Pelaksanaan DOTS Pengawas Minum Obat PMO

Menurut WHO 2010b, DOTS mengandung lima komponen penting, yaitu : 1. Komitmen pemerintah untuk menjalankan program TB nasional. 2. Penemuan kasus TB dengan pemeriksaan BTA mikroskopis, utamanya dilakukan pada mereka yang datang ke fasilitas kesehatan karena keluhan paru dan pernapasan. 3. Pemberian obat jangka pendek yang diawasi secara langsung, dikenal dengan istilah DOT Directly Observed Therapy. Pasien diawasi secara langsung ketika menelan obatnya, obat yang diberikan harus sesuai dengan standar. Seperti diketahui, pengobatan TB memakan waktu 6 bulan. Setelah makan obat 2 atau 3 bulan tidak jarang keluhan pasien telah menghilang, ia merasa dirinya telah sehat, dan menghentikan pengobatannya. Karena itu, harus ada suatu sistem yang menjamin pasien mau menyelesaikan seluruh masa pengobatannya sampai selesai. Orang yang melakukan pengawasan dapat dilakukan oleh petugas kesehatan, keluarga, ataupun kader disebut PMO. 4. Pengadaan OAT secara berkesinambungan tersedia. Masalah uatama dalam hal ini adalah perencanaan dan pemeliharaan stok obat pada berbagai tingkat daerah. 5. Monitoring serta pencatatan dan pelaporan yang baku stándar. Setiap pasien TB yang diobati harus mempunyai satu kartu identitas pasien yang kemudian tercatat di catatan TB yang ada di fasilitas kesehatan tersebut.

2.2.3. Pelaksanaan DOTS

Untuk meningkatkan pelaksanaan DOTS, saat ini telah terdapat 6 elemen kunci dalam strategi stop TB yang direkomendasi oleh WHO dan IUALTD WHO, 2006 yaitu: 1. Peningkatan dan ekspansi DOTS yang bermutu, meningkatkan penemuan kasus dan penyembuhan melalui pendekatan yang efektif terhadap seluruh pasien terutama pasien tidak mampu. 2. Memberikan perhatian pada kasus TB-HIV, MDR-TB, dengan aktiviti gabungan TB- HIV, DOTS-PLUS dan pendekatan-pendekatan lain yang relevan Universitas Sumatera Utara 3. Kontribusi pada sistem kesehatan, dengan kolaborasi bersama program kesehatan yang lain dan pelayanan umum. 4. Melibatkan seluruh praktisi kesehatan, masyarakat, swasta dan non-pemerintah dengan pendekatan berdasarkan Public-Private Mix PPM untuk mematuhi International Standards of TB Care. 5. Mengikutsertakan pasien dan masyarakat yang berpengaruh untuk berkontribusi pada pemeliharaan kesehatan yang efektif. 6. Memungkinkan dan meningkatkan penelitian untuk pengembangan obat baru, alat diagnostik dan vaksin. Penelitian juga dibutuhkan untuk meningkatkan keberhasilan program. Pencatatan dan pelaporan merupakan salah satu elemen yang juga sangat berperan dalam sistem informasi penanggulangan TB. Semua unit pelaksana pengobatan TB harus melaksanakan suatu sistem pencatatan dan pelaporan yang baku. Untuk itu pencatatan dibakukan berdasarkan klasifikasi dan tipe penderita serta menggunakan formulir yang sudah baku pula. Pencatatan yang dilaksanakan di unit pelayanan kesehatan meliputi beberapa itemformulir yaitu : 1. Kartu pengobatan TB 2. Kartu identitas penderita TB 3. Register laboratorium TB 4. Formulir pindah penderita TB bila pasien pindah pengobatan 5. Formulir hasil akhir pengobatan dari penderita TB pindahan

2.2.4. Pengawas Minum Obat PMO

Salah satu komponen DOTS yang paling penting adalah pengobatan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung minum obat. Untuk menjamin keteraturan pengobatan diperlukan seorang Pengawas Minum Obat PMO. Syarat-syarat PMO antara lain : Universitas Sumatera Utara • Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas kesehatan maupun pasien, selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien. • Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien. Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan, misalnya Bidan di Desa, Perawat, Pekarya, Sanitarian, Juru Immunisasi, dan lain lain. Bila tidak ada petugas kesehatan yang memungkinkan, PMO dapat berasal dari kader kesehatan, guru, anggota PPTI, PKK, atau tokoh masyarakat lainnya. PMO merupakan kunci dari keberhasilan DOTS tersebut. PMO memiliki beberapa tugas penting yaitu: • Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai pengobatan 6- 9 bulan • Memberi dorongan dan semangat kepada pasien berupa nasehat – nasehat • mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah ditentukan ataupun bila terdapat indikasi lain • Memberi penyuluhan kepada pasien keluarga pasien mengenai penyakit TB dan mengawasi keluarga pasien yang mempunyai gejala-gejala mencurigakan TB agar melakukan pemeriksaan. Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti kewajiban pasien mengambil obat dari unit pelayanan kesehatan Depkes, 2006 Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien dan keluarganya: • TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur. • TB bukan penyakit keturunan atau kutukan. • Cara penularan TB, gejala-gejala yang mencurigakan dan cara pencegahannya. • Cara pemberian pengobatan pasien tahap intensif dan lanjutan. • Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur. Universitas Sumatera Utara • Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera meminta pertolongan ke pelayanan kesehatan. 2.2.5. • Sesuaikan dengan program kesehatan yang sudah ada Tindakan Penyuluhan Pemberian penyuluhan tentang penyakit TB dan cara pengobatannya juga harus dilakukan. penyuluhan dapat dilakukan secara : · PerorangaIndividu Penyuluhan terhadap perorangan pasien maupun keluarga dapat dilakukan di unit rawat jalan, di apotek saat mengambil obat ataupun di rumah-rumah penduduk. · Kelompok Penyuluhan kelompok dapat dilakukan terhadap kelompok pasien, kelompok keluarga pasien, masyarakat pengunjung rumah sakit, balai pengobatan dan lain-lain Cara memberikan penyuluhan • Materi yang disampaikan perlu diuji ulang untuk diketahui tingkat penerimaannya sebagai bahan untuk penatalaksanaan selanjutnya • Beri kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, terutama hal yang belum jelas • Gunakan bahasa yang sederhana dan kalimat yang mudah dimengerti, kalau perlu dengan alat peraga brosur, leaflet dan lain-lain 2.2.6. Tingkat keberhasilan pengobatan dengan DOTS merupakan hal yang sangat penting diperhatikan. Nilai ini akan menunjukkan apakah strategi DOTS tersebut berhasil atau gagal dilaksanakan. Menurut laporan WHO 2010a, keberhasilan DOTS antara tahun 1995 sampai 2008 adalah 36 juta orang tetapi lebih dari 6 juta orang lainnya gagal Tingkat Keberhasilan Strategi DOTS Universitas Sumatera Utara diobati dan meninggal. Angka ini menunjukkan masih banyak kasus TB yang tidak tertangani walaupun dengan menggunakan strategi DOTS. Pada penelitian tingkat keberhasilan strategi DOTS pada pasien TB + baru pertama kali berobat oleh WHO 2010a ditemukan angka keberhasilan pengobatan adalah 86 yaitu pada tahun 2007. Itu adalah pertama kalinya pengobatan dengan DOTS melewati angka target global yaitu 85 sesuai dengan ketetapan World Health Assembly WHA tahun 1991. Asia Tenggara memiliki angka keberhasilan 88 sedangkan di daerah Eropa masih sangat rendah yaitu 67.. Di Indonesia, keberhasilan strategi DOTS dinilai cukup berhasil. Data dari WHO 2010a menunjukkan keberhasilan DOTS terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007, keberhasilan DOTS mencapai 91 pada kasus TB + baru. Angka ini menunjukkan kemajuan yang sangat berarti dari pengobatan TB paru dengan DOTS. Di kota Medan, tingkat kesembuhan pasien TB paru pada tahun 2008 sangat rendah yaitu 770 orang dari 2.505 kasus 30,74. Banyak hal yang menyebabkan kasus TB di kota Medan tidak sembuh atau gagal berobat Depkes, 2009.

2.2.7. Kendala Pelaksanaan DOTS