Analisis Sosial-Ekonomi Evaluasi Sedimentasi

Tabel 6. Klasifikasi kesesuaian lahan untuk pertanian lahan basah Kualitas lahan untuk kelas kesesuaian lahan No. Karakteristik lahan S1 S2 S3 N 1. Kemiringan lereng 3 3-8 8-25 25 2. Drainase Terhambat Agak terhambat Sedang Baik 3. Kedalaman efektif 50 cm 40-50 cm 25-40 cm 25 cm 4. pH tanah 5,5-7,0 4,5-5,5 7,0-7,5 4,0-4,5 7,5-8,0 4,0 8,0 5. Tekstur tanah Halus Halus Sedang Kasar 6. Kesuburan tanah Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah 7. Indikasi erosi Sangat rendah Rendah Sedang Berat Cara penilaian tekstur tanah, kesuburan tanah, dan indikasi erosi dapat dilihat pada Lampiran 3 Diadaptasi dari Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007 Tabel 7. Klasifikasi kesesuaian lahan untuk permukiman Kualitas Lahan untuk Kelas Kesesuaian Lahan No. Karakteristik Lahan S1 S2 S3 N 1. Kemiringan lereng 8 8-15 15-25 25 2. Drainase Baik Sedang Terhambat Sangat terhambat 3. Banjir Tidak ada Tidak ada Jarang Sering 4. Batuan tersingkap Tidak ada Sedikit Sedang Banyak Cara penilaian drainase, banjir, dan batuan tersingkap dapat dilihat pada Lampiran 4 Diadaptasi dari Zee 1990; Hardjowigeno dan Widiatmaka 2007

3.4.3.3. Analisis Sosial-Ekonomi

Analisis sosial-ekonomi yang dilakukan di dalam penelitian ini adalah dengan memanfaatkan informasi-informasi yang telah diperoleh dari lokasi penelitian dan juga hasil wawancara dan kuisioner terhadap responden. Di dalam analisis sosial-ekonomi ini dilakukan analisis finansial untuk menilai kelayakan usaha tani dari beberapa tipe penggunaan lahan TPL. Indikator kelayakan usaha tani dari aspek ekonomi diukur dari nilai benefit cost ratio BCR. Benefit cost ratio adalah perbandingan antara pendapatan dan pengeluaran selama jangka waktu pengusahaan. Usaha tani dikatakan layak jika rasio BC 1. Tipe-tipe penggunaan lahan yang dianalisis secara finansial adalah pertanian lahan basah dan pertanian lahan kering. Kebutuhan hidup layak masyarakat di lokasi penelitian ditentukan berdasarkan standar upah minimum regional UMR tahun 2008 yang berlaku di Kota Samarinda yaitu sebesar Rp. 842.000,- dan juga berdasarkan harga barang konsumtif yang berlaku di lokasi penelitian. Untuk menentukan luas lahan minimal Lm dari pertanian lahan basah dan pertanian lahan kering dalam rangka memperoleh pendapatan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup layak KHL digunakan persamaan sebagai berikut. Lm = KHL Pendapatan bersih

3.4.3.4. Evaluasi Sedimentasi

Sumber sedimen yang berasal dari DAS adalah erosi dari lahan pertanian, tanah longsor, dan erosi tebing sungai. Besarnya sedimen yang dihasilkan oleh suatu DAS menunjukkan bahwa pada kawasan DAS tersebut telah terjadi degradasi lahan. Untuk mengevaluasi besarnya sedimentasi yang terjadi di DAS Karang Mumus digunakan data erosi dan sedimentasi yang diperoleh dari Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Samarinda, Badan Pengelola DAS Mahakam Berau dan literatur penunjang data erosi dan sedimentasi lainnya. Prediksi nilai total sedimen diperoleh dengan menggunakan persamaan sediment delivery ratio SDR. Sediment delivery ratio SDR merupakan nilai perbandingan antara total sedimen yang terangkut oleh limpasan air sungai dan total tanah tererosi pada suatu DAS Asdak, 2007. Persamaan SDR sebagai berikut. Total sedimen yang dihasilkan oleh suatu DAS tontahun SDR = Total tanah tererosi yang terjadi pada suatu DAS tontahun Apabila besarnya hasil sedimen diprediksikan dari persamaan SDR di atas, akan diperoleh persamaan total sedimen sebagai berikut: Total sedimen tontahun = SDR × Total tanah tererosi tontahun Prosedur yang harus dilakukan sebelum memprediksi nilai total sedimen adalah harus diketahui terlebih dulu nilai SDR dari masing-masing sub DAS dan nilai rataan tanah tererosi yang terjadi pada sub-sub DAS. Dalam penelitian ini, besarnya nilai SDR dalam perhitungan hasil sedimen ditentukan dengan menggunakan estimasi SDR yang dibuat oleh BP DAS Mahakam Berau.

3.4.3.5. Analisis Kebijakan