untuk pemeriksaan paru-paru dasar dan pemeriksaan laboratorium. Sedangkan peralatan teknis khusus digunakan untuk pemeriksaan dan tindakan spesialistik.
5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden
Karakteristik responden dapat dilihat dengan menggunakan kuesioner yang meliputi kelompok jenis kelamin dan kelompok umur. Distribusi hal-hal tersebut dapat
dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan jenis kelamin n=100 Jenis Kelamin
Frekuensi orang Persentase
Laki-Laki Perempuan
55 42
56.7 43.3
Total 97
100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pasien TB paru yang datang berobat dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang paling banyak adalah laki-laki sebanyak 55 orang
56.7. Sedangkan responden dalam penelitian ini yang berjenis kelamin perempuan adalah 43 orang 43.3.
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan umur responden Kelompok Umur
Frekuensi orang Persentase
Remaja 12-17 Tahun Dewasa Muda 18-40 Tahun
Dewasa Tua 40-65 Tahun Tua 65 Tahun
3 50
39 5
3,1 51,5
40,2 5,2
Total 97
100
Universitas Sumatera Utara
Pasien yang ikut dalam penelitian ini sebanyak 97 orang dan terdiri dari beberapa kategori umur dengan kategori umur yang paling banyak adalah dewasa muda 18-40
tahun yaitu 50 orang 51,5. Kategori umur yang paling sedikit adalah remaja 12-18 tahun sebanyak 3 orang 3,1. Sedangkan responden lainnya terdiri dari dewasa tua 40-
65 tahun sebanyak 39 orang 40,2 dan dari kategori umur tualansia 65 tahun sebanyak 5 orang 5,2.
5.1.3 Hasil Analisis Data
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapati hasil yang dapat dideskripsikan melalui tabel-tabel distribusi frekuensi dan persentase.
5.1.3.1 Pengetahuan Pasien
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Pasien tentang Penyebab TB Paru
Jawaban Frekuensi orang
Persentase Bakteri
Jamur Virus
76 2
19 78,4
2,1 19,6
Total 97
100
Berdasarkan data tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menjawab benar pertanyaan tentang penyebab TB paru yaitu bakteri sebesar 76 orang
78,4, 2 orang 2,1 responden memilih jamur dan 19 orang 19,6 responden memilih virus sebagai penyebab TB paru. Angka ini memnunjukkan bahwa pasien masih
kurang mendapat pengetahuan mengenai penyebab TB paru selama mengikuti program DOTS yaitu sebanyak 21 orang 21,7.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Pasien tentang Cara Penularan TB Paru
Jawaban Frekuensi orang
Persentase Kutukan
Kontak Mata BersinBatuk
3 94
3,1 96,9
Total 97
100
Tabel 5.4 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden menjawab benar pertanyaan tentang cara penularan TB paru di masyarakat yaitu melalui bersin batuk
sebanyak 94 orang 96,9. Sedangkan yang menjawab salah hanya 3 orang 3,1 yaitu dengan menjawab penularan TB paru melalui kontak mata.
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Pasien tentang Cara Pemeriksaan TB Paru
Jawaban Frekuensi orang
Persentase Dahak Rontgen
Mata Hidung Kulit Kelamin
97 100
Total
97 100
Berdasarkan data dari tabel 5.5, dapat dilihat bahwa semua responden menjawab benar. Pertanyaan tentang cara pemeriksaan yang harus dilakukan untuk memastikan
pasien menderita TB paru ini dijawab dengan dahak dan rontgen sebanyak 97 orang 100.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Pasien tentang Pelaksanaan DOTS
Jawaban Frekuensi orang
Persentase Obat Banyak
Sesuai Keinginan Pasien DOTS yang Benar
17 3
77 17,5
3,1 79,4
Total 97
100
Hasil dari data tabel 5.6 menunjukkan bahwa 77 orang 79,4 menjawab dengan benar tentang arti DOTS. Hal ini sebenarnya sangat penting dijelaskan agar pasien dapat
mengerti maksud dan tujuan pengobatan dengan strategi DOTS tersebut. Tetapi masih ada 17 orang 17,5 responden yang memilih jawaban bahwa DOTS adalah pemberian obat
sebanyak-banyaknya dan 3 orang 3,1 responden memilih pemberian obat sesuai keinginanpilihan pasien..
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Pasien tentang Alasan Pasien Mengikuti Program DOTS
Jawaban Frekuensi orang
Persentase Tidak Tahu, Ikut saja
Membantu Tidak Putus Berobat Saran Keluarga dan Tetangga
9 66
22 9,3
68 22,7
Total 97
100
Alasan pasien mengikuti program DOTS terbanyak pada tabel 5.7 adalah untuk membantunya minum obat secara teratur dan mengawasi agar tidak putus berobat, 66
orang 68 responden menjawab benar, 22 orang 22,7 menjawab karena mengikuti saran keluarga dan tetangganya dan 9 9,3 orang tidak mengetahui secara jelas dan
hanya ikut saja.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Pasien tentang Jenis Obat yang Digunakan dalam Program DOTS
Jawaban Frekuensi orang
Persentase Obat DOTS
Penisilin, Panadol, OBH Paracetamol, Analgin, Morfin
93 2
2 95,9
2,1 2,1
Total
97 100
Tabel 5.8 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menjawab benar pertanyaan pengetahuan pasien tentang jenis obat yang digunakan dalam strategi DOTS
yaitu rifampisin, isoniazid, pirazinamid dan etambutol. Sebanyak 93 orang 95,9 responden menjawab benar dan 4 orang 4,2 lainnya menjawab salah.
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Pasien tentang Efek Samping Obat yang Menimbulkan Urin Berwarna Merah
Jawaban Frekuensi orang
Persentase Tidak Tahu
Rifampisin Pirazinamid
29 62
6 29,9
63,9 6,2
Total
97 100
Berdasarkan hasil dari tabel 5.9 dapat dilihat hanya 62 orang 63,9 saja yang mengetahui bahwa ada obat yang yang dapat menimbulkan efek samping urin berubah
menjadi merah. 29 orang 29,9 menjawab tidak tahu obat yang menimbulkan efek tersebut dan 6 orang 6,2 lainnya menjawab pirazinamid.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Pasien tentang Tindakan Bila Terjadi Efek Samping Obat
Jawaban Frekuensi orang
Persentase Hentikan Obat
Kembali ke Dokter Terus Minum
17 78
2 17,5
80,4 2,1
Total
97 100
Pengetahuan pasien tentang tindakan bila terjadi efek samping obat berbeda-beda. Sebanyak 78 orang 80,4 responden memilih untuk kembali ke dokter bila timbul efek
samping setelah minum obat anti tuberkulosis. Sedangkan 17 orang 17,5 memilih untuk berhenti minum obat dan 2 orang 2,1 memilih untuk terus minum sampai tanda efek
samping hilang [Tabel 5.10].
Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Pasien tentang Sumber Informasi Pasien
Jawaban Frekuensi orang
Persentase Tidak Ada Penjelasan
Dokter, Petugas, PMO Teman yang Tidak Tahu juga
8 86
3 8,2
88,7 3,1
Total 97
100
Masih ada pasien yang tidak mengetahui tentang penyakit TB paru dan DOTS merupakan hambatan yang berarti dalam sistem pengobatan. Sebagian besar responden
mengetahui tentang penyakit TB paru dan DOTS dari dokter, petugas kesehatan ataupun PMO. 86 orang 88,7 responden mengetahui dari sumber yang
Universitas Sumatera Utara
benar sedangkan 3 orang 3,1 hanya mendengar dari orang yang juga tidak mengerti dan 8 orang 8,2 responden lainnya sama sekali tidak mendapat penjelasan dari siapapun
[Tabel 5.11].
Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Pasien tentang Tindakan Pasien Bila Berat Badan Mulai Naik
Jawaban Frekuensi orang
Persentase Kembali ke Dokter
Mengurangi Makan Perbanyak Obat Berhenti Berobat Merasa Sembuh
84 3
10 86,6
3,1 10,3
Total
97 100
Responden sebanyak 84 orang 86,6 menjawab untuk kembali ke dokter sedangkan 10 orang 10,3 menjawab untuk berhenti berobat karena beranggapan bila
berat badan mulai naik artinya sudah sembuh. Sedangkan 3 orang 3,1 responden lainnya lebih memilih untuk mengurangi makan dan perbanyak minum obat lagi [Tabel
5.12].
Tabel 5.13 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Pasien tentang TB Paru dan DOTS
Tingkat Pengetahuan Frekuensi orang
Persentase Baik
Buruk
86 11
88,7 11,3
Total 97
100
Berdasarkan hasil dari tabel 5.13 dapat dilihat bahwa dari 97 orang responden yang ikut dalam penelitian ini, 86 orang 88,7 responden memiliki pengetahuan yang baik dan
11 orang 11,3 memiliki pengetahuan yang buruk.
Universitas Sumatera Utara
5.1.3.2 Pasien Berobat Teratur
Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi dan Persentase Sikap Pasien dalam Berobat Jawaban
Frekuensi orang Persentase
Tidak Patuh pada Saran Hanya Sebagian yang Dipatuhi
Patuh pada Semua Saran
3 14
80 3,1
14,4 82,5
Total
97 100
Sikap pasien dalam berobat yang paling banyak adalah patuh pada semua saran dokter dan petugas yaitu 80 orang 82,5 responden. Sedangkan 14 orang 14,4 hanya
mematuhi sebagian saran dokter dan petugas kesehatan dan hanya 3 orang 3,1 responden yang menjawab tidak patuh sama sekali pada saran dokter dalam berobat [Tabel
5.14].
Tabel 5.15 Distribusi Frekuensi dan Persentase Waktu Pasien untuk Datang atau Periksa Ulang Kembali
Jawaban Frekuensi orang
Persentase Sesuai Keinginan Pasien
Sesuai Jadwal Saran Kadang-Kadang Datang
7 83
7 7,2
85,6 7,2
Total 97
100
Angka yang ditunjukkan pada tabel cukup besar dan menggambarkan kebanyakan pasien berobat teratur dan sesuai jadwal ataupun mengikuti saran dokter dan petugas
kesehatan demi kesembuhan dirinya. Dapat dilihat bahwa 83 orang 85,6 responden memilih datang untuk memeriksakan diri periksa ulang kembali sesuai jadwal ataupun
saran dokter dan petugas kesehatan. Sedangkan 7 orang 7,2 memilih datang kembali
Universitas Sumatera Utara
sesuai keinginannya dan tidak perlu nerulang-ulang dan 7 orang 7,2 responden lainnya memilih untuk kadang-kadang saja datang dan periksa ulang [Tabel 5.15].
Tabel 5.16 Distribusi Frekuensi dan Persentase Sikap Pasien dalam Mengambil Obat Anti Tuberkulosis
Jawaban Frekuensi orang
Persentase Tidak Teratur
Teratur Sesuai Jadwal Teratur, Tidak Sesuai Jadwal
3 77
17 3,1
79,4 17,5
Total 97
100
Pasien yang mengikuti pengobatan TB paru dengan strategi DOTS harus minum OAT dengan teratur dan sesuai jadwal. Sebanyak 77 orang 79,4 responden memiliki
sikap teratur sesuai jadwal dalam mengambil obat anti tuberkulosis, 17 orang 17,5 teratur tapi tidak sesuai jadwal yang telah ditetapkan sedangkan 3 orang 3,1 responden
lainnya tidak teratur sama sekali [Tabel 5.16].
Tabel 5.17 Distribusi Frekuensi dan Persentase Sikap Pasien terhadap Obat yang Telah Diberikan
Jawaban Frekuensi orang
Persentase Minum Teratur
Kadang-Kadang Saja Diminum Menyimpan dan Membiarkan
82 15
84,5 15,5
Total 97
100
Responden yang memilih untuk meminum obat tidak teratur yaitu kadang-kadang saja diminum sebanyak 15 orang 15,5 sedangkan yang minum obat teratur sesuai
Universitas Sumatera Utara
jadwal yang telah ditetapkan sebanyak 82 orang 84,5. Tidak ada seorangpun responden yang memilih untuk menyimpan dan membiarkan obat yang telah diberikan [Tabel 5.17].
Tabel 5.18 Distribusi Frekuensi dan Persentase Waktu yang Tepat untuk Minum Obat Anti Tuberkulosis
Jawaban Frekuensi orang
Persentase Bila Diperintah PMO atau Dokter
Terserah Kapan Saja Setiap Hari
60 4
33 61,9
4,1 34
Total 97
100
Berdasarkan data pada tabel 5.18, sebanyak 33 orang 34 responden memilih untuk minum obat anti tuberkulosis OAT setiap hari.. Dapat dilihat juga bahwa 60 orang
61,9 menjawab benar yaitu minum OAT bila diperintah oleh PMO ataupun dokter. Sedangkan 4 orang 4,1 responden lainnya memilih untuk minum kapan saja dan tidak
sesuai dengan jadwal minum obat yang ada.
Tabel 5.19 Distribusi Frekuensi dan Persentase Sikap Pasien dalam Mengikuti Program DOTS
Jawaban Frekuensi orang
Persentase Pasien Berobat Teratur
Pasien Berobat Tidak Teratur
82 15
84,5 15,5
Total
97 100
Pasien yang menjadi responden pada penelitian ini yang memiliki sikap berobat teratur sebanyak 82 orang 84,5 dari 97 orang. Pasien yang berobat dan tidak teratur
selama pengobatan sebanyak 15 orang 15,5 responden [Tabel 5.19].
Universitas Sumatera Utara
5.1.3.3 Pasien Drop Out Rendah Tabel 5.20 Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban Pasien tentang Hal yang
Paling Penting dalam Pengobatan TB Paru Jawaban
Frekuensi orang Persentase
Teratur Minum Obat, Sesuai Dosis dan Berkelanjutan
Teratur Bila Ingat, Berhenti Setelah Merasa Sembuh
Simpan Obat Teratur ke Dokter
79
17
1 81,4
17,5
1,0
Total 97
100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa 79 orang 81,4 responden memilih teratur minum obat sesuai dengan dosis dan berkelanjutan sebagai hal yang paling penting dalam
proses pengobatan TB paru dengan strategi DOTS. Sedangkan 17 orang 17,5 responden memilih teratur bila ingat dan berhenti minum setelah merasa sembuh dan 1
orang 1 memilih untuk menyimpan obat yang telah diberikan [Tabel 5.20].
Tabel 5.21 Distribusi Frekuensi dan Persentase tentang Lama Minimal Pengobatan TB Paru dengan Strategi DOTS
Jawaban Frekuensi orang
Persentase 2 Bulan
6 Bulan Tidak Tahu
22 66
9 22,7
68,0 9,3
Total 97
100 Berdasarkan hasil penelitian ini [Tabel 5.21] didapati bahwa sebanyak 22
orang 22,7 menyatakan bahwa pengobatan TB paru minimal adalah 2 bulan sedangkan
Universitas Sumatera Utara
9 orang 9,3 lainnya tidak tahu sama sekali. Hanya 66 orang 68 yang mengetahui dengan benar bahwa pengobatan minimal TB Paru adalah 6 bulan.
Tabel 5.22 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tindakan Pasien Ketika Bosan Minum Obat Setiap Hari
Jawaban Frekuensi orang
Persentase Berhenti Sampai Tidak Bosan Lagi
Konsultasi dengan Dokter Tetap Minum, Tidak Sesuai Jadwal
9 82
6 9,3
84,5 6,2
Total 97
100
Pada tabel di atas [Tabel 5.22] dapat dilihat tindakan pasien saat merasa bosan minum obat setiap hari yang paling banyak dipilih adalah konsultasi dengan dokter ataupun
petugas kesehatan sebanyak 82 orang 84,5. Sedangkan 9 orang 9,3 memilih untuk berhenti sejenak sampai tidak bosan lagi dan 6 orang 6,2 memilih untuk tetap berusaha
minum walaupun tidak sesuai jadwal lagi.
Tabel 5.23 Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban Pasien tentang Waktu yang Paling Tepat untuk Berhenti Minum Obat
Jawaban Frekuensi orang
Persentase Batuk Hilang, Berat Badan Naik
Dinyatakan Sembuh Oleh Dokter Saat Tidak Diawasi Minum Obat
23 72
2 23,7
74,2 2,1
Total 97
100
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa masih banyak pasien yang menghentikan minum obat bila batuk telah hilang dan berat badannya telah naik yaitu
sebanyak 23 orang 23,7. Sedangkan 72 orang 74,2 memilih jawaban akan
Universitas Sumatera Utara
menghentikan minum obat setelah dinyatakan sembuh total oleh dokter. Dapat dilihat juga bahwa pada tabel 5.23 terdapat sebanyak 2 orang 2,1 yang akan berhenti minum obat
bila tidak diawasi minum obat.
Tabel 5.24 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tanggapan Pasien tentang Akibat dari Minum Obat Tidak Teratur
Jawaban Frekuensi orang
Persentase Bakteri Akan Kebal Resisten
Tidak Apa-Apa Tidak Tahu
59 10
28 60,8
10,3 28,9
Total
97 100
Pengetahuan pasien mengenai resistensi obat yang bisa terjadi bila pasien tidak minum obat teratur masih sangat rendah. Dapat dilihat bahwa hanya 59 orang 60,8
responden yang mengetahui hal tersebut. 28 orang 28,9 tidak mengetahui sama sekali dan 10 orang 10,3 beranggapan tidak akan terjadi apa-apa dan pengobatan bisa
disambung lagi [Tabel 5.24].
Tabel 5.25 Distribusi Frekuensi dan Persentase Drop Out Pasien Jawaban
Frekuensi orang Persentase
Pasien Drop Out - Pasien Drop Out +
76 21
78,4 21,6
Total
97 100
Pasien TB Paru di BP4 Medan yang menjawab pertanyaan di kuesioner dan cenderung untuk drop out adalah 21 orang 21,6 responden dan yang tidak drop out
sebanyak 76 orang 78,4 [Tabel 5.25].
Universitas Sumatera Utara
5.1.3.4 Komitmen PMO Tabel 5.26 Distribusi Frekuensi dan Persentase Orang yang Menjadi PMO Pasien
Jawaban Frekuensi orang
Persentase Orang yang Telah Dilatih Menjadi PMO
Teman yang Tidak Mengerti TB Keluarga, Tidak Ada Pelatihan
75 3
19 77,3
3,1 19,6
Total 97
100
Pengawas minum obat PMO yang paling tepat adalah keluarga, masyarakat umum seperti keluarga, tetangga, teman dan lain-lain atau petugas kesehatan yang telah
dilatih terlebih dahulu. 75 orang 77,3 telah menjawab benar dan tepat tetapi harus diperhatikan ada 19 orang 19,6 responden yang memiliki PMO dari keluarga yang
tinggal serumah dan tidak mendapat pelatihan ataupun penjelasan sama sekali tentang TB Paru dan tugas-tugasnya. Sedangkan 3 orang 3,1 responden lainnya memilih teman
yang tidak mengerti tentang TB untuk menjadi PMO-nya [Tabel 5.26].
Tabel 5.27 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tanggapan Pasien tentang Fungsi dari PMO
Jawaban Frekuensi orang
Persentase Mengawasi dan Memberi Nasehat
Mengambil Obat, Mengikuti Pasien Mengambil Obat, Berikan ke Pasien
68 19
10 70,1
19,6 10,3
Total 97
100
Tabel 5.27 di atas menunjukkan bahwa 68 orang 70,1 responden mengetahui tugas PMO-nya yaitu mengawasi dan memberi nasehat-nasehat, 19 orang 19,6 menilai
PMO berfungsi untuk mengambil obat di balai kesehatan dan mengikuti pasien kemana
Universitas Sumatera Utara
saja pergi. Sedangkan 10 orang 10,3 memilih bahwa fungsi PMO itu hanya untuk mengambil obat dan memberikannya kepada pasien secara rutin.
Tabel 5.28 Distribusi Frekuensi dan Persentase Orang yang Menyuruh Pasien untuk Minum Obat Anti Tuberkulosis
Jawaban Frekuensi orang
Persentase Kesadaran Sendiri
PMO Keluarga
36 54
7 37,1
55,7 7,2
Total 97
100
Berdasarkan tabel 5.28 dapat dilihat hanya 54 orang 55,7 responden saja yang minum obat anti tuberkulosis karena diperintah oleh PMO-nya. Sedangkan 36 orang
37,1 minum obat karena kesadaran sendiri dan 7 orang 7,2 responden lainnya memilih karena keluarga.
Tabel 5.29 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tindakan yang Dilakukan PMO Ketika Pasien Minum Obat
Jawaban Frekuensi orang
Persentase Sudah Pergi Menjauh
Memperhatikan Sampai Selesai Mencatat Tanpa Melihat Pasien
21 71
5 21,6
73,2 5,2
Total
97 100
Tabel 5.29 menunjukkan bahwa 71 orang 73,2 memiliki PMO yang terus memperhatikan pasien sampai selesai minum obat. Sebanyak 21 orang 21,6
menyatakan bahwa PMO-nya sudah pergi saat pasien minum obat anti tuberkulosis dan 5
Universitas Sumatera Utara
orang 5,2 lainnya hanya mencatat tindakan minum obat tanpa memperhatikan melihat pasien.
Tabel 5.30 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tanggapan PMO Ketika Pasien Menyampaikan Keluhan Selama Pengobatan
Jawaban Frekuensi orang
Persentase Mendengarkan Memberi Nasehat
Mencatat Tidak Ada Solusi Tidak Pernah Mengobrol
65 12
20 67
12,4 20,6
Total 97
100
PMO yang mendengarkan keluhan pasien dan memberi nasehat yang baik selama pengobatan ini hanya 65 orang 67. Sedangkan 20 orang 20,6 lainnya tidak pernah
mengobrol sama sekali dan membahas penyakit dan keluhan pasien dan 12 orang 12,4 biasanya hanya mencatat tanpa mengetahui solusi untuk pasien tersebut [Tabel 5.30].
Tabel 5.31 Distribusi Frekuensi dan Persentase tentang Komitmen PMO Jawaban
Frekuensi orang Persentase
Komitmen PMO Baik Komitmen PMO Buruk
70 27
72,2 27,8
Total 97
100
Komitmen PMO pada 97 orang responden dalam penelitian ini cukup baik tapi tidak menunjukkan angka maksimal. Hanya 70 orang 72,2 responden yang memiliki
PMO yang baik dan berkomitmen untuk mengawasi dan memperhatikan pasien selama minum obat anti tuberkulosis. Dari tabel juga dapat dilihat bahwa ada 27 orang 27,8
responden yang memiliki PMO dengan status komitmen PMO yang buruk [Tabel 5.31].
Universitas Sumatera Utara
5.1.3.5 Tingkat Keberhasilan Pengobatan Tabel 5.32 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Keberhasilan Pengobatan TB
Paru di BP4 Medan Jawaban
Frekuensi orang Persentase
Pengobatan Berhasil Pengobatan Tidak Berhasil
85 12
87,6 12,4
Total 97
100
Berdasarkan data dari rekam medis dan catatan di BP4 Medan terlihat angka keberhasilan pengobatan TB paru yang diambil dengan menggunakan strategi DOTS di
BP4 Medan dari responden yang mengikuti penelitian ini sebanyak 87 orang 87,6. Sedangkan 12 orang 27,4, sementara responden lainnya dinyatakan tidak berhasil
ataupun drop out dan harus mengulang pengobatan kembali. Hal ini dikarenakan pasien tersebut tidak datang kembali berobat dan mengambil di BP4 lagi. Dari tabel 5.32 dapat
disimpulkan bahwa tingkat keberhasilan pengobatan pada pasien yang telah mengikuti penelitian ini adalah 87,6. Walaupun angka ini telah melewati angka target global 85
dari WHA tetapi harus terus ditingkatkan sampai 100 sehingga pemberantasan dan pencegahan TB paru di seluruh kalangan masyarakat dapat berhasil.
5.1.4 Analisis Hasil Penelitian
Analisis hasil penelitian ini dapat dilihat pada tabel-tabel hubungan antara independent variable dengan dependent variable tingkat keberhasilan pengobatan.
Tabel 5.33 Hubungan Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang TB Paru DOTS dengan Tingkat Keberhasilan Pengobatan
Universitas Sumatera Utara
Tingkat Pengetahuan Pasien tentang TB Paru DOTS
Tingkat Keberhasilan Pengobatan Total
Berhasil Tidak Berhasil
Pengetahuan Baik Pengetahuan Buruk
79 6
7 5
86 11
Total 85
12 97
Berdasarkan hubungan tingkat pengetahuan dengan tingkat keberhasilan pengobatan diperoleh p value = 0,004. Maka dapat disimpulkan bahwa p value
α, Ho ditolak, hipotesis awal Ha diterima. Artinya, ada hubungan antara tingkat pengetahuan
pasien dengan tingkat keberhasilan pengobatan. Dapat dilihat dari 97 responden terdapat 79 responden yang memiliki pengetahuan baik akan menyelesaikan pengobatan sampai
berhasil [Tabel 5.33].
Tabel 5.34 Hubungan Pasien Berobat Teratur dengan Tingkat Keberhasilan Pengobatan
Pasien Berobat Teratur Tingkat Keberhasilan Pengobatan
Total Berhasil
Tidak Berhasil Berobat Teratur
Berobat Tidak Teratur
79 6
3 9
82 15
Total 85
12 97
Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan pengobatan pasien TB paru. Salah satu faktor yang paling penting adalah keteraturan pasien untuk berobat. Hal ini
juga dapat dilihat pada hasil penilitian ini. p value yang didapat adalah p 0,0001 dengan α yang telah ditentukan yaitu 0,05, maka dapat dikatakan bahwa nilai p value lebih kecil
dari α. Artinya Ho dapat ditolak dan terdapat hubungan antara kebiasaan pasien berobat
teratur dengan tingkat keberhasilan pengobatan. Pada Tabel tabulasi juga tampak
Universitas Sumatera Utara
kecenderungan pasien yang berobat teratur akan menjalani pengobatan sampai pengobatan itu berhasil [Tabel 5.35]
Tabel 5.35 Hubungan Status Drop out dengan Tingkat Keberhasilan Pengobatan Status Drop Out Pasien
Tingkat Keberhasilan Pengobatan Total
Berhasil Tidak Berhasil
Drop Out - Drop Out +
75 10
1 11
76 21
Total 85
12 97
Dari tabel 5.36 di atas diperoleh bahwa ada 76 orang 78,4 responden yang memiliki status drop out - pada penilitian ini hanya 1 orang yang tidak berhasil dalam
pengobatan sedangkan 75 orang lainnya berhasil [Tabel 5.36]. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,0001 p 0,05, maka
dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak atau terdapat hubungan status drop out pasien dengan tingkat keberhasilan pengobatan TB paru di BP4 Medan.
Tabel 5.36 Hubungan Komitmen PMO dengan Tingkat Keberhasilan Pengobatan Komitmen PMO
Tingkat Keberhasilan Pengobatan Total
Berhasil Tidak Berhasil
Komitmen PMO Baik Komitmen PMO Buruk
69 16
1 11
70 27
Universitas Sumatera Utara
Total 85
12 97
Berdasarkan hubungan Komitmen PMO pasien selama menjalani pengobatan dengan tingkat keberhasilan pengobatan diperoleh p value 0,0001. Maka dapat
disimpulkan bahwa p value α, Ho ditolak, hipotesis awal Ha diterima. Artinya, Ada
hubungan antara komitmen PMO dengan tingkat keberhasilan pengobatan TB paru dengan DOTS di BP4 Medan [Tabel 5.34].
5.2 Pembahasan 5.2.1 Pengetahuan Pasien TB Paru di BP4 Medan
Berdasarkan penelitian ini dapat dilihat bahwa dari 97 orang responden yang ikut dalam penelitian ini, 86 orang 88.7 responden memiliki pengetahuan yang baik dan 11
orang 11.3 memiliki pengetahuan yang buruk [Tabel 5.13]. Angka ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan pasien TB paru di BP4 medan cukup baik tetapi belum
maksimal. Jumlah tingkat pengetahuan responden yang baik seharusnya lebih tinggi dan bisa mencapai angka maksimal yaitu 100. Hal ini dapat terwujud bila pasien mendapat
penjelasan mengenai penyakit TB paru dan DOTS dari dokter, petugas kesehatan ataupun PMO serta kerja sama dari seluruh pasien dan seluruh lapisan masyarakat.
Namun, berdasarkan hasil penelitian Zuliana 2009, sebagian besar pasien TB paru dalam penelitiannya memiliki pengetahuan yang sangat rendah tentang penyakit TB paru.
Mereka hanya mengetahui penyakit TB paru adalah penyakit batuk darah yang disebabkan oleh karena merokok, angin malam dan lain-lain. Hal ini dikarena penyuluhan kesehatan
masih sangat sedikit. Pengetahuan pasien tentang penyakit TB paru dan DOTS merupakan hal yang seharusnya dimiliki oleh semua pasien yang sedang menjalani strategi DOTS
tersebut. Salah satu yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah ketersediaan fasilitas
sebagai sumber informasi yang benar dan tepat. Dalam pengobatan TB paru dengan
Universitas Sumatera Utara