Keteraturan Pasien TB Paru untuk Berobat di BP4 Medan

yang telah diminumnya paling sedikit selama 3 bulan ini. Tetapi sebanyak 4 orang 4.2 yang menjawab salah harus tetap menjadi perhatian agar pasien mengetahui obat-obat yang diminumnya sehingga pengobatan menjadi lebih baik. Efek samping obat merupakan hal yang penting untuk diperhatikan pada semua strategi pengobatan. Pada pertanyaan mengenai efek obat masih banyak yang tidak dapat menjawab dengan benar yaitu 29 orang 29.9 menjawab tidak tahu obat yang menimbulkan efek air kencing urin dan 6 orang 6.2 lainnya menjawab pirazinamid [Tabel 5.9]. Pengetahuan pasien tentang tindakan bila terjadi efek samping obat juga berbeda-beda. Hanya sebanyak 78 orang 80.4 responden memilih untuk kembali ke dokter bila timbul efek samping setelah minum obat anti tuberkulosis. Seharusnya pasien dpat menjawab 100 benar pertanyaan ini bila telah mendapat penjelasan karena setiap obat memiliki efek samping yang berbeda-beda. Penjelasan yang diberikan pada saat memberikan obat harus ditingkatkan sehingga pasien tidak ragu dalam meminum obat anti tuberkulosis.

5.2.2 Keteraturan Pasien TB Paru untuk Berobat di BP4 Medan

Berobat teratur merupakan hal yang harus mendapat perhatian karena keberhasilan pengobatan juga ditentukan dari sikap pasien itu sendiri. Dengan adanya dokter, petugas kesehatan dan PMO, pasien seharusnya bias menjadi lebih patuh dan berobat secara teratur sesuai jadwal. Hasil yang didapat dari penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang memiliki sikap berobat teratur adalah sebanyak 82 orang 84.5 dan 15 orang 15.5 responden lainnya tidak teratur dalam berobat [Tabel 5.19]. Persentase 84.5 dari seluruh jumlah responden merupakan angka yang cukup tinggi tetapi tidak maksimal dalam pengobatan TB paru dengan strategi DOTS. Bila pelaksanaan strategi DOTS di BP4 Medan dilakukan sesuai standar pengobatan dengan benar dan pasien mengikuti semua perintah dokter, petugas kesehatan dan PMO maka semua pasien 100 akan berobat teratur dan sesuai jadwal. Pada penelitian sebelumnya oleh Simamora 2004 di kota Binjai terdapat angka ketidakteraturan berobat sangat tinggi yaitu 33,7. Menurutnya hal ini dipengaruhi oleh Universitas Sumatera Utara beberapa faktor yaitu pengetahuan pasien, efek samping obat, adanya komitmen PMO dan perilaku dan penyuluhan oleh petugas kesehatan. Hal-hal tersebut akan mempengaruhi tindakan pasien dalam berobat. Hal ini juga sesuai dengan penelitian ini yang mendapati bahwa pasien akan cenderung berobat teratur bila sudah diberi penjelasan oleh dokter ataupun petugas kesehatan. Sikap pasien dalam berobat yang paling banyak adalah patuh pada semua saran dokter dan petugas yaitu 80 orang 82.5 responden. Sedangkan 14 orang 14.4 hanya mematuhi sebagian saran dokter dan petugas kesehatan dan hanya 3 orang 3.1 responden yang menjawab tidak patuh sama sekali pada saran dokter dalam berobat [Tabel 5.14]. Sedangkan 85.6 responden memilih datang untuk memeriksakan diri periksa ulang kembali sesuai jadwal ataupun saran dokter dan petugas kesehatan. [Tabel 5.15]. Angkajumlah dari hasil penelitian tentang sikap pasien ini cukup besar dan menggambarkan kebanyakan pasien patuh dalam berobat dan mengikuti saran dokter serta petugas kesehatan demi kesembuhan dirinya. Dengan strategi DOTS masalah kepatuhan minum obat ini harusnya bisa dicegah dan diawasi sehingga pasien dapat minum obat secara teratur dan sesuai petunjuk dokter dan petugas kesehatan ataupun PMO. Dapat dilihat bahwa 15 orang 15.5 responden memilih untuk minum obat tidak teratur dan 82 orang 84.5 minum obat teratur sesuai jadwal yang telah ditetapkan [Tabel 5.17]. Hal ini berkaitan dengan kepatuhan, kebiasaan dan sikap pasien dalam minum obat setelah menerima obat tersebut dari dokter ataupun petugas kesehatan di BP4 Medan. Keteraturan berobat juga ditentukan dari waktu minum obat anti tuberkulosis tersebut. Sebanyak 33 orang 34 responden memilih untuk minum obat anti tuberkulosis OAT setiap hari. Hal ini kurang tepat karena OAT harusnya diminum sesuai dengan perintah dokter ataupun PMO yang bertugas untuk mengawasi pasien tersebut selama mengikuti pengobatan dengan stratgei DOTS. Hanya sejumlah orang yaitu 60 orang 61.9 menjawab benar yaitu minum OAT bila diperintah oleh PMO ataupun dokter. Tindakan pasien ini harus mendapat penjelasan yang sebenarnya sehingga para pasien Universitas Sumatera Utara tidak salah mengerti dalam waktu minum obat yang benar sehingga pengobatan yang dilakukan dengan strategi DOTS ini dapat lebih baik.

5.2.3 Status Drop Out Pasien TB Paru di BP4 Medan