35 laju ekstraksi senyawa fenolik jauh lebih tinggi dibandingkan dengan laju
degradasi fenolik. Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa senyawa fenolik selain tanin yang terdapat dalam gambir asalan kemungkian telah
mengalami kondisi optimum ekstraksi pada suhu 60 C sehingga pada suhu
80 C mengalami penurunan nilai rendemen. Nilai rendemen tanin bubuk
tertinggi adalah 42,72 dimiliki produk S6P12 yaitu produk yang diekstraksi dengan suhu 60
C dan perbandingan jumlah air dengan gambir asalan 12:1 vb.
Berdasarkan hasil perhitungan analisis ragam pada α = 0,0,5
Lampiran 6, faktor perlakuan perbandingan jumlah air dan gambir asalan memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai rendemen produk tanin
bubuk. Faktor perlakuan suhu memberikan pengaruh tidak nyata terhadap nilai rendemen. Namun, interaksi antara faktor perbandingan jumlah air
dengan gambir asalan dan faktor suhu air memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap hasil rendemen. Penggunaan jumlah pelarut yang
semakin banyak dan suhu pelarut yang semakin tinggi menyebabkan senyawa yang terekstrak semakin banyak sehingga rendemen meningkat.
Hasil uji lanjut Duncan Lampiran 7 menunjukkan bahwa penggunaan suhu 60
C dan jumlah pelarut 1800 ml tiap 150 gram gambir merupakan perlakuan terbaik dalam penelitian yang menghasilkan rendemen tanin
bubuk tertinggi yaitu 42,72.
2. Kadar Tanin
Kadar tanin merupakan banyaknya tanin yang terdapat dalam suatu bahan. Menurut Hathway 1962, tanin adalah senyawa organik yang
terdiri dari campuran senyawaan polifenol kompleks, dibangun dari elemen C, H dan O serta sering membentuk molekul besar dengan bobot
molekul lebih besar dari 2000. Nilai kadar tanin dalam produk menunjukkan tingkat kualitas atau
kemurnian produk tanin bubuk yang dihasilkan dalam penelitian. Berdasarkan uji kadar tanin bahan awal, nilai kadar tanin gambir asalan
yang digunakan adalah 38,45 wet basis atau 43,87 dry basis.
36 Dengan membandingkan kadar tanin bahan awal, proses ekstraksi tanin
dari gambir asalan pada penelitian ini dapat meningkatkan kadar tanin produk hingga mencapai 89 - 95 dry basis Lampiran 5b. Grafik
hubungan kadar tanin dry basis dengan jumlah air dan gambir asalan dapat dilihat pada Gambar 22.
Gambar 22. Grafik Hubungan Kadar Tanin dengan Jumlah Air dan Gambir Asalan
Berdasarkan Gambar 22, nilai kadar tanin secara umum mengalami peningkatan dengan kenaikan jumlah pelarut yang digunakan hingga
mencapai perbandingan air dan gambir asalan 10:1 vb. Pada suhu 40 C
dan 60 C dengan perbandingan jumlah air dan gambir asalan 12:1 vb,
nilai kadar tanin cenderung menurun dari nilai sebelumnya dengan nilai penurunan 3,68 dan 1,91. Kemungkinan yang terjadi adalah larutan
sudah mengalami kejenuhan sehingga pelarut sudah tidak dapat mengekstrak tanin dengan maksimal. Namun, hal tersebut tidak terjadi
pada perlakuan dengan suhu 80 C. Secara umum, kelarutan bahan dalam
pelarut meningkat seiring dengan penambahan jumlah pelarut hingga mencapai kondisi jenuh. Menurut Yusro 2004, semakin banyak jumlah
pelarut yang digunakan, maka kesetimbangan penjenuhan yang terbentuk semakin besar sehingga jumlah senyawa yang terekstrak semakin banyak.
37 Setelah mencapai titik jenuh, tidak akan terjadi peningkatan rendemen
dengan penambahan pelarut. Jika
ditelaah berdasarkan
faktor suhu,
hasil penelitian
menunjukkan bahwa nilai kadar tanin produk cenderung naik dengan meningkatnya suhu air yang digunakan. Semakin tinggi suhu air yang
digunakan, semakin tinggi nilai kadar tanin produk. Hal tersebut menjelaskan tentang sifat tanin bahwa tanin larut dalam air dan akan
bertambah besar apabila dilarutkan dalam air panas. Penggunaan suhu yang lebih tinggi dalam mengekstraksi akan menyebabkan reaksi yang
terjadi lebih kuat karena energi yang dihasilkan lebih tinggi sehingga zat yang pada awalnya tidak terlarut menjadi larut dalam air Browning,
1966. Berdasarkan hasil perhitungan analisis
ragam dengan α = 0,05 Lampiran 8, faktor perlakuan perbandingan jumlah air dengan gambir
asalan memiliki pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap nilai kadar tanin. Begitu pula perlakuan faktor suhu yang digunakan tidak
berpengaruh nyata terhadap nilai kadar tanin. Interaksi antara faktor perlakuan perbandingan jumlah air dengan gambir asalan dan faktor suhu
juga tidak berpengaruh nyata terhadap nilai kadar tanin. Namun secara ideal, peningkatan suhu air yang digunakan
memberikan pengaruh peningkatan nilai kadar tanin pada produk yang diperoleh. Apabila dilihat berdasarkan Gambar 22, secara umum nilai
kadar tanin meningkat dengan adanya kenaikan suhu air dan perbandingan jumlah air dengan gambir asalan yang digunakan. Nilai kadar tanin
tertinggi mencapai 95,37 dan dimiliki oleh produk yang diekstrak menggunakan suhu air 80
C dan perbandingan air dengan gambir asalan 12:1 vb.
3. Kadar Air