Pendugaan Karbon Tersimpan Kawasan Analisis Citra

26

3.3.2.3. Penentuan Sifat Kimia dan Fisik Gambut

Sifat kimia dan fisik gambut yang diamati dalam penelitian ini adalah C- organik, kadar air dan bobot isi. Data-data tersebut diperoleh dari penelitian sebelumnya yang dilakukan di daerah penelitian ini oleh Yulianti 2009. Adapun metode yang digunakan dalam penetapan kadar C-Organik adalah metode pengabuan kering. Sementara untuk penentuan kadar air dan bobot isi digunakan metode gravimetri.

3.3.2.4. Pendugaan Karbon Tersimpan Bawah Permukaan

Cadangan karbon bawah permukaan diperoleh dengan menggunakan suatu persamaan. Parameter yang digunakan dalam persamaan tersebut adalah luas lahan gambut, ketebalan tanah gambut, bobot isi bulk density dan kandungan karbon C-organik pada setiap jenis kematangan tanah gambut Wahyunto dan Ritung, 2003. Persamaan tersebut adalah : Karbon K = B x A x D x C x 10 -6 dimana, K = Karbon ton B = Bobot isi tanah gambut grcm 3 A = Luas lahan gambut cm 2 D = Ketebalan gambut cm C = Kadar C-organik

3.3.3. Pendugaan Karbon Tersimpan Kawasan

Karbon tersimpan kawasan merupakan penjumlahan karbon tersimpan atas dan bawah permukaan yang dinyatakan dengan persamaan sederhana berikut : Karbon Tersimpan Kawasan = Karbon Atas Permukaan + Karbon Bawah Permukaan Dengan persamaan tersebut akan diperoleh total karbon baik yang tersimpan pada tanaman maupun gambut. 27

3.3.4. Analisis Citra

Analisis citra bertujuan untuk mengetahui luas hutan yang telah dikonversi untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit. Pada penelitian ini kombinasi saluran band yang digunakan adalah komposit RGB-543. Pemilihan citra komposit RGB-543 dilakukan karena menampilkan warna natural dengan kontras warna paling tegas dan paling jelas dalam menampilkan penutupan lahan. Ekstraksi penutupan lahan dari citra dilakukan dengan menggunakan metode klasifikasi terbimbing. Proses klasifikasi ditetapkan dengan memilih kategori informasi yang diinginkan dan memilih training area untuk setiap kategori penutupan lahan yang mewakili sebagai kunci interpretasi. Penutupanpenggunaan lahan dikelaskan menjadi 3 kelas yakni : hutan rawa sekunder, semak dan lahan terbuka. Penentuan kelas klasifikasi merupakan faktor penting bagi keberhasilan proses klasifikasi. Untuk menghitung akurasi hasil klasifikasi digunakan nilai kappa. Nilai kappa menghitung kebenaran jumlah pixel yang termasuk nilai omisi jumlah pixel yang diklasifikasikan menjadi kelas lain. Nilai kappa total pada hasil klasifikasi citra Landsat tahun 2002 dan 2007 sebesar 1. Nilai kappa masing- masing penutupanpenggunaan lahan disajikan pada Tabel Lampiran 5.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada pada kebun kelapa sawit Panai Jaya PTPN IV di wilayah administratif kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara. Lokasi penelitian terletak pada koordinat 02 22’40” - 02 26’23” LU dan 100 15’26” - 100 17’30” BT. Pada bagian utara dan barat berbatasan dengan perkebunan kelapa sawit milik masyarakat, sedangkan pada bagian selatan berbatasan dengan PT Alam Lestari dan sebelah timur berbatasan dengan Sungai Ular. Kebun Panai Jaya terletak di hamparan lahan gambut dengan luas total sekitar 2.677 ha yang terdiri 130 blok yang terbagi ke dalam 4 empat afdeling. Pembukaan lahan menjadi perkebunan kelapa sawit dimulai sejak tahun 2005.

4.2. Keadaan Penduduk dan Perekonomian

Luas wilayah Kabupaten Labuhan Batu adalah 922.318 Ha atau 9.223,18 km² dengan jumlah penduduk 851.016 jiwa. Bidang usaha yang mendapat prioritas pemerintah daerah di kabupaten ini untuk dikembangkan mencakup 4 sektor yaitu sektor pertanian, sektor perikanan, sektor perkebunan dan sektor industri. Sumberdaya komoditi prioritas di kabupaten ini adalah karet olahan, jagung olahan pakan ternak, industri minyak goreng dan oleokimia, budidaya ikan kerapu, ikan tambak udang meningkat rata-rata 6.92 per tahun, padi sawah luas areal 85,067 Ha dan aren www.sumutprov.go.id15 November 2009.

4.3. PenutupanPenggunaan Lahan di Lokasi Penelitian

Kombinasi band 5:4:3 pada Citra Landsat ETM+ tahun 2002 Gambar 7 memperlihatkan bahwa tutupan lahan tahun 2002 sebagian besar merupakan hutan rawa sekunder hijau tua dan hanya terdapat sedikit lahan terbuka merah dan semak hijau muda di bagian utara perkebunan. Pada citra Landsat TM tahun 2007 Gambar 8 tampak wilayah pada tahun 2002 yang masih berupa hutan rawa sekunder dan semak, pada tahun 2007 sebagian besar telah dikonversi menjadi areal kebun kelapa sawit merah.