23 tersebut kemudian diambil sebagian untuk uji contoh dan dari uji contoh ini akan
diperoleh berat kering dan kadar C-organik setiap bagian. Dari berat kering tersebut akan diperoleh biomassanya. Pohon kelapa sawit yang dijadikan sebagai
pohon contoh dipilih secara sengaja, sesuai dengan umur tanamnya. Setelah diperoleh kadar C-organik kelapa sawit maka dikalikan dengan biomassa sehingga
diperoleh karbon biomassa kelapa sawit.
3.3.2. Pendugaan Karbon Bawah Permukaan
Pengukuran karbon bawah permukaan dibagi menjadi pengukuran ketebalan gambut, bobot isi dan kadar C-organik untuk setiap kematangan. Tahap
pendugaan karbon tersimpan bawah permukaan disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5. Tahap Pendugaan Karbon Tersimpan Bawah Permukaan
3.3.2.1. Penentuan Tingkat Kematangan Gambut
Dalam kunci taksonomi tanah Soil Survey Staff, 1999 tingkat kematangan gambut dapat dibedakan berdasarkan tingkat dekomposisi dari bahan-bahan
24 serat tanaman asalnya. Tingkat kematangan terdiri atas saprik, hemik dan fibrik.
Karena pentingnya tingkat kematangan ini untuk diketahui, maka untuk memudahkan pencirian di lapangan, definisi tentang serat-serat ini harus
ditetapkan terlebih dahulu. Serat-serat diartikan sebagai potongan-potongan dari jaringan tanaman yang sudah mulai melapuk atau melapuk tidak termasuk akar-
akar yang masih hidup dengan memperlihatkan adanya struktur sel dari tanaman asalnya. Potongan-potongan serat mempunyai ukuran diameter lebih besar sama
dengan 2 cm, sehingga dapat diremas dan mudah dipisahkan dengan jari akan diamati tingkat kematangannya. Sementara untuk potongan-potongan kayu
berdiameter lebih besar dari 2 cm dan belum melapuk sehingga sulit untuk dipisahkan dengan jari, seperti potongan-potongan cabang kayu besar, batang
kayu, dan tunggul tidak dianggap sebagai serat-serat tetapi digolongkan sebagai fragmen kasar.
Untuk penetapan tingkat kematanganpelapukan tanah gambut di lapangan dilakukan dengan mengambil segenggam tanah gambut dari hasil pengeboran,
kemudian diperas dengan menggunakan telapak tangan secara pelan-pelan. Setelah diremas lakukan pengamatan sisa-sisa serat yang tertinggal di telapak
tangan. Ketentuannya adalah sebagai berikut : Bila kandungan serat yang tertinggal dalam telapak tangan setelah
pemerasan adalah tiga perempat bagian atau lebih 34, maka tanah
gambut tersebut digolongkan ke dalam jenis fibrik.
Bila kandungan serat yang tertinggal dalam telapak tangan setelah pemerasan adalah antara kurang dari tiga perempat sampai seperempat
bagian atau lebih 34 - 14, maka tanah gambut tersebut digolongkan ke dalam jenis hemik.
Bila kandungan serat yang tertinggal dalam telapak tangan setelah pemerasan adalah kurang dari seperempat bagian 14, maka tanah
gambut tersebut digolongkan ke dalam jenis saprik.
Untuk mendukung penggolongan tingkat kematanganpelapukan dengan proses pemerasan, dilakukan pengamatan warna tanah gambut. Tanah gambut
25 tingkat fibrik akan berwarna hitam agak terang, tingkat hemik berwarna agak
gelap dan tingkat saprik berwarna hitam gelap.
3.3.2.2. Pengukuran Ketebalan Gambut