Gambar 2. Rimpang Temulawak
2. Kandungan Kimia Rimpang Temulawak
Menurut Sidik et al 1995, kandungan kimia rimpang temulawak yang memberi arti pada penggunaanya sebagai bahan baku pangan, bahan baku
industri, dan sebagai bahan baku obat terbagi menjadi beberapa fraksi, yaitu fraksi pati, fraksi kurkuminoid, dan fraksi minyak atsiri. Kandungan kimia
rimpang temulawak dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 1. Komposisi Kimia Rimpang Temulawak
Komponen Jumlah BK
Pati 58,24
Lemak fixes oil 12,10
Kurkumin 1,55
Serat Kasar 4,20
Abu 4,92
Protein 2,90
Mineral N, P, K, Na 4,29
Minyak Atsiri 4,90
Sumber : Roeslan 1980 di dalam Ketaren 1988
2.1 Fraksi Pati Sidik et al 1995 menjelaskan bahwa pati rimpang temulawak
merupakan fraksi dengan jumlah yang paling besar. Kadar pati dalam rimpang temulawak bervariasi antara 48 hingga 54 tergantung pada altitude
tempat tumbuh. Makin tinggi tempat tumbuh, maka makin rendah kadar patinya.
Pati temulawak memiliki bentuk bulat telur sampai lonjong dengan salah satu ujungnya persegi dengan ukuran rerata 60 µm. Bentuk pati temulawak
ini sangat khas sehingga digunakan sebagai salah satu unsur pengenal untuk mengidentifikasi simplisia rimpang temulawak. Bentuk pati temulawak murni
adalah berupa serbuk dan berwarna putih kekuningan. Warna kuning diakibatkan oleh adanya spora kurkuminoid.
Pati temulawak berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan makanan, campuran bahan makanan, atau sebagai sumber karbohidrat. Herman 1985
di dalam Sidik et al 1995 memberikan contoh pemanfaatan pati temulawak, yaitu sebagai pencampur pati “sereal” untuk mengurangi sifat “basi” pada
produk semacam roti atau digunakan sebagai pengental pada produk sediaan sirup.
2.2 Fraksi Kurkuminoid Kurkuminoid rimpang temulawak adalah suatu zat yang terdiri dari
campuran komponen senyawa kurkumin dan desmetoksikurkumin.
Komponen ini berwarna kuning atau kuning jingga, berbentuk serbuk dengan rasa sedikit pahit, memiliki aroma yang khas dan tidak bersifat toksik.
Kurkuminoid dapat larut dalam aseton, alkohol, asam asetat glasial, dan alkali hidroksida dan tidak dapat larut dalam air dan dietileter Sidik et al, 1995.
Kurkumin mempunyai rumus molekul C
21
H
20
O
6
dengan bobot molekul sebesar 368, sedangkan desmetoksikurkumin memiliki rumus molekul
C
20
H
18
O
5
dengan bobot molekul 338. Sifat kurkuminoid yang menarik adalah perubahan warna akibat perubahan nilai pH lingkungan. Dalan suasana asam,
kurkuminoid berwarna kuning atau kuning jingga, sedangkan dalam suasana basa berwarna merah.
Analisis kuantitatif kurkuminoid dapat dilakukan dengan metode spektroskopi sinar tampak, volumetrik, atau kromatografi. Analisis kuantitatif
dengan menggunakan sinar tampak didasarkan pada reaksi pembentukan rubrokurmin atau rososianin dengan pengukuran pada panjang gelombang
420 nm Muller 1989 di dalam Sidik et al 1995.
2.3 Fraksi Minyak Atsiri Menurut Krisnamurthy 1976 di dalam Sidik et al 1995 minyak atsiri
temulawak merupakan cairan berwarna kuning atau kuning jingga yang mempunyai rasa tajam dengan bau khas aromatik. Minyak atsiri temulawak
ini memiliki indeks bias 1,5130 24°C, bobot jenis 0,9423, dan rotasi optik - 140 pada 24°C. Komposisi minyak atsiri tidak selalu sama, hal tersebut
dipengaruhi beberapa faktor diantaranya adalah umur rimpang, tempat tumbuh, teknik isolasi, dan teknik analisis. Pada tahun 1985, Oei Ban Liang
melakukan analisis terhadap minyak atsiri temulawak dengan menggunakan kromatografi gas dan mendeteksi adanya 31 komponen penyusun minyak
atsiri. Komponen minyak atsiri tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 2. Komponen dalam Minyak Atsiri Temulawak No
Komponen No
Komponen No
Komponen 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 Trisiklin
α-Pinen Kamfen
Sabinen Mirsen
-Pinen α-Felandren
Limonen 1,8 Sineol
-Terpinen 11
12 13
14 15
16 17
18 19
20 p-Simen
Terpinolen δ-Elemen
Kamfora α-Bergamoten
–Elemen allo-Aroma-dendren
trans- -Farnesen Borneol
Germakrene 21
22 23
24 25
26 27
28 29
30 31
Zingiberen -Bisabolen
-Kurkumen -Kadinen
-Seskuifelandren
ar-Kurkumen Isofuarano-germaken
Turmeron Turmerol
Ar-Turmeron Xanthorrhizol
Sumber : Liang 1985 di dalam Sidik et al 1995
Xanthorrhizol merupakan salah satu produk metabolit sekunder. Sirait pada tahun 1971 melakukan seleksi terhadap kandungan xanthorrhizol pada
beberapa jenis curcuma, yaitu Curcuma xanthorrhiza Roxb, Curcuma domestica, Curcuma aeruginosa, Curcuma heyneana, dan Curcuma manga.
Hasil seleksi menunjukkan bahwa xanthorrhizol hanya terdapat dalam jenis Curcuma xanthorrhiza Roxb Sirait, 1985 di dalam Sidik et al 1995.
Zwaving dan Bos di dalam Sidik et al 1995 melakukan identifikasi terhadap komponen Curcuma aromatic dan menemukan komponen xanthorrhizol di
dalam minyak atsiri rimpang tersebut dengan kadar yang lebih tinggi.
Fraksi murni xanthorrhizol berupa minyak tidak berwarna, memiliki rumus molekul C
12
H
22
O dengan bobot molekul sebesar 218,335 gmol. Nama IUPAC Xanthorrhizol adalah 5-1,5-dimetilhex 4-enyl-2-metil-phenol.
Struktur xanthorrizol dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini.
Gambar 3. Rumus Bangun Xanthorrizol
Analisis kuantitatif miyak atsiri rimpang temulawak dapat dilakukan dengan cara distilasi clavenger atau cara distilasi stahl. Analisis kuantitatif
komponen minyak atsiri dapat dilakukan melalui kromatografi lapis tipis yang digabung dengan densitometri atau melalui analisis kromatografi gas
Toussaint, 1982 di dalam Sidik et al, 1995.
3. Khasiat Farmakologi Rimpang Temulawak