3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya alat tulis, kalkulator, dan seperangkat komputer dengan software pengolah data Microsoft word 2010
dan Microsoft excel 2010, sedangkan untuk pemodelan digunakan software Stella 9.0.2
dan Vensim PLE. Bahan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah BAPPEDA Kota Bogor, Badan Pusat Statistik BPS Kota Bogor, dan hasil penelitian sebelumnya sebagai pustaka
acuan. Data sekunder yang digunakan meliputi: 1 Data statistik penduduk Kota Bogor
2 Data tutupan lahan Kota Bogor 3 Data kendaraan bermotor di Kota Bogor
4 Data konsumsi energi listrik dan gas LPG di Kota Bogor 5 Data jumlah ternak dan unggas di Kota Bogor.
3.3 Metode Pemodelan Sistem
Pemodelan dan simulasi sistem penyerapan emisi CO
2
Kota Bogor dibuat dengan software Stella 9.0.2. Langkah-langkah pemodelan sistem yang dilakukan
seperti dalam Purnomo 2012 sebagai berikut:
3.3.1 Identifikasi Isu, Tujuan, dan Batasan
Identifikasi isu dilakukan untuk mengetahui sudut pandang permasalahan yang sebenarnya, sehingga saat membuat pemodelan dapat mengarah pada inti
pemecahan masalah yang diangkat. Selanjutnya menentukan tujuan pemodelan dilakukan untuk menyatakan secara langsung hal yang ingin dicapai dari
pemodelan tersebut. Setelah isu dan tujuan ditentukan, maka dilakukan penentuan batasan yang digunakan. Hal ini dilakukan agar ruang lingkup model lebih
terarah, tidak terlalu luas tetapi juga tidak terlalu sempit.
3.3.2 Konseptualisasi Model
Konseptualisasi model merupakan proses menggambarkan konsep keseluruhan model yang akan disusun. Tahapan yang dilakukan dalam fase
konseptualisasi model ialah mengidentifikasi keseluruhan komponen yang terlibat dalam pemodelan dan mengelompokkannya berdasarkan interaksi antar
komponen tersebut.
3.3.3 Spesifikasi Model
Fase spesifikasi model adalah proses kuantifikasi model. Dalam fase ini interaksi yang telah disusun secara konseptual dirumuskan dengan persamaan
numerik. Persamaan yang menggambarkan interaksi antar komponen tersebut harus dapat divalidasi agar hasil dari pemodelan sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai.
3.3.4 Evaluasi Model
Evaluasi model dilakukan untuk mengetahui kesesuaian model dengan dunia nyata. Model dibandingkan dengan realita atau model lain untuk kasus yang
serupa. Selanjutnya evaluasi juga dilakukan untuk mengetahui kesesuaian perilaku model dengan hasil yang diharapkan berdasarkan konsep model.
3.3.5 Penggunaan Model
Model digunakan untuk memudahkan pengambilan keputusan atau alternatif penyelesaian masalah. Pada fase penggunaan model dilakukan pendataan
alternatif yang mungkin ditempuh dan selanjutnya dijalankan melalui pemodelan.
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan langkah-langkah pemodelan yang dilakukan, hasil dan pembahasan penelitian ini adalah sebagai berikut:
4.1 Isu, Tujuan, dan Batasan
Isu utama yang menjadi dasar pemodelan ini adalah besarnya emisi CO
2
Kota Bogor. Berdasarkan analisis data tahun 2012, emisi CO
2
Kota Bogor mencapai 2 536 861 ton, sedangkan serapan CO
2
Kota Bogor pada tahun yang sama 113 893 ton. Dibutuhkan upaya meningkatkan serapan CO
2
dan menurunkan emisi CO
2
kota. Dalam hal ini serapan yang dimaksud adalah Ruang Terbuka Hijau RTH. Kebutuhan RTH dapat dianalisis dengan prinsip netralisasi
CO
2
karena salah satu fungsi RTH adalah sebagai serapan CO
2
Medha 2009. RTH Kota Bogor pada tahun 2012 memiliki luas 3 926 Ha. Meskipun luas
RTH tersebut masih memenuhi ketentuan 30 dari total luas Kota Bogor, tetapi belum mencukupi kebutuhan serapan emisi CO
2
. Hal ini dikarenakan perkembangan perkotaan dan RTH berkebalikan. Semakin lama RTH semakin
menurun karena pembangunan, sedangkan aktivitas perkotaan semakin maju karena pembangunan tersebut. Seiring dengan berjalannya waktu dan laju
pembangunan, maka gas buang yang dihasilkan penduduk semakin bertambah. Oleh karena itu dilakukan penelitian berbasis pemodelan untuk mengetahui
kecenderungan kebutuhan serapan CO
2
Kota Bogor. Pemodelan yang dilakukan juga bertujuan mengetahui skenario terbaik menurunkan emisi CO
2
Kota Bogor.
Batasan pemodelan ini adalah pemodelan hanya mencakup wilayah Kota Bogor. Pemodelan dijalankan untuk rentang waktu 30 tahun terhitung sejak 2012
sampai 2042. Penyerapan CO
2
oleh RTH dihitung berdasarkan daya serap CO
2
masing-masing bentuk RTH dan luasannya. Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang pasal 1, yang dimaksud dengan RTH adalah area
memanjangjalur danatau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang
sengaja ditanam. Berdasarkan definisi tersebut, pada pemodelan ini RTH tersusun atas bentuk tutupan lahan sawah, ladang, perkebunan, hutan, serta semak dan
rumput. Meskipun berupa bangunan atau fasilitas umum, tetapi pada lahan