Gambar 1. Strategi sistem pengelolaan lahan secara segregate terpisah atau integrate
terpadu pada skala bentang lahan Van Noordwijk et al., 2001 diacu dalam Widianto et al., 2003.
Secara teori, segregate merupakan lahan pertanian dan hutan yang secara jelas terpisah satu sama lain, sedangkan integrate merupakan peleburan dari
beberapa tipe penutupan dan penggunaan lahan McNeely Scherr, 2001.
2.4. Faktor-Faktor Pendorong
Agroforestri terintegrasi integrated agroforestry adalah suatu sistem pengelolaan lahan yang mengintegrasikan secara spasial berbagai tipe penutupan
dan penggunaan lahan secara bersama-sama pada suatu lanskap atau bentang lahan. Tipe-tipe penggunaan lahan tersebut terdiri atas berbagai komponen,
antara lain, kehutanan, pertanian, dan permukiman. Dengan demikian, agroforestri diharapkan dapat membantu mengoptimalkan hasil suatu bentuk
penggunaan lahan secara berkelanjutan guna menjamin dan memperbaiki kebutuhan hidup masyarakat. Sistem berkelanjutan ini dicirikan, antara lain,
dengan tidak adanya penurunan produksi tanaman dari waktu ke waktu dan tidak adanya kerusakan lingkungan Sehe, 2007. Hal ini dapat tercapai dengan
mengoptimalkan interaksi positif antarkomponen penyusun agroforestri pohon, tanaman pertaniancash crops, ternak atau hewan atau interaksi komponen-
komponen tersebut dengan lingkungannya. Adanya interaksi positif yang terjadi antara berbagai komponen penyusun
agroforestri menyebabkan tidak hanya faktor biologi fisik saja, tetapi faktor sosial ekonomi dan budaya, serta kebijakan turut memegang peranan penting dalam
Terpisah penuh Terpadu penuh
mempengaruhi tindakan-tindakan manusia dalam mengelola suatu lanskap agroforestri. Dari hasil penelitian Saroinsong 2002, dapat dipelajari bahwa
faktor-faktor pendorong terjadinya perubahan penggunaan lahan di DAS Cianjur berkaitan dengan alokasi penggunaan lahan secara agro-ekologis, terutama
disebabkan oleh faktor sosial ekonomi dan kebijakan, yaitu 1 pertumbuhan populasi, 2 migrasi, 3 perubahan gaya hidup dan konsumsi, dan 4 pengaruh
hukum, politik, dan ekonomi. Berdasarkan analisis dari 152 studi kasus kehilangan penutup hutan tropis
tropical cover loss, Geist dan Lambin 2002 mengembangkan kerangka kerja konseptual Gambar 2 mengenai faktor-faktor pendorong alih fungsi lahan hutan
di wilayah tropis.
Gambar 2. Lima kelompok besar faktor-faktor pendorong underlying yang mempengaruhi proximate causes dari penggundulan hutan Geist
Lambin, 2002. Geist dan Lambin 2002, mendefinisikan proximate causes dari
penggundulan hutan adalah aktivitas manusia, yang berasal dari penggunaan lahan untuk kebutuhan manusia dan yang memiliki dampak langsung pada penutupan
hutan. Contoh-contoh dari proximate causes seperti ini adalah perluasan area pertanian, pengambilan kayu hutan, dan perluasan infrastruktur. Geist dan Lambin
2002 mendefinisikan kategori lainnya yang disebut faktor lain, yang juga mempunyai peranan penting dalam penggundulan hutan. Faktor ini termasuk
Proximate Causes sebab-sebab yang berdampak langsung terhadap hutan
Perluasan Infrastruktur
Perluasan Daerah Pertanian
Pengambilan Kayu
Faktor Lainnya
Faktor Demografi
Faktor Ekonomi
Faktor Teknologi
Faktor Politik dan Institusi
Faktor Budaya dan Sosiopolitik
Underlying Driving Forces faktor-faktor pendorong yang berkaitan dengan situasi
dan kebijakan dari suatu daerah atau negara
faktor-faktor lingkungan bawaan pre-disposing misalnya, karakteristik lahan, termasuk kualitas tanah dan topografi, faktor pendorong biofisik misalnya,
kebakaran, kekeringan, banjir dan ledakan hama, dan juga faktor pendorong berupa kejadian-kejadian sosial misalnya, revolusi, gangguan sosial, dan depresi
ekonomi. Geist dan Lambin 2002 mendefinisikan underlying driving forces yang
terkait dengan penggundulan hutan berasal dari proses-proses sosial yang mendasar, seperti dinamika populasi manusia atau kebijakan pertanian - yang juga
mendorong faktor-faktor proximate - dan yang terjadi di tingkat lokal maupun yang memiliki dampak tidak langsung pada tingkat lokal misalnya, kebijakan
nasional atau internasional. Berikut ini adalah lima faktor yang paling berpengaruh, yaitu 1 demografi, 2 ekonomi, 3 teknologi, 4 politik dan
institusi, dan 5 budaya dan sosiopolitik. Lebih lanjut disebutkan bahwa, tidak ada atau hanya sedikit perhatian yang diberikan terhadap tipe alih fungsi lahan
hutan yang diterapkan, atau terhadap faktor yang menyebabkan terjadinya penggundulan hutan.
Terkait dengan praktik pengelolaan sumber daya alam yang dilakukan oleh masyarakat di berbagai daerah, dari berbagai faktor yang telah disebutkan di atas,
pada awalnya masyarakat bermaksud melakukan pengelolaan hutan alam, tetapi seiring dengan berjalannya waktu pengelolaan tersebut pada akhirnya menjadi
cikal bakal agroforestri De Foresta et al., 2000. Terdapatnya berbagai keunggulan sistem pengelolaan lahan agroforestri jika dibandingkan dengan
sistem pengelolaan lahan lainnya menyebabkan pentingnya mempertimbangkan berbagai faktor pendorong pengelolaan lahan agroforestri.
2.5. Rencana Pengelolaan 2.5.1. Terintegrasi Terpadu