kebocoran. Sementara LPG lebih rumit untuk diperbaiki karena masyarakat masih belum dapat memperbaiki sendiri peralatan dan perlengkapan pada LPG
jika terjadi kerusakan sehingga menurut teori adopsi inovasi LPG masih belum memenuhi kriteria sebagai produk baru yang dapat diterima oleh masyarakat
sasaran. Hal ini berkaitan dengan pelayanan pasca penjualan dari LPG yang dirasakan masih kurang keberadaannya. Keberadaan pelayanan pasca jual
diperlukan untuk membantu masyarakat yang mengalami kesulitan dalam memperbaiki kerusakan atau kebocoran pada LPG.
Tabel 29 Perbandingan sikap ibu rumah tangga terhadap LPG dan minyak tanah berdasarkan skor rata-rata multiatribut Fishbein
Atribut Sikap Skor rata-rata 1 – 25
LPG Minyak Tanah
Harga Pembelian Isi Ulang yang Terjangkau 10.2
6.1 Harga Pembelian Peralatan yang Terjangkau
5.4 11.3
Harga Wadah yang Terjangkau 5.8
20.1
Kemudahan Mencari Isi Ulang
21.9
11.1 Bentuk Kemasan
10.8
7.8 Kemultifungsian Banyak Manfaat
9.0
21.7
Bentuk Produk Padat, Cair, LPG 6.2
11.6
Kepraktisan 23.2
10.0 Kebersihan Peralatan Memasak
21.0 10.4
Kecepatan Waktu Memasak 23.7
11.00 Kemudahan Menggunakan
21.5 19.6
Keramahan terhadap Lingkungan 19.0
10.1 Kenyamanan Menggunakan
20.2
20.4
Keamanan Menggunakan 14.8
20.1
Kemudahan pemeliharaan
19.9
16.1 Kemudahan Perbaikan KerusakanKebocoran
20.1
20.6
Biaya pemeliharaan peralatan 17.1
17.6
Pelayanan Pascapenjualan 9.2
9.5
Total 391.3 252.1
Rata-rata
21.7
14.0
Strategi koping
Variabel strategi koping dalam penelitian ini dikhususkan bagi keluarga contoh yang saat ini menggunakan LPG sehingga pada pembasan selanjutnya,
hanya keluarga contoh pengguna LPG yang dianalisis. Lazarus 1991 dalam Goldsmith 1996 mendefinisikan koping sebagai suatu hal yang merujuk pada
adaptasi individu terhadap kondisi yang relatif sulit dan tidak menyenangkan.
Strategi koping dapat diartikan sebagai upaya atau cara yang dilakukan individu atau rumah tangga dalam menghadapi dan mengatasi situasi atau
keadaan yang tidak menguntungkan. Suatu kondisi dimana keluarga miskin menghadapi permasalahan pada LPG dan ketidakmampuan membeli isi ulang
LPG dapat menjadi suatu stressor sehingga menuntut keluarga untuk melakukan berbagai perilaku dan tindakan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Pada
penelitian ini, contoh dapat melakukan lebih dari satu perilaku atau tindakan dalam mengatasi berbagai permasalahan pada LPG.
Strategi Koping terhadap Masalah-masalah Pemakaian LPG
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di antara keluarga contoh yang menggunakan LPG, 55.1 persen pernah mengalami kerusakan LPG. Kerusakan
LPG pada pengguna dapat disebabkan oleh kurangnya sosialisasi mengenai penggunaan dan perawatan LPG. Rendahnya pengetahuan mengenai LPG juga
mengakibatkan resiko kerusakan LPG sehingga penanganannya menjadi lebih sulit. Selanjutnya, pengguna LPG yang pernah mengalami permasalahan
penggunaan LPG disebut sebagai pengguna bermasalah. Pengguna bermasalah dapat menggunakan satu atau lebih cara untuk
menghadapi permasalahan yang dialami ketika menggunakan LPG. Strategi koping yang paling banyak dilakukan oleh 27 pengguna bermasalah ketika
mengalami kerusakan pada LPG ialah dengan meminta bantuan tetangga 40.74 dan mengganti peralatan yang rusak dengan yang baru 44.44.
Meminta bantuan kepada tetangga dilakukan oleh pengguna bermasalah karena tetangga dianggap sebagai pihak pertama yang dapat memberikan bantuan dan
merupakan orang terdekat yang dapat membantu kesulitan yang dialami oleh suatu keluarga. Tindakan pengguna bermasalah dengan mengganti peralatan
yang rusak dengan yang baru dilakukan karena masih banyak masyarakat yang takut untuk memperbaiki kompor, selang ataupun regulator yang rusak sehingga
lebih memilih untuk menggantinya dengan peralatan yang baru. Strategi koping dengan meminta bantuan tetangga lebih banyak dilakukan
oleh pengguna bermasalah yang tinggal di Sindang Barang 44.44 dibandingkan dengan keluarga contoh yang tinggal di Cikaret 33.33. Namun,
tindakan mengganti peralatan yang rusak dengan yang baru, lebih banyak dilakukan oleh pengguna bermasalah di Cikaret lebih banyak 55.56
dibandingkan dengan pengguna bermasalah di Sindang Barang 38.89.
Berdasarkan hasil wawancara secara kualitatif, pengguna bermasalah di Sindang Barang yang mencoba memperbaiki sendiri peralatan dan perlengkapan
LPG yang rusak lebih banyak 33.33 dibandingkan dengan pengguna bermasalah di Cikaret 22.22. Hanya sebagian kecil diantaranya yang