Pada keluarga contoh yang menggunakan LPG 81.67, banyaknya LPG yang digunakan cukup bervariasi, mulai dari 1 hingga 3 tabung per bulan.
Presentase penggunaan LPG terbanyak ialah sebanyak 3 tabung per bulan. Sebanyak 46.94 persen keluarga contoh pengguna LPG menggunakan LPG
sebanyak 3 kali setiap bulan. Dilihat dari jumlah anggota keluarga, sebagian besar keluarga contoh yang menggunakan LPG termasuk kedalam keluarga
sedang sehingga penggunaan LPG setiap bulan cukup banyak. Namun, masih cukup banyak keluarga contoh yang hanya menggunakan LPG 1 hingga 2
tabung per bulan. Hal ini mungkin berkaitan dengan penggunaan LPG pada masing-masing keluarga. Ada yang menggunakan seperlunya saja dan ada yang
menggunakannya hampir setiap hari. Tabel 17 Sebaran keluarga contoh menurut banyaknya penggunaan LPG per
bulan persen
Banyaknya Penggunaan tabung LPG per bulan
Sindang Barang n = 27
Cikaret n = 22
Total n = 49
1 27.27 22.22
24.49 2
36.36 22.22
28.57 3
36.36 37.04
46.94
Total 100.00 100.00
100.00 Berdasarkan hasil penelitian, keluarga contoh yang menggunakan LPG
81.67 memiliki bahan bakar cadangan ketika sulit memperoleh LPG atau tidak mampu membeli LPG Tabel 18. Bahan bakar cadangan yang paling
banyak digunakan oleh keluarga contoh pengguna LPG ialah kayu bakar 48.98. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kayu bakar menjadi
alternatif bagi keluarga miskin karena biaya yang dikeluarkan lebih murah dibandingkan dengan minyak tanah.
Tabel 18 Sebaran keluarga contoh pengguna LPG berdasarkan bahan bakar cadangan yang digunakan persen
Jenis Bahan Bakar Sindang Barang
n = 26 Cikaret
n = 23 Total
n = 49
Tidak memiliki cadangan 38.46
56.52 46.94
Minyak tanah 0.00
4.35 2.04
Kayu Bakar
61.54
34.78
48.98
Minyak tanah + kayu bakar 0.00
4.35 2.04
Total 100.00 100.00
100.00
Namun, jika dilihat pada masing-masing wilayah, sebagian keluarga contoh yang tinggal di Cikaret 56.52 tidak memiliki cadangan selain LPG. Hal ini
berarti keluarga contoh hanya mengandalkan LPG untuk memasak. Berbeda dengan keluarga contoh di Sindang Barang yang menggunakan kayu bakar
sebagai bahan bakar cadangan 61.54. Hal ini berkaitan dengan ketersediaan bahan bakar di wilayah Sindang Barang yang lebih banyak dijumpai
dibandingkan dengan wilayah Cikaret. Perubahan Pengeluaran Keluarga Pasca Program Konversi
Sejak program konversi BBM dicanangkan oleh pemerintah, salah satu dampak yang dirasakan oleh masyarakat adalah semakin mahalnya harga
minyak tanah, karena pemerintah mulai membatasi penjualan minyak tanah bersubsidi. Sebelum program konversi ini, minyak tanah merupakan bahan bakar
utama bagi sebagian besar masyarakat 45.00. Kesulitan keluarga contoh untuk meningkatkan pendapatannya menyebabkan keluarga contoh menyiasati
kenaikan harga minyak tanah dengan menggantinya dengan bahan bakar lain. Hasil penelitian Nasrullah 2009 menunjukkan sebanyak 93.3 persen
keluarga di Cikarawang dan 86.3 persen keluarga di Setu Gede menyetujui bahwa program konversi dapat membantu mengurangi pengeluaran keluarga.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap keluarga contoh yang beralih dari minyak tanah ke LPG, terjadi penurunan pengeluaran setelah program konversi
dilaksanakan. Pengeluaran keluarga untuk bahan bakar berkurang dari Rp 111 250 per bulan menjadi Rp 44 850 per bulan atau per KK melakukan
penghematan Rp 66 400 perbulan dengan harga minyak tanah sebelum program konversi Tabel 19. Hal ini dikarenakan harga minyak tanah sebelum program
konversi minyak tanah berlangsung masih disubsidi oleh Pemerintah. Sementara, setelah program konversi berlangsung, minyak tanah sudah tidak
disubsidi lagi sehingga harga minyak tanah meningkat menjadi Rp 8 000 per liter. Hal ini menyebabkan peningkatan penghematan biaya pengeluaran bahan
bakar, yakni sebesar Rp 202 350 perbulan. Berbeda dengan keluarga contoh yang beralih dari kayu bakar ke LPG,
pengeluaran rata-rata untuk bahan bakar pada keluarga contoh mengalami peningkatan yakni dari Rp 10 250 per bulan menjadi Rp 44 700 per bulan atau
mengalami peningkatan biaya sebesar Rp 34 450 per bulan. Ini berarti bahwa penghematan pengeluaran keluarga untuk bahan bakar setelah program
konversi minyak tanah ke LPG berlangsung hanya dapat dilakukan oleh contoh yang sebelumnya menggunakan LPG. Sementara pada keluarga contoh yang
sebelumnya menggunakan kayu bakar, pengeluaran keluarga untuk bahan bakar justru menjadi lebih besar.
Tabel 19 Rata-rata pengeluaran keluarga pengguna LPG dengan harga minyak tanah sebelum dan sesudah program konversi
Rata-rata Rata-rata Pengeluaran N = 22
Minyak Tanah LPG
Penghematan
sebelum sesudah sebelum sesudah sebelum
sesudah …… liter …….
……kg……. ……rupiah…….
Pemakaian per KK per hari 1.03
1.03 0.3
0.3 Pemakaian per KK perbulan
30.90 30.90
9 9
……rupiah……. Harga satuan
3.600 8.000
14.950 14.950 Biaya per KK perbulan
111.250 247.200
44.850 44.850 66.400 202.350 Keterangan : satuan minyak tanah = liter; satuan LPG = tabung 3 kg
Perbandingan Biaya Pengeluaran Bahan Bakar keluarga
Jika dilakukan perbandingan biaya pengeluaran bahan bakar antara keluarga contoh yang menggunakan LPG, minyak tanah dan kayu bakar sebagai
bahan bakar maka bahan bakar termurah yang dapat digunakan oleh keluarga contoh pada saat penelitian dilakukan adalah kayu bakar dengan rata-rata biaya
per bulan sebesar Rp 3 920. Namun, penggunaan kayu bakar harus tetap diawasi mengingat kadar CO
2
yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan dengan minyak tanah dan LPG. Sebaiknya penggunaan suatu bahan bakar tidak
merusak kondisi lingkungan di sekitarnya sehingga lingkungan tetap asri dan nyaman. Selain itu, ketersediaan kayu bakar di perkotaan juga masih menjadi
suatu kendala mengingat terbatasnya akses untuk mendapatkan kayu bakar di wilayah perkotaan.
Penggunaan kayu bakar hanya membutuhkan biaya setiap bulan antara Rp 1 200 hingga Rp 11 .000. Minyak tanah merupakan bahan bakar yang paling
mahal diantara ketiga bahan bakar yang tertera dalam Tabel 20. Rata-rata biaya yang dibutuhkan setiap bulan jika menggunakan minyak tanah ialah sebesar
Rp 210 533. LPG termasuk ke dalam kategori bahan bakar pertengahan yang biayanya tidak terlalu mahal dan tidak terlalu murah. Biaya per bulan yang
dibutuhkan untuk penggunaan LPG ini rata-rata ialah sebesar Rp 82 592. Jika
dibandingkan dengan biaya pengeluaran rumah tangga untuk minyak tanah, LPG lebih efisien dibandingkan dengan minyak tanah.
Tabel 20 Sebaran keluarga contoh berdasarkan biaya pengeluaran bahan bakar keluarga per bulan persen
Biaya Pengeluaran per bulan rupiah
LPG n = 49
Minyak Tanah n = 6
Kayu Bakar n = 5
Rp. 50.000,00
40.82
0.00 100.00 Rp. 50.000,00 – Rp. 100.000,00
38.78 0.00 0.00 Rp. 100.000,00 – Rp. 200.000,00
14.29 33.33 0.00 Rp. 200.000,00
6.12 66.67 0.00
Total 100.00 100.00
100.00
Persepsi terhadap LPG
Persepsi terhadap LPG akan mempengaruhi sikap dan penerimaan ibu rumah tangga terhadap LPG. Rata-rata jawaban ibu rumah tangga pada item-
item pertanyaan persepsi terhadap LPG Tabel 25 yaitu 3.54 skala 1–5 berarti rata-rata ibu rumah tangga mempunyai persepsi yang baik terhadap LPG.
Proporsi terbesar ibu rumah tangga 71.67 termasuk ke dalam kategori persepsi yang baik terhadap LPG seperti terlihat dalam Tabel 21. Hal ini
mungkin terjadi karena LPG memiliki karakteristik produk yang diinginkan oleh masyarakat. Pertama, LPG merupakan bahan yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Kedua, LPG memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan minyak tanah. Ketiga, kemungkinan tidak ada alternatif bahan bakar lain yang tersedia sehingga
masyarakat menggunakan LPG. Ketiga hal tersebut mencukupi untuk diterimanya suatu inovasi teknologi dan ini sesuai dengan teori adopsi inovasi
menurut Lionberger 1960.
Namun, masih terdapat hampir sepertiga ibu rumah tangga 28.33 yang
memiliki persepsi yang kurang baik terhadap LPG. Seperti yang dikatakan oleh Rogers dan Shoemaker 1971 bahwa tidak setiap orang mengadopsi inovasi
pada tingkat yang sama. Ada orang yang melakukannya dalam waktu singkat tetapi ada yang melakukannya setelah waktu bertahun-tahun. Harga LPG yang
masih kurang terjangkau oleh masyarakat miskin serta sosialisasi program yang belum maksimal diduga sebagai faktor yang cukup mempengaruhi persepsi dan
penerimaan ibu rumah tangga terhadap keberadaan LPG. Selain itu, jika dikategorikan berdasarkan kategori adopter, ibu rumah tangga pengguna LPG
dapat dikategorikan sebagai early mayority atau penerap awal, sedangkan
masyarakat lainnya membutuhkan waktu untuk menerima LPG sebagai pengganti minyak tanah. Pada ibu rumah tangga yang tinggal di Sindang Barang,
persepsi terhadap LPG yang kurang baik 20.00 lebih sedikit dibandingkan dengan ibu rumah tangga yang tinggal di Cikaret 36.67. Hal ini diduga
dipengaruhi oleh letak geografis kedua wilayah penelitian. Kontur tanah yang berundak-undak dan terbatasnya akses terhadap LPG di wilayah Sindang
Barang diduga mempersulit ibu rumah tangga untuk mendapatkan LPG. Berbeda dengan akses terhadap minyak tanah yang mudah dijangkau karena masih
terdapat pengecer keliling yang menjual minyak tanah dari rumah ke rumah. Tabel 21 Sebaran ibu rumah tangga menurut kategori persepsi terhadap LPG
persen
Kategori Persepsi Sindang Barang
n=30 Cikaret
n=30 Total
N=30
Buruk 0.00 0.00
0.00 Kurang Baik
20.00 36.67
28.33 Cukup baik
56.67 46.67 51.67