh Shleifer and Vishny 1986 dalam Barnae dan Rubin 2005 bahwa institutional
shareholders, dengan kepemilikan saham yang besar, memiliki insentif untuk memantau pengambilan keputusan perusahaan.
Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisien pemanfaatan aktiva perusahaan dan diharapkan juga dapat bertindak
sebagai pencegahan terhadap pemborosan yang dilakukan oleh manajemen Faizal, 2004 dalam Arif, 2006. Hal ini berarti kepemilikan institusional
dapat menjadi pendorong perusahaan untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial Novita dan Djakman, 2008
.
Kepemilikan institusional umumnya dapat bertindak sebagai pihak yang memonitor
Universitas Sumatera Utara
perusahaan. Hal ini berarti kepemilikan institusi dapat menjadi pendorong perusahaan untuk melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial.
D. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Sumber: diolah Peneliti 2011
Sembiring 2005 melakukan penelitian untuk menjelaskan pengaruh karakteristik perusahaan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial.
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di
Nama dan Tahun
Penelitian Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
Sembiring 2005
Variabel Independen: Size. profitabilitas,
profile, ukuran dewan komisaris, leverage
Variabel Dependen : CSR
Secara parsial tiga variabel, yaitu size, profile, dan
ukuran dewan komisaris ditemukan berpengaruh
signifikan terhadap pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan.
Ahmad Nurkhin
2009
Variabel Independen: Kepemilikan institusional,
komposisi dewan komisaris, profitabilitas,
ukuran perusahaan dan tipe industri.
Variabel dependen: Pengungkapan tanggung
jawab social Komposisi dewan komisaris
dan profitabilitas berpengaruh signifikan
terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial.
Kepemilikan institusional, ukuran perusahaan dan tipe
industri tidak berpengaruh signifikan terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial.
Universitas Sumatera Utara
BEJ pada tahun 2002. Penelitian dilakukan dengan menggunakan regresi berganda multiple regresion. Variabel-variabel independen yang
digunakan adalah size, profitabilitas, profile, ukuran dewan komisaris, dan leverage. Pengujian secara parsial terhadap tiga variabel, yaitu size,
profile, dan ukuran dewan komisaris ditemukan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dengan nilai t
hitung dari masing-masing variabel tersebut 3,986; 3,896; 2,296 dan nilai signifikansi 0,000; 0,000; 0,025 0,05. Hasil pengujian secara parsial
terhadap variabel profitabilitas dan leverage ditemukan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
dengan nilai t hitung dari masing-masing variabel tersebut 1,218 dan
0,982 dan nilai signifikansi 0,227; 0,330 0,05. Nurkhin 2009 melakukan penelitian untuk menjelaskan pengaruh
dari corporate governance dengan mekanisme kepemilikan institusional dan komposisi dewan komisaris independen dan profitabilitas terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial dengan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang
tercatat di BEI tahun 2007 yang laporan tahunannya berisi tentang aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan dan dapat diakses melalui
website BEI, yaitu sejumlah 80 dengan menggunakan teknik purposive sampling. Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa variabel
kepemilikan institusional, profitabilitas, dan tipe industri tidak terbukti berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
Universitas Sumatera Utara
dengan nilai t hitung masing-masing variabel tersebut -0,414 ; 0,310 ;
1,955 dan nilai signifikansi 0,680 ; 0,757 ; 0,054 0,05. Hasil pengujian terhadap variabel
komposisi dewan komisaris independen dan profitabilitas
terbukti secara signifikan berpengaruh terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, yang dapat dilihat dari nilai t hitung dari masing-masing variabel tersebut 2,019 ; 2,587 dan
nilai signifikansi 0,047 ; 0,011 0,05.
E. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual