merupakan integrasi tiga dimensi, yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan, baik sekarang maupun masa yang akan datang, yang akan dijabarkan sebagai berikut.
1. Dimensi ekonomi berhubungan dengan masalah-masalah efisiensi dan
kesejahteraan seperti pendapatan, produksi, investasi pengembangan pasar, dan formasi harga. Penggunaan lahan harus layak secara ekonomi dalam arti
memberikan keuntungan yang optimal, dengan kata lain, penggunaan lahan harus diarahkan pada aktivitas yang efisien dan produktif.
2. Dimensi sosial memperhatikan masalah-masalah ekuitas atau masalah
distribusi dan keadilan, seperti distribusi pendapatan, akses ke pasar, dan tingkat kesejahteraan hidup antarkelompok. Dengan kata lain, harus dikaji
dalam konteks peningkatan kesejahteraan masyarakat yang dimaksud. 3.
Dimensi lingkungan mengacu pada masalah-masalah kelestarian alam seperti polusi, keragaman lanskap, kualitas kehidupan, kelangkaan sumber daya, dan
variabel-variabel lingkungan yang terkait dengan kemanusiaan. Penggunaan lahan dilakukan secara berkelanjutan, yaitu yang dapat memenuhi keperluan
saat ini sekaligus mengawetkan sumber daya tersebut untuk generasi yang akan datang, hal ini memerlukan kombinasi antara produksi dan konservasi.
Penggunaan lahan yang berkelanjutan menuntut adanya perencanaan yang menggunakan pendekatan multi kriteria dalam pengambilan keputusan atau disebut
juga perencanaan yang integratif serta memiliki ciri-ciri, yaitu a identifikasi kelebihan dan kekurangan, atau pengenalan mengenai potensi dan kendala; b
penilaian dampak; c pelibatan masyarakat dan proses pengambilan keputusan yang dinamis; d pembuatan skenario-skenario dan pembandingan biaya dan
manfaat terhadap beberapa alternatif yang baik; e adanya negosiasi semua penentu keputusan dalam menangani konflik Bellmann, 2000; Nardini, 2000; Miranda,
2001.
2.5.2. Ekologis
Pengelolaan lanskap adalah tindakan yang dilakukan untuk mengamankan dan menyelamatkan suatu lanskap secara efisien dan terarah, dalam upaya
pelestarian dan keberlanjutannya, meliputi sumber daya fisik dan biofisik,
lingkungan binaan yang sesuai dengan undang-undang yang berlaku Wardiningsih, 2005.
Pengelolaan lanskap berkelanjutan secara umum bertujuan mengurangi input
dan output yang tidak diperlukan dalam upaya melindungi sumber daya alam Kendle et al., 2000. Selanjutnya dijelaskan bahwa secara lebih spesifik
pengelolaan lanskap berkelanjutan mempunyai tujuan, yaitu 1 menghemat penggunaan energi dan menyediakan sumber energi yang dapat diperbaharui; 2
menurunkan limbah cair, memilih tanaman yang sesuai dengan kondisi hidrologis setempat, serta mengumpulkan dan menggunakan kembali a i r limbah; 3
mengurangi penggunaan pestisida dan pupuk buatan; 4 menghindari pemadatan tanah dan mendaur ulang limbah organik dalam tanah.
Banyak sistem agroforestri yang dapat melindungi lahan lebih baik daripada sistem monocropping, baik di daerah dataran tinggi maupun di dataran rendah.
Solusi-solusi yang terintegrasi diperlukan untuk dapat mengoptimalkan tata guna lahan pada daerah-daerah yang berbeda dari lanskap. Hairiah et al. 2003
mengemukakan bahwa agroforestri pada prinsipnya dikembangkan untuk memecahkan permasalahan pemanfaatan lahan dan pengembangan perdesaan
serta pemanfaatan potensi-potensi dan peluang-peluang yang ada untuk kesejahteraan manusia dengan dukungan kelestarian sumber daya beserta
lingkungannya. Oleh karena itu, manusia merupakan komponen yang terpenting dari suatu sistem agroforestri. Manusia melakukan interaksi dengan komponen-
komponen agroforestri lainnya dalam melakukan pengelolaan lahan.
2.5.3. Ekonomis
Manfaat dari fungsi dan peran agroforestri terhadap aspek biofisik dan lingkungan tidak dapat langsung dan segera dirasakan oleh petani agroforestri
sendiri, tetapi justru dinikmati oleh anggota masyarakat baik di sekitar lokasi maupun di lokasi yang jauh misalnya di bagian hilir dan bahkan secara global.
Dengan kata lain, tindakan konservasi lahan yang diterapkan oleh petani agroforestri tidak banyak mendatangkan keuntungan langsung, bahkan seringkali
petani harus menanggung kerugian dalam jangka pendek. Oleh sebab itu, ada
upaya untuk mengusahakan imbalan atau kompensasi bagi petani di bagian hulu jika mereka menerapkan usaha tani konservasi.
Adanya kesenjangan antara produsen jasa lingkungan yang umumnya miskin dan berdomisili di hulu dengan penikmat jasa lingkungan di berbagai
bagian dari bentang lahan seharusnya dapat dijembatani. Salah satu upaya menjembatani kesenjangan ini adalah dengan mengembangkan cara-cara
pemberian nilai terhadap lingkungan, yaitu dengan mekanisme imbal jasa lingkungan untuk pengentasan kemiskinan.
Agroforestri memberikan kontribusi yang sangat penting terhadap jasa lingkungan, antara lain, mempertahankan fungsi hutan dalam mendukung DAS,
mengurangi konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer, dan mempertahankan keanekaragaman hayati. Mengingat besarnya peran agroforestri tersebut,
agroforestri sering dipakai sebagai salah satu contoh dari “Sistem Pertanian Sehat” Hairiah Utami, 2002 diacu dalam
Widianto et al., 2003.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian