Khasiat Farmakologi Rimpang Temulawak

Fraksi murni xanthorrhizol berupa minyak tidak berwarna, memiliki rumus molekul C 12 H 22 O dengan bobot molekul sebesar 218,335 gmol. Nama IUPAC Xanthorrhizol adalah 5-1,5-dimetilhex 4-enyl-2-metil-phenol. Struktur xanthorrizol dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini. Gambar 3. Rumus Bangun Xanthorrizol Analisis kuantitatif miyak atsiri rimpang temulawak dapat dilakukan dengan cara distilasi clavenger atau cara distilasi stahl. Analisis kuantitatif komponen minyak atsiri dapat dilakukan melalui kromatografi lapis tipis yang digabung dengan densitometri atau melalui analisis kromatografi gas Toussaint, 1982 di dalam Sidik et al, 1995.

3. Khasiat Farmakologi Rimpang Temulawak

Menurut Afifah 2003, temulawak dapat digunakan sebagai obat antiinflamasi atau antiradang. Melalui aktivitas antiinflamasi, temulawak efektif untuk mengobati radang sendi, reumatik, atau arthritis rematik. Liang 1988 di dalam Sidik 1995 menjelaskan bahwa aktivitas antiinflamasi disebabkan oleh komponen turmerol, ar-turmerol, dan xanthorrhizol yang terdapat dalam minyak atsiri rimpang temulawak. Ozaki 1990 di dalam Sidik 1995 menambahkan bahwa aktivitas antiinflamasi juga disebabkan oleh komponen germakon yang terdapat dalam ekstrak methanol rimpang temulawak. Selain disebabkan oleh komponen minyak atsiri, aktifitas antiinflamsi juga ditimbulkan oleh zat kurkumin. Hal ini dijelaskan oleh Satoskar et al di dalam Sidik 1995 yang menyatakan bahwa pemberian kurkumin mengakibatkan perbaikan yang nyata terhadap 45 orang penderita oedema yang telah melakukan operasi. Oedema atau edema merupakan pembengkakan atau sembab yang disebabkan oleh penimbunan cairan abnormal dalam sela-sela jaringan dan rongga-rongga badan sebagai akibat adanya peningkatan volume cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler. Selain sebagai antiinflamasi, temulawak juga mempunyai aktivitas hipokolesterolemik. Rio 1970 di dalam Sidik 1995 melaporkan bahwa pemberian kurkuminoid kepada hewan percobaan yang mengalami hipokolesterolemia mampu menurunkan kadar kolesterol total dan mempunyai indikasi meningkatkan kadar lipoprotein densitas tinggi HDL kolesterol. Temulawak juga memiliki aktivitas antijamur atau fungistatik terhadap beberapa jamur golongan dermatophyta. Selain itu, temulawak juga bersifat bakteriostatik atau antibakteri pada mikroba jenis staphylococcus dan salmonella. Pada dunia kosmetika, temulawak digunakan sebagai antijerawat. Hal ini disebabkan temulawak bersifat astringen Afifah, 2003. Kemampuan temulawak sebagai bahan antijerawat dijelaskan oleh Rukmana 1994 sebagai akibat adanya komponen xanthorrhizol. Sifat astrigensia ini menyebabkan terjadinya odema pada muara folikel rambut atau pori-pori kulit, sehingga secara tidak langsung akan mengurangi sekresi kelenjar minyak. Hwang 2006 menambahkan bahwa xanthorrhizol merupakan antibakteri potensial yang memiliki spektrum luas terhadap aktifitas bekteri, atabil terhadap panas, dan aman terhadap kulit manusia. Xanthorrhizol secara efisien dapat menghambat infeksi pada gigi dan penyakit kulit, dapat dimanfaatkan sebagai produk misalnya agen anti bakteri, pasta gigi, sabun, pembersih mulut, permen karet, dan kosmetika. Aktifitas antibakteri Xanthorrhizol mempunyai stabilitas yang baik terhadap panas, yakni pada suhu tinggi antar 60 – 121 C xanthorrhizol masih mempunyai aktifitas antibakteri.

B. Oleoresin Temulawak