9 tersebut sangat terkait dengan kebijakan pemerintah dalam kegiatan konversi
hutan, industri perkayuan, transmigrasi dan pemukiman penduduk serta perluasan lahan pertanian. Praktek yang biasanya diterapkan adalah dengan melakukan
deforestasi yang diikuti dengan pembangunan kanal atau saluran untuk mengeringkan air yang tertahan di lahan gambut. Praktek ini jika tidak terkendali
dengan baik akan menimbulkan berbagi masalah lingkungan. Jika dilindungi dalam kondisi alami, lahan gambut dapat meningkatkan
kemampuan dalam menyerap dan menyimpan karbon. Vegetasi yang tumbuh di atas tanah gambut dan membentuk hutan rawa akan mengikat karbon dioksida
dari atmosfer melalui fotosintesis dan menambah simpanan karbon dalam ekosistem tersebut Wahyunto et al., 2005.
2.6. Aplikasi Penginderaan Jauh untuk Analisis Perubahan Penggunaan Lahan
Deteksi perubahan penggunaan lahan dengan Penginderaan Jauh semakin penting peranannya terutama karena banyaknya kemudahan yang diperoleh dan
terjadinya efisiensi kerja baik aspek anggaran maupun tenaga yang digunakan. Dalam pelaksanaannya deteksi perubahan penggunaan lahan dilakukan dengan
membandingkan citra hasil perekaman beberapa waktu berbeda atau membandingkan citra penginderaan jauh waktu tertentu dengan peta penggunaan
lahan yang telah dibuat pada waktu sebelumnya Angga, 2001. Perubahan penggunaan lahan dapat diartikan sebagai suatu proses pilihan
pemanfaatan ruang guna memperoleh manfaat yang optimum, baik untuk pertanian maupun non-pertanian Junaedi, 2008.
Penggunaan citra satelit untuk deteksi perubahan penggunaan lahan selanjutnya cukup banyak digunakan terutama karena keunggulannya pada
resolusi temporal yang baik dan cakupan wilayahnya cukup luas. Dengan ke giatan perekaman yang dilakukan secara terus- menerus pada setiap interval waktu
tertentu, memungkinkan citra satelit dapat digunkan untuk pemantauan perubahan dari waktu ke waktu tidak terbatas hanya untuk dua waktu perekaman berbeda.
Oleh karena itu, penggunaan citra satelit cukup besar manfaatnya dalam
10 melakukan prediksi perubahan berdasarkan pengamatan terhadap kecenderungan
perubahan yang telah terjadi Angga, 2001.
2.7. Data Penginderaan Jauh Landsat
Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh
dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah, atau fenomena yang dikaji Lillesand dan Kiefer, 1997. Sedangkan interpretasi atau penafsira n
citra penginderaan jauh fotografik atau non fotografik merupakan perbuatan mengkaji citra dengan maksud untuk mengidentifikasi objek yang tergambar
dalam citra, dan menilai arti pentingnya objek tersebut Purwadhi, 2001. Menurut Lillesand dan Kiefer 1997, terapan interpretasi citra landsat telah
dilakukan pada berbagai disiplin ilmu seperti Pertanian, Botani, Kartografi, Teknik Sipil, Lingkungan, Kehutanan, Geografi, Geologi, Geofisika, Analisis
Sumberdaya Lahan, Perencanaan Tata Guna Lahan, Oseanografi, dan Analisis Sumberdaya Lahan.
Landsat merupakan satelit sumberdaya bumi yang pada awalnya bernama ERST-1 Earth Resources Technology Satellite yang diluncurkan pertama kali
pada tanggal 23 juli 1978. Satelit ini hingga saat ini telah sampai seri ke 7 1998 dengan orbit mengelilingi bumi selaras matahari sunsynchronous. Sensor yang
digunakan RBV Return Beam Vidicom, MSS Multispectral Scanner, TM Thematic Mapper dan ETM Enhanced Thematic Mapper. Landsat 1, 2, 3
dilengkapi dengan sensor RBV dan 4 saluran sensor MSS namun tidak memiliki saluran termal. Untuk Landsat 4 dan 5 selain memiliki 4 saluran sensor MSS
ditambah Thematic Mapper, sedangkan untuk Landsat 6 ETM Enhanced Thematic Mapper ditambahkan saluran termal 10,4-
12,6 μm. Sensor ETM merupakan pengembangan dari sensor TM dengan menambah saluran
pankromatik 0,50- 0,90 μm, yang didesain mempunyai resolusi spasial 15m x
15m Purwadhi, 2001. Karakteristik saluran Landsat TM dan Karakteristik satelit Landsat disajikan pada Tabel 4 dan 5.
11 Tabel 4. Karakteristik Saluran Citra Landsat TM
Saluran Kisaran Gelombang
Kegunaan 1
0,45 - 0,52 Peningkatan penetrasi ke dalam tubuh air, mendukung
analis is sifat khas penggunaan lahan, tanah dan vegetasi.
2 0,52 - 0,60
Pengamatan puncak pantulan vegetas i pada spektrum hijau yang ter letak diantara dua saluran spektral
serapan klorofil. Pengamatan ini dimaksudkan untuk membedakan jenis vegetasi dan penilaian kesuburan.
3 0,63 - 0,69
Saluran terpenting untuk memisahkan vegetasi. Saluran ini ter letak pada salah satu bagian serapan
klorofil dan memperkuat kontras antara kenampakan vegetasi dan non vegetasi.
4 0,76 - 0,90
Saluran yang peka terhadap biomassa vegetasi. Juga untuk identif ikas i jenis tanaman. Memudahkan
pembedaan tanah dan tanaman serta lahan dan air. 5
1,55 - 1,75 Penentuan jenis tanaman, kandungan air pada tanaman
dan kondisi kelembaban tanah. 6
2,08 - 2,35 Pemisah formasi batuan.
7 10,40 - 12,50
Saluran inframerah
termal bermanfaat
untuk klasif ikas i vegetasi, analisis gangguan vegetasi,
pemisah kelembaban tanah dan sejumlah gejala lain yang berhubungan dengan panas.
Sumber : Lillesand dan Kiefe r 1997
Tabel 5. Karakteristik Satelit Landsat Land Satellite
SatelitSensor Saluran Spektral μm
Resolusi Lebar
Cakupan Perekaman
Ulang
Landsat 1,2,3 RBV
MSS Band 1 0,47 - 0,57
Band 2 0,58 - 0,68 Band 3 0,69 - 0,89
Band 4 0,50 - 0,60 Band 5 0,60 - 0,70
Band 6 0,70 - 0,80 Band 7 0,80 - 1,10
80 m 80 m
185 km 185 km
18 hari 18 hari
Landsat 4,5 MSS
Band 4 0,50 - 0,60 Band 5 0,60 - 0,70
Band 6 0,70 - 0,80 Band 7 0,80 - 1,10
80 m 185 km
16 hari
TM Band 1 0,45 - 0,52
Band 2 0,52 - 0,60 Band 3 0,63 - 0,69
Band 4 0,76 - 0,90 Band 5 1,55 - 1,75
Band 6 2,08 - 2,35 Band 7 10,40 - 12,50
30 m 120 m
185 km 16 hari
Sumber : Purwadhi 2001
12
2.8. Inte rpolasi Titik