Karakteristik Kimia Gambut Karakteristik Fisik Gambut

6 Sementara itu, menurut Wahyunto et al. 2005, luas total lahan gambut di pulau Sumatera pada tahun 2002 adalah sekitar 7,20 juta ha Tabel 3 atau 14,90 dari luas seluruh daratan Pulau Sumatera luasnya 48,24 juta ha. Luas tersebut sudah termasuk tanah mineral bergambut sekitar 683 ribu ha yang mempunyai ketebalan gambut 50 cm. Dengan demikian, yang tergolong sebagai tanah gambut ketebalan lebih dari 50 cm luasnya untuk seluruh Sumatera pada tahun 2002 sekitar 6.521.388 ha. Tabel 3. Penyebaran Lahan Gambut di Pulau Sumatera Propinsi Luas total Juta ha Lampung 0,09 Sumatera Selatan 1,48 Jambi 0,72 Riau 4,04 Bengkulu 0,06 Sumatera Barat 0,21 Sumatera Utara 0,33 Nanggroe Aceh D. 0,27 Total 7,21 Sumber : Wahyunto et al. 2005 Di pulau Sumatera, penyebaran lahan gambut pada umumnya terdapat di dataran rendah sepanjang pantai timur, yaitu dengan urutan dominasi berturut- turut terdapat di wilayah propinsi Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Sumatera Utara dan Lampung. Penyebarannya ke arah pedalamanhilir sungai mencapai sekitar 50-300 km dari garis pantai.

2.3. Karakteristik Kimia Gambut

Kandungan C-organik dan N total tanah gambut tergolong tinggi. Kisaran kandungan C-organik tanah gambut berkisar antara 54,30-57,84 Barchia, 2002 dengan rata-rata 57,23 Sabiham et al., 1997. Sementara nilai- nilai karbon organik sebesar 48-50 pada gambut yang terdekomposisi sedikit fibrik, 53-54 pada gambut yang terdekomposisi sedang mesik dan 58-60 pada 7 gambut yang sangat terdekomposisi saprik Ekono, 1981 dalam Andriesse, 1988. Kandungan N total tanah gambut di Indonesia berkisar antara 4800 hingga 7200 kg Nha atau setara dengan 1,2 hingga 1,8 persen pada lapisan 0-20 cm dan sebagian besar dalam bentuk N kompleks organik Tim Fakultas Pertanian IPB, 1976. Nisbah CN berkisar antara 31 sampai 49. Bila CN rasio lebih besar dari 30 akan terjadi immobilisasi N oleh mikrobiologi tanah untuk memenuhi kebutuhan metabolismenya sedangkan bila rasio CN antara 20-30, dapat terjadi immobilisasi maupun pembebasan N ke dalam tanah. Dengan rasio CN tanah gambut di atas 30 maka N pada tanah gambut sukar tersedia bagi tanaman Barchia, 2006. Menurut Barchia 2006, karakteristik kimia yang paling berkaitan pelepasan gas rumah kaca dari lahan gambut adalah bila gambut d engan nilai CN rasio yang tinggi ini teroksidasi karena adanya pengembangan jaringan dan reklamasi, aktivitas mikrobiologi tanah akan meningkat untuk merombak atau mendekomposisi gambut dan melepaskan gas rumah kaca dalam bentuk CH 4 dan CO 2 ke atmosfer.

2.4. Karakteristik Fisik Gambut

Karakteristik fisik gambut yang penting untuk diketahui dalam perhitungan karbon tersimpan di lahan gambut adalah bobot isi bulk density. Menurut Noor 2001, bobot isi tanah gambut sangat rendah dibandingkan dengan tanah-tanah mineral umumnya. Bobot isi tanah gambut beragam antara 0,01 grcm 3 - 0,2 grcm 3 . Andriesse 1988, memperoleh bobot isi gambut dengan kematangan fibrik 0,1 grcm 3 , hemik berkisar 0,07-0,18 grcm 3 dan saprik 0,2 grcm 3 , sedangkan gambut tropika fibrik di Indonesia biasanya mempunyai bobot isi kurang dari 0,1 grcm 3 dan gambut- gambut saprik yang terdekomposisi secara baik mempunyai nilai- nilai lebih besar dari 0,2 grcm 3 Driessen dan Rochimah, 1976 dalam Andriesse, 1988. Rendahnya BD gambut menyebabkan daya menahan atau menyangga beban bearing capacity menjadi sangat rendah. Hal ini menyulitkan beroperasinya 8 peralatan mekanisasi karena tanahnya yang empuk. Gambut juga tidak bisa menahan pokok tanaman tahunan untuk berdiri tegak. Tanaman perkebunan seperti karet, kelapa sawit, atau kelapa seringkali doyong atau bahkan roboh. Namun, pertumbuhan seperti ini dianggap menguntungkan karena memudahkan bagi petani untuk memanen sawit Agus dan Subiksa, 2008.

2.5. Konve rsi Penggunaan Lahan Gambut