Persiapan Bahan Baku Pengaruh Nisbah Bahan Baku – Pelarut dan Suhu Ekstraksi terhadap Kandungan Xanthorrhizol dalam Oleoresin Temulawak (Curcuma xanthorhiza roxb.).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Bahan Baku

Rimpang temulawak yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari daerah Cicurug Sukabumi dengan umur panen 12 bulan. Gambar rimpang temulawak tersebut dapat dilihat pada Gambar 5. Sebelum diekstrak, rimpang segar temulawak tersebut harus dipersiapkan terlebih dahulu. Menurut Sabel dan Warren 1973, persiapan bahan merupakan salah satu tahapan penting dalam proses ekstraksi oleoresin. Gambar 5. Rimpang Temulawak Curcuma Xanthorriza Roxb Persiapan bahan baku meliputi proses pengirisan, pengeringan, dan penghalusan. Sebelum memasuki proses pengirisan, dilakukan pencucian dan sortasi terhadap rimpang temulawak yang akan digunakan. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan benda asing yang tidak dikehendaki. Proses pengirisan ini bertujuan untuk mempercepat lama proses pengeringan. Tahapan pengirisan dilakukan dengan menggunakan slicer pada ketebalan 1-3 mm. Irisan temulawak tersebut segera dikeringkan dengan menggunakan pengering yang diatur pada suhu 50 o C selama 20 jam. Menurut Purseglove 1981, pengeringan rimpang segar dapat dilakukan dengan menggunakan aliran udara panas dengan suhu maksimum 65°C. Pengeringan dengan menggunakan cara ini akan menghasilkan simplisia kering yang lebih higienis dan berwarna lebih cerah dibandingkan dengan hasil pengeringan dengan menggunakan cahaya matahari. Pengeringan dilakukan sampai mencapai kadar air 8,15 . Menurut Shankaracharya dan Natarjan 1975, kadar air simplisia sebaiknya berkisar antara 8 – 10 agar memiliki daya simpan yang lebih lama. Irisan simplisia temulawak dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Irisan Temulawak Curcuma Xanthorriza Roxb Kering Persiapan bahan baku selanjutnya adalah proses penghancuran. Menurut Syarief dan Nugroho 1992, penghancuran merupakan salah satu jenis satuan operasi pengecilan ukuran. Pengecilan ukuran sampai halus disebut dengan proses penghancuran. Proses ini bertujuan untuk memperoleh serbuk temulawak dengan ukuran dan bentuk yang seragam. Serbuk temulawak dengan ukuran dan bentuk yang seragam akan mempermudah kontak antara bahan dengan pelarut sehingga akan meningkatkan efektifitas ekstraksi. Penghancuran simplisia temulawak dilakukan dengan menggunakan alat discmill. Untuk mengatur ukuran serbuk temulawak agar sesuai dengan yang dikehendaki, alat penggiling dilengkapi dengan saringan. Pada penelitian ini digunakan saringan yang berukuran 60 mesh. Menurut Sembiring et al. 2006, dalam proses ekstraksi oleoresin temulawak, ukuran serbuk 60 mesh menghasilkan kadar xanthorrizhol lebih tinggi dibandingkan ukuran 40 mesh.

B. Proses Ekstraksi Oleoresin Temulawak