memandang agroforestri adalah suatu kebijakan pemerintah atau status kepemilikan lahan, bukan sebagai sistem penggunaan lahan Hairiah et al., 2003.
Menurut De Foresta dan Michon 1997 diacu dalam Hairiah et al. 2003, agroforestri dapat dikelompokkan menjadi dua sistem, yaitu sistem agroforestri
sederhana dan sistem agroforestri kompleks. Sistem agroforestri sederhana adalah suatu sistem pertanian yang di dalamnya pepohonan ditanam secara tumpang sari
dengan satu atau lebih jenis tanaman semusim. Sistem agroforestri kompleks adalah suatu sistem pertanian menetap yang melibatkan banyak jenis pepohonan
berbasis pohon baik sengaja ditanam maupun yang tumbuh secara alami pada sebidang lahan dan dikelola petani mengikuti pola tanam dan ekosistem yang
menyerupai hutan. Penciri utama dari sistem agroforestri kompleks ini adalah tampak fisik dan dinamika di dalamnya yang mirip dengan ekosistem hutan alam
baik hutan primer maupun hutan sekunder. Oleh karena itu, sistem ini dapat pula disebut sebagai agroforest ICRAF, 1996 diacu dalam Hairiah et al., 2003.
Beberapa contoh sistem agroforestri kompleks di Indonesia yang sudah sejak lama dikenal dan diterapkan oleh masyarakat adalah sistem dusun di Maluku, lembo di
Sendawar Kalimantan Timur, pekarangan di DAS Cianjur Jawa Barat, tembawang
di Kalimantan Barat Arifin et al., 2003, serta kebun campuran dan talun
di DAS Cianjur Jawa Barat Arifin et al., 2001.
2.2.2. Fungsi dan Peran Agroforestri
Melihat komposisinya yang beragam, agroforestri memiliki fungsi dan peran yang lebih dekat kepada hutan jika dibandingkan dengan pertanian, perkebunan,
dan lahan kosong atau terlantar. Sampai batas tertentu agroforestri memiliki beberapa fungsi dan peran yang menyerupai hutan baik dalam aspek biofisik,
sosial maupun ekonomi. Beberapa fungsi dan manfaat hutan bagi manusia dan kehidupan lainnya adalah sebagai berikut.
a Penghasil kayu bangunan timber Di hutan tumbuh beraneka spesies pohon yang menghasilkan kayu dengan
berbagai ukuran dan kualitas yang dapat dipergunakan untuk bahan bangunan timber. Kayu bangunan yang dihasilkan mempunyai nilai ekonomi sangat
tinggi.
b Sumber hasil hutan non-kayu non timber forest product = NTFP Tingkat biodiversitas hutan alami sangat tinggi dan memberikan banyak
manfaat bagi manusia yang tinggal di sekeliling hutan. Selain kayu bangunan, hutan juga menghasilkan beraneka hasil yang dapat dimanfaatkan sebagai
obat-obatan, sayuran, dan keperluan rumah tangga lainnya misalnya rotan dan bambu.
c Cadangan karbon C Salah satu fungsi hutan yang penting adalah sebagai cadangan karbon di
alam karena C disimpan dalam bentuk biomasa vegetasinya. Alihguna lahan hutan mengakibatkan peningkatan emisi CO
2
di atmosfer yang berasal dari hasil pembakaran dan peningkatan mineralisasi bahan organik tanah selama
pembukaan lahan serta berkurangnya vegetasi sebagai lubuk C C-sink. d Habitat bagi fauna
Hutan merupakan habitat penting bagi beraneka fauna dan flora. Konversi hutan menjadi bentuk-bentuk penggunaan lahan lainnya akan menurunkan
populasi fauna dan flora yang sensitif sehingga tingkat keanekaragaman hayati atau biodiversitas berkurang.
e Filter Kondisi tanah hutan umumnya remah dan memiliki kapasitas infiltrasi
yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh adanya masukan bahan organik ke dalam tanah yang terus-menerus dari daun-daun, cabang, dan ranting yang
berguguran sebagai seresah, dan dari akar tanaman serta hewan tanah yang telah mati. Dengan meningkatnya infiltrasi air tanah dan penyerapan air oleh
tumbuhan hutan serta bentang lahan alami dari hutan, terjadi pengurangan limpasan permukaan, bahaya banjir, dan pencemaran air tanah. Jadi, hutan
berperan sebagai filter saringan dan pada peran ini sangat menentukan fungsi hidrologi hutan pada kawasan daerah aliran sungai DAS.
f Sumber tambang dan mineral berharga lainnya Seringkali di bawah hutan terdapat berbagai bahan mineral berharga yang
merupakan bahan tambang yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan hidup manusia. Namun, pemanfaatan bahan tambang tersebut seringkali harus
menyingkirkan hutan yang ada di atasnya.
g Lahan Hutan menempati ruangan space di permukaan bumi, terdiri atas
komponen-komponen tanah, hidrologi, udara atau atmosfer, iklim, dan sebagainya dinamakan ’lahan’. Lahan sangat bermanfaat bagi berbagai
kepentingan manusia sehingga dapat memiliki nilai ekonomi yang tinggi. h Rekreasi
Manfaat hutan sebagai tempat rekreasi ini jarang dibicarakan karena sulit untuk dinilai dalam rupiah. Banyak hutan dipakai sebagai ladang perburuan
bagi orang yang memiliki hobi berburu. Hutan merupakan sumber pendapatan daerah dengan adanya eco-tourism yang akhir-akhir ini cukup ramai
memperoleh banyak perhatian pengunjung baik domestik maupun manca negara.
Salah satu fungsi agroforestri pada level bentang lahan skala meso yang sudah terbukti di berbagai tempat adalah kemampuannya untuk menjaga dan
mempertahankan kelestarian sumber daya alam dan lingkungan, khususnya terhadap kesesuaian lahan. Beberapa dampak positif sistem agroforestri
pada skala meso ini, antara lain, a memelihara sifat fisik dan kesuburan tanah, b mempertahankan fungsi hidrologi kawasan, c mempertahankan
cadangan karbon, d mengurangi emisi gas rumah kaca, dan e mempertahankan keanekaragaman hayati Widianto et al., 2003.
Sehubungan dengan perubahan iklim, sistem agroforestri diperkirakan memiliki potensi yang tinggi dalam penyerapan karbon C dari atmosfer. Karbon
yang berasal dari CO
2
karbondioksida tersebut diambil oleh tumbuhan dan disimpan dalam bentuk biomassa. Santoso 2003 menyatakan bahwa lahan
demplot agroforestri tanaman pokok kedawung, trembesi, pakem, dan kemiri memberikan potensi mitigasi sebesar 268 ton Cha dan net present value NPV
sebesar 2.458 USha atau 9,2 USton C. Dengan menambahkan tanaman buah mangga, durian, dan rambutan, potensi mitigasi meningkat menjadi 311 ton
Cha dan NPV sebesar 3.346 USha atau 10,8 USton C. Metode yang dipergunakan dalam penelitian analisis potensi agroforestri untuk peningkatan
rosot karbon ini adalah metode comprehensive mitigation assessment process COMAP dengan modul REFREGN. REFREGN adalah opsi reboisasi tanpa
adanya pemanenan kayu. Metode COMAP memerlukan input biomassa hutan yang diperoleh dengan pengukuran diameter pohon langsung di lapangan,
sedangkan destructive sampling hanya dilakukan pada satu pohon kedawung. De Foresta et al. 2000 mengemukakan bahwa keanekaragaman jenis
tanaman dalam agroforest sangat menakjubkan. Pada agroforest-agroforest yang terletak di dekat hutan alam, sangat sulit memperoleh daftar lengkap tanamannya.
Di wilayah dekat desa dengan lahan yang umumnya lebih terawat, jumlah tanaman utama dapat dihitung. Semakin mendekati hutan, semakin besar dan
beragam komponen tumbuhan liar. Mendaftar tanaman di agroforest semacam ini sama sulitnya dengan mendaftar tanaman di hutan primer. Sebagai contoh,
kekayaan jenis dalam pekarangan dengan rata-rata luas lahan 188,2 m
2
, 218,7 m
2
, dan 562 m
2
terdapat rata-rata jenis tanaman sebanyak 26,7 jenis, 40,4 jenis, dan 44 jenis Arifin et al., 2001, sementara kurang lebih 300 jenis tanaman dapat
ditemukan di lingkungan desa sekitar Bogor, Jawa Barat Michon Mary, 1994 diacu dalam Manurung, 2005.
2.3. Lanskap Agroforestri