Jumlah suami yang tidak bekerja ternyata mencapai angka 14.29 persen. Hal ini menunjukkan bahwa angka pengangguran pada masyarakat miskin
perkotaan cukup besar pada laki-laki yang sudah berkeluarga. Pengangguran atau semi pengangguran merupakan salah satu penyebab rendahnya
pendapatan akibat sulitnya mencari pekerjaan tetap. Kondisi suami yang tidak bekerja juga dapat diakibatkan oleh keterbatasan akses terhadap pendidikan
sesuai dengan gambaran pada Tabel 10 yang menunjukkan bahwa persentase terbesar tingkat pendidikan pada suami hanya hingga tamat SD.
Secara umum, proporsi ibu yang bekerja 45.00 lebih sedikit dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja 55.00. Proporsi ibu rumah
tangga yang bekerja pada contoh yang tinggal di wilayah Cikaret 63.33 jauh lebih sedikit dibandingkan dengan proporsi ibu rumah tangga yang bekerja pada
contoh yang tinggal di wilayah Sindang Barang 46.67. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat sebanyak 16.67 persen ibu rumah tangga tangga yang
bekerja sebagai pekerja rumah tangga. Cukup banyaknya jumlah istri yang bekerja dapat mempengaruhi jumlah pendapatan yang diterima oleh keluarga.
Fenomena istri bekerja pada keluarga miskin merupakan salah satu cara untuk menambah pendapatan sesuai dengan pernyataan Moser 1988 yang
menyatakan bahwa aset tenaga kerja biasanya dimanfaatkan oleh keluarga miskin untuk menyelesaikan permasalahan ekonomi keluarga.
Tabel 11 Sebaran suami dan istri berdasarkan pekerjaan persen
Pekerjaan Sindang Barang
Cikaret Total
Suami n =25
Contoh n=30
Suami n =25
Contoh n=30
Suami N=49
Contoh N=60
Tidak bekerja 16.00
46.67 12.50
63.33 14.29
55.00
Buruh 60.00
20.00 66.67
3.33 63.27
11.67 Pegawai
16.00 0.00 0.00 3.33 8.16 1.67 Pedagang
8.00 16.67 8.33 20.00 8.16 15.00 Jasa
Angkutan 0.00 0.00 8.33 0.00 4.08 0.00
Pemulung 0.00 0.00 4.17 0.00 2.04 0.00
Pekerja Rumah Tangga 0.00
16.67 0.00
16.67 0.00
16.67
Total 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Pendapatan per Kapita Keluarga
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas pangan yang dikonsumsi. Sumber penghasilan rumah tangga berupa
pendapatan digunakan untuk membeli dan memproduksi barang dan jasa yang
dapat meningkatkan kepuasan dan kesejahteraan anggota rumahtangga. Pendapatan akan menentukan daya beli terhadap pangan dan fasilitas lain
pendidikan, perumahan, kesehatan, dan lain-lain. Pendapatan keluarga adalah jumlah semua hasil perolehan yang didapat oleh anggota keluarga dalam bentuk
uang sebagai hasil pekerjaannya. Pada kondisi pendapatan terbatas, keluarga akan mendahulukan pemenuhan kebutuhan makanan, sehingga pada kelompok
masyarakat berpendapatan rendah akan terlihat bahwa sebagian besar pendapatannya akan digunakan untuk mengkonsumsi makanan.
Tabel 12 menunjukkan bahwa kondisi ekonomi keluarga contoh Sindang Barang hampir sama dengan keluarga contoh Cikaret. Keluarga contoh di
Sindang Barang memiliki rata-rata pendapatan sebesar Rp 105 456 Standar Deviasi = Rp 66 117, hampir sama dengan pendapatan per kapita keluarga
contoh di Cikaret yaitu sebesar Rp 107 477 Standar Deviasi = Rp 44 800. Pendapatan terkecil dan terbesar terdapat pada keluarga contoh yang tinggal di
wilayah Sindang Barang, yakni sebesar Rp 10 000 per kapita per bulan dan Rp 300 000 per kapita per bulan. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan
keluarga per kapita per bulan di kedua wilayah masih berada di bawah garis kemiskinan, yakni batas dimana seseorang dapat memenuhi kebutuhan
makanan dan non-makanan Dinas Kesehatan 2008. Tabel 12 Sebaran keluarga contoh berdasarkan kelompok pendapatan per
kapita per bulan persen
Pendapatan perkapita per Bulan
Sindang Barang n= 30
Cikaret n = 30
Total N = 60
≤ Rp 100 000
56.67 50.00 53.33