Proses Ekstraksi Prosedur Penelitian

Gambar 4. Proses ekstraksi temulawak dengan menggunakan shaker waterbath

D. Analisa Oleoresin Temulawak

Terdapat beberapa analisa yang dilakukan terhadap oleoresin temulawak yang dihasilkan. Analisa tersebut adalah sebagai berikut. Prosedur analisa-analisa tersebut secara lengkap terdapat pada lampiran 2. a. Rendemen oleoresin Rendemen oleoresin ditentukan berdasarkan perbandingan berat oleoresin yang diperoleh terhadap berat bahan yang diekstrak. b. Kadar kurkumin Tonnasen, 1986 dalam Siddik et al., 1995 Analisis kadar kurkumin dilakukan berdasarkan reaksi perubahan warna yang diamati dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang tertentu. c. Kadar minyak atsiri metode hidrodestilasi Clevenger dalam Rennecius et al., 1988 Analisis kadar minyak atsiri ini pada dasarnya adalah penyulingan minyak atsiri dari oleoresin yang dihasilkan. d. Kadar xanthorrhizol gas kromatografi-spektometri massa Dasar pemisahan secara kromatografi gas adalah penyebaran cuplikan contoh diantara dua fase. Salah satu fase yaitu fase diam, mempunyai permukaan yang lebih luas. Fase yang lain adalah fase yang bergerak berupa gas. Pemisahan komponen dalam suatu senyawa dengan menggunakan kromatografi gas didasarkan pada perbedaan laju gerak komponen tersebut. Kromatografi gas merupakan metode umum yang digunakan untuk pemisahan, deteksi, dan perhitungan kuantitatif dari komponen yang tercampur dalam sample uji. e. Kadar sisa pelarut Ketaren, 1988 Analisis ini menggambarkan kadar pelarut yang tertinggal dalam oleoresin. Perhitungannya didasarkan kepada berat pelarut yang menguap dari setiap berat bahan yang diuapkan. f. Indeks bias oleoresin AOAC, 2000 dalam SNI 06-2385-2006 Metoda ini didasarkan pada pengukuran langsung sudut bias minyak yang dipertahankan pada kondisi suhu yang tetap.

E. Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dua faktor dengan menggunakan tiga taraf. Faktor pertama adalah nisbah bahan baku - pelarut yang terdiri dari tiga taraf, yaitu 1:4, 1:6, dan 1:8. Faktor kedua adalah suhu ekstraksi yang terdiri dari tiga taraf, yaitu 30 °C, 40 °C, dan 50 °C. Penelitian dilakukan dalam dua kali ulangan. Model rancangan tersebut adalah sebagai berikut. Y ijk = U + A i + Bj + AB ij + Error ijk Yijk = rendemen oleoresin dengan nisbah bahan baku - pelarut ke-i dengan menggunakan suhu ekstraksi ke-j pada ekstraksi ke-k U = pengaruh rata-rata sebenarnya A i = pengaruh pelakuan nisbah bahan baku - pelarut ke i i=1,2,3 B j = pengaruh pelakuan suhu ekstraksi ke j j=1,2,3 AB ij = pengaruh interaksi perlakuan nisbah bahan baku - pelarut ke i dengan suhu ekstraksi ke j Error ijk = pengaruh galat percobaan