37 Setelah mencapai titik jenuh, tidak akan terjadi peningkatan rendemen
dengan penambahan pelarut. Jika
ditelaah berdasarkan
faktor suhu,
hasil penelitian
menunjukkan bahwa nilai kadar tanin produk cenderung naik dengan meningkatnya suhu air yang digunakan. Semakin tinggi suhu air yang
digunakan, semakin tinggi nilai kadar tanin produk. Hal tersebut menjelaskan tentang sifat tanin bahwa tanin larut dalam air dan akan
bertambah besar apabila dilarutkan dalam air panas. Penggunaan suhu yang lebih tinggi dalam mengekstraksi akan menyebabkan reaksi yang
terjadi lebih kuat karena energi yang dihasilkan lebih tinggi sehingga zat yang pada awalnya tidak terlarut menjadi larut dalam air Browning,
1966. Berdasarkan hasil perhitungan analisis
ragam dengan α = 0,05 Lampiran 8, faktor perlakuan perbandingan jumlah air dengan gambir
asalan memiliki pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap nilai kadar tanin. Begitu pula perlakuan faktor suhu yang digunakan tidak
berpengaruh nyata terhadap nilai kadar tanin. Interaksi antara faktor perlakuan perbandingan jumlah air dengan gambir asalan dan faktor suhu
juga tidak berpengaruh nyata terhadap nilai kadar tanin. Namun secara ideal, peningkatan suhu air yang digunakan
memberikan pengaruh peningkatan nilai kadar tanin pada produk yang diperoleh. Apabila dilihat berdasarkan Gambar 22, secara umum nilai
kadar tanin meningkat dengan adanya kenaikan suhu air dan perbandingan jumlah air dengan gambir asalan yang digunakan. Nilai kadar tanin
tertinggi mencapai 95,37 dan dimiliki oleh produk yang diekstrak menggunakan suhu air 80
C dan perbandingan air dengan gambir asalan 12:1 vb.
3. Kadar Air
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung pada bahan yang dinyatakan dalam persen. Penghitungan kadar air berguna untuk
mengetahui ketahanan suatu bahan yang akan disimpan dalam jangka
38 waktu yang cukup lama. Bahan yang memiliki nilai kadar air yang tinggi
apabila disimpan dalam keadaan kelembaban tinggi akan menyebabkan penurunan kualitas produk. Untuk produk tanin bubuk, penyimpanan
yang tidak tepat dapat menyebabkan warna bubuk tanin menjadi gelap. Tanin bubuk yang dihasilkan pada penelitian melalui tahap
pengeringan menggunakan spray dryer. Nilai kadar air dalam dry basis untuk tanin bubuk berkisar antara 4 - 6,06 Lampiran 5c. Kadar air
dengan rentang nilai tersebut masih termasuk dalam rentang bahan yang memiliki kestabilan optimum dalam proses penyimpanan jangka waktu
yang lama. Menurut Winarno 1997, apabila kadar air bahan berkisar antara 3 hingga 7 maka kestabilan optimum bahan akan tercapai dan
pertumbuhan mikroorganisme dapat dikurangi. Grafik hubungan kadar air tanin bubuk dry basis dengan jumlah pelarut dapat dilihat pada Gambar
23.
Gambar 23. Grafik Hubungan Kadar Air Tanin Bubuk Dry Basis dengan Perbandingan Jumlah Air dan Gambir Asalan
Berdasarkan Gambar 23, tanin bubuk yang diekstrak dengan suhu 40
C dan perbandingan jumlah air dengan gambir asalan 10:1 vb memiliki nilai kadar air yang terendah dibandingkan dengan produk
lainnya yaitu sebesar 4,04. Nilai kadar air tanin bubuk penelitian cenderung bersifat fluktuatif apabila dilihat dari faktor perbandingan
39 jumlah air dan gambir asalan. Pada perbandingan jumlah air dan gambir
asalan 10:1 vb, nilai kadar air mengalami penurunan. Jika dilihat dari faktor suhu air yang digunakan, secara umum kadar air meningkat secara
berturut-turut pada tanin bubuk yang diekstrak menggunakan suhu air 40
C, 80 C, dan 60
C. Namun peningkatan tersebut tidak terjadi pada perlakuan perbandingan air dan gambir asalan 12:1 vb.
Hasil analisis ragam pada α = 0,05 Lampiran 9 menunjukkan bahwa faktor perlakuan suhu air dan faktor perlakuan jumlah air dengan
gambir asalan serta interaksi antara keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap nilai kadar air. Hal tersebut menjelaskan bahwa nilai kadar air
pada tanin bubuk tidak tergantung pada faktor perlakuan selama proses ekstraksi, tetapi tergantung pada proses pengeringan larutan tanin dengan
menggunakan spray dryer. Penggunaan suhu inlet dan outline spray dryer yang sesuai dan
stabil berpengaruh pada nilai kadar air produk tanin bubuk yang dihasilkan. Apabila suhu yang yang digunakan terlalu rendah,
pengeringan tidak berlangsung sempurna sehingga nilai kadar air pada tanin bubuk menjadi tinggi. Sebaliknya, penggunaan suhu yang terlalu
tinggi dapat mempengaruhi warna tanin bubuk yang dihasilkan. Dalam proses pengeringan, ketidakstabilan suhu outlet yang digunakan dapat
disebabkan oleh laju pemasukan bahan atau proses atomisasi yang mengalami gangguan. Apabila laju bahan rendah, suhu outlet akan
mengalami peningkatan.
4. Kadar Abu