Skenario Tahap II: Pengelolaan Sampah Organik dan Kotoran Ternak

Biogas yang dihasilkan pada tahun 2012 sebesar 5 213 699 m 3 atau setara dengan 1 266 292 m 3 LPG. Produksi biogas ini meningkat setiap tahunnya mengikuti laju peningkatan jumlah ternak besar. Dibutuhkan dukungan pemerintah daerah untuk mempersiapkan sarana prasarana pengolahan sampah organik dan sosialisasi kepada masyarakat apabila skenario ini diterapkan. Meskipun demikian, kajian mengenai dampak negatif penggunaan biogas masih sangat terbatas. Pengelolaan sampah organik dan kotoran ternak menjadi biogas sebelumnya telah dilakukan diantaranya di Gowa, Sleman, Pekalongan, Kulonprogo, dan Bandung sekitar tahun 2007 sampai saat ini masih dilakukan penelitian-penelitian pengembangan lebih lanjut. 4.5.4 Skenario Tahap III: Substitusi LPG dengan Biogas Pada skenario sebelumnya, pengolahan sampah organik menghasilkan biogas dalam jumlah yang cukup besar. Skenario ini merupakan lanjutan dari skenario sebelumnya, yaitu pemanfaatan biogas untuk menggantikan LPG sebagai upaya green energy. Substitusi energi tersebut dapat mengurangi emisi CO 2 sebesar 2.5 ton CO 2 setiap pemakaian 9 m 3 biogas CCF 2010. Berdasarkan skenario ini, emisi LPG mengalami penurunan yang signifikan yaitu sekitar 30 hingga akhirnya menjadi 0 emisi. Meskipun demikian, karena emisi LPG hanya sebagian kecil dari emisi energi, maka tidak terjadi perubahan signifikan pada emisi energi. Hasil skenario ini dapat dilihat pada Gambar 15. Substitusi LPG rumah tangga dengan biogas ini telah diteliti dan mulai diterapkan di Gowa, Sulawesi Selatan. Produksi biogas hingga proses penabungan ke dalam tabung LPG 3 kg dikembangkan di Gowa sejak tahun 2013 dengan binaan BPTP Sulawesi Selatan BPTP Bali 2011. 4:43 PM Fri, Sep 26, 2014 Page 1 2012 2020 2027 2035 2042 Tahun 1: 1: 1: 2: 2: 2: 3: 3: 3: 4: 4: 4: 5000 10000 400000 1200000 2000000 1: Emisi LPG BAU 2: Emisi LPG skenario 3: Emisi energi BAU 4: Emisi energi skenario 1 1 1 1 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4 Gambar 15 Perubahan emisi LPG dan emisi energi setelah substitusi LPG dengan biogas

4.5.5 Skenario Tahap IV: Substitusi Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

Pada skenario ini dilakukan substitusi bensin dengan bahan bakar gas BBG dan substitusi diesel solar dengan biodiesel untuk mengurangi dampak lingkungan akibat gas buang kendaraan sesuai dengan RPJMD Kota Bogor periode 2010 – 2014. Penggunaan BBG diterapkan pada 50 dari total unit mobil bensin, sedangkan biodiesel digunakan untuk semua unit mobil diesel dan bis. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Gambar 16. 4:48 PM Fri, Sep 26, 2014 Page 1 2012 2020 2027 2035 2042 Tahun 1: 1: 1: 2: 2: 2: 1500000 3000000 1: Emisi transportasi BAU 2: Emisi transportasi skenario 1 1 1 1 2 2 2 2 Gambar 16 Perubahan emisi CO 2 transportasi setelah gasifikasi dan penggunaan biodiesel Konsumsi BBG untuk mobil bensin sekitar 276.8 m 3 tahun, sedangkan mobil diesel dan bis membutuhkan biodiesel dalam jumlah yang sama dengan diesel. Emisi CO 2 transportasi menurun 60 pada akhir tahun simulasi dengan penerapan skenario ini. Berdasarkan data simulasi, emisi CO 2 pada tahun 2042 sebelum skenario diterapkan mencapai 2 964 447 ton dan menurun menjadi 960 963 ton setelah skenario diterapkan.

4.5.6 Skenario Tahap V: Penghijauan

Prinsip yang digunakan pada skenario ini adalah prinsip netralisasi emisi CO 2 , yaitu mengimbangi emisi yang dihasilkan dengan menambah serapan CO 2 melalui penanaman. Pada tahun 2042, besarnya emisi CO 2 udara di Kota Bogor diperkirakan akan mencapai 17 juta ton CO 2 sehingga dibutuhkan serapan CO 2 tambahan sejak dini. Sebagian besar CO 2 tersebut berasal dari sektor industri. Terdapat 147 unit industri besar dan menengah di Kota Bogor yang berperan sebagai salah satu penyumbang emisi CO 2 kota. Oleh karena itu pada skenario ini diasumsikan penghijauan merupakan program bagi unit-unit industri besar dan menengah di Kota Bogor bersama pemerintah kota. Penghijauan ditargetkan untuk menambah serapan CO 2 sebesar 10 dari emisi yang dihasilkan setiap tahunnya, dimulai pada tahun 2016 sampai karbon netral. Program penghijauan dilaksanakan dengan sistem agroforestry dengan mempertimbangkan pemberdayaan masyarakat. Diasumsikan dalam 1 hektar lahan ditanami 500 pohon dan diselingi tanaman pertanian lahan kering. Berdasarkan model, penanaman berkisar antara 60 sampai 247 hatahun per unit industri. Dengan penghijauan tersebut, karbon netral dapat tercapai, yaitu pada tahun 2036. Kegiatan penghijauan dapat dilakukan di dalam Kota Bogor atau di luar wilayah Kota Bogor dengan tujuan tetap menetralkan emisi CO 2 Kota Bogor. Hasil skenario tahap V dapat dilihat pada Gambar 17. 6:12 AM Mon, Nov 17, 2014 Page 1 2012.00 2019.50 2027.00 2034.50 2042.00 Tahun 1: 1: 1: 2: 2: 2: 10000000 20000000 1: emisi kota 2: serapan co2 kota plus penghijauan 1 1 1 1 2 2 2 2 Gambar 17 Perbandingan emisi CO 2 kota dan serapan CO 2 kota dengan penghijauan Program penghijauan dapat dikatakan lebih menguntungkan jika dibandingkan perdagangan karbon. Dari segi biaya, penanaman membutuhkan dana lebih rendah dibandingkan perdagangan karbon. Diasumsikan biaya penanaman Rp 17.25 jutaha, maka biaya total penanaman per unit industri berkisar antara Rp 1 milyar sampai Rp 4.25 milyar per tahunnya. Pada perdagangan karbon, harga CO 2 diasumsikan US 5.2ton, maka biaya yang harus dibayar tiap unit industri sesuai dengan CO 2 yang dilepaskan, yaitu berkisar antara US 91 472 sampai US 376 428 per tahun atau setara dengan Rp 1.1 milyar sampai Rp 4.6 milyar. Penghijauan dilaksanakan selama 20 tahun yaitu 2016 sampai 2036 dan dapat dilanjutkan dengan pemeliharaan tanaman atau penanaman dengan intensitas yang lebih rendah, sedangkan perdagangan karbon harus dilakukan selama unit industri tersebut beroperasi. Selain dari segi biaya dan jangka waktu pelaksanaan, penghijauan juga dapat dikatakan sebagai investasi masa depan, sedangkan perdagangan karbon hanya menetralkan emisi CO 2 yang dilepaskan pada saat tahun tersebut. Oleh karena itu penghijauan lebih dianjurkan dibandingkan dengan perdagangan karbon.

4.6 Dinamika Sistem Penyerapan CO

2 Kota Bogor Sistem penyerapan emisi CO 2 secara keseluruhan dibentuk oleh banyak faktor yang saling terkait. Kombinasi skenario mitigasi dari berbagai sektor dapat diterapkan untuk menurunkan emisi CO 2 Kota Bogor. Penurunan emisi CO 2 mencapai 2.79 juta ton pada tahun 2042 dengan kombinasi keseluruhan skenario mitigasi. Emisi CO 2 yang dapat diturunkan dengan skenario-skenario tersebut tidak berpengaruh secara signifikan terhadap emisi CO 2 Kota Bogor. Hal ini dikarenakan sebagian besar emisi yang dihasilkan berasal dari pemakaian listrik Karbon netral