Faktor Kebijakan Faktor Sosial-Ekonomi-Budaya

merupakan tanggung jawab pemerintah. Dengan adanya program-program pemerintah yang dilakukan untuk penataan kawasan merupakan salah satu pendorong tercapainya pengelolaan lanskap agroforestri. Sosial-ekonomi-budaya merupakan faktor pendorong kedua. Beragamnya kondisi sosial-ekonomi-budaya masyarakat di DAS Karang Mumus dapat menjadi salah satu pendorong pengelolaan lanskap agroforestri. Masyarakat di DAS Karang Mumus dapat dilibatkan dalam pengembangan agroforestri. Menurut Sundawati 2008, keterlibatan masyarakat di dalam pengembangan agroforestri telah mencegah perambahan hutan yang semakin luas dan menghentikan penebangan liar yang dilakukan masyarakat. Selain itu, pengembangan agroforestri telah dapat memberikan tambahan pendapatan tunai bagi masyarakat melalui diversifikasi sumber pendapatan. Faktor biologi-fisik menjadi faktor pendorong ketiga di dalam pengelolaan lanskap agroforestri. Menurut pendapat responden, menurunnya fungsi kawasan DAS Karang Mumus disebabkan karena pengelolaan yang dilakukan pada saat ini belum tepat.

4.2.1. Faktor Kebijakan

Di dalam faktor kebijakan, relokasi permukiman tepi sungai Karang Mumus dengan bobot 0,67 merupakan kriteria dengan tingkat pengaruh pertama Tabel 19. Selanjutnya diikuti oleh kriteria reboisasi dan rehabilitasi lahan-lahan kritis dengan bobot 0,33. Tabel 19. Penilaian bobot dan tingkat pengaruh kriteria di dalam faktor kebijakan Kriteria Bobot Tingkat pengaruh Relokasi permukiman tepi sungai 0,67 1 Reboisasi dan rehabilitasi lahan-lahan kritis 0,33 2 Sumber: Hasil survei 2008 Responden lebih memilih relokasi permukiman tepi sungai yang lebih berpengaruh dibandingkan dengan reboisasi dan rehabilitasi lahan-lahan kritis. Program relokasi permukiman tepi sungai yang dilakukan Pemerintah Kota Samarinda akan sangat mendukung tersedianya lahan untuk kawasan lindung. Kawasan lindung berupa jalur ini sebagian besar dimanfaatkan oleh pemerintah sebagai jalur hijau, taman, dan jalur rekreasi. Sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2006, pemerintah telah merelokasi 1.260 bangunan dari 3.915 bangunan yang ada. Sumber dana yang diperoleh pemerintah berasal dari subsidi Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dan APBD Kota Samarinda dengan total nilai sebesar Rp. 93.169.287.941,- DPU, 2003. Program reboisasi dan rehabilitasi lahan-lahan kritis sebagai kriteria dengan tingkat pengaruh kedua. Secara kelembagaan, kegiatan reboisasi dan rehabilitasi berada di bawah koordinasi Pemerintah. Namun demikian, harus disadari bahwa pelaksanaan kegiatan rehabilitasi ini tidak hanya merupakan tanggung-jawab dari Pemerintah, tetapi merupakan tanggung-jawab seluruh masyarakat yang berada di wilayah DAS Karang Mumus. Masyarakat dalam hal ini dikategorikan sebagai petani pemilik lahan, petani penggarap, tokoh masyarakat, tokoh agama, LKMD, tokoh adat, LSM dan lembaga-lembaga lain yang berada di wilayah DAS Karang Mumus. Jika kelembagaan masyarakat ini berjalan dengan baik, maka program reboisasi dan rehabilitasi lahan-lahan kritis ini diharapkan akan berhasil.

4.2.2. Faktor Sosial-Ekonomi-Budaya

Laju pertumbuhan penduduk dan latar belakang budaya masyarakat merupakan kriteria-kriteria yang paling berpengaruh di dalam faktor sosial- ekonomi-budaya dengan bobot masing-masing 0,43 Tabel 20. Selanjutnya adalah kriteria kelayakan usaha pertanian dengan bobot 0,14. Tabel 20. Penilaian bobot dan tingkat pengaruh kriteria di dalam faktor sosial- ekonomi-budaya Kriteria Bobot Tingkat pengaruh Laju pertumbuhan penduduk 0,43 1 Latar belakang budaya masyarakat 0,43 1 Kelayakan usaha pertanian 0,14 2 Sumber: Hasil survei 2008 Menurut pendapat responden, laju pertumbuhan penduduk dan latar belakang budaya merupakan kriteria yang paling berpengaruh di dalam faktor sosial-ekonomi-budaya. Laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi dan dengan latar belakang budaya yang beragam di DAS Karang Mumus menyebabkan meningkatnya berbagai kebutuhan hidup yang mencakup kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Kebutuhan sandang, pangan, dan papan ini akan terpenuhi jika penduduk dapat meningkatkan kelayakan usaha pertaniannya. Hal ini akan tercapai jika didukung oleh tingkat pendidikan masyarakat. Responden berpendapat bahwa meningkatnya jumlah penduduk seharusnya diikuti dengan meningkatnya tingkat pendidikan dan keterampilan agar dapat mengelola usaha pertaniannya dengan lebih baik lagi.

4.2.3. Faktor Biologi-Fisik