Model Pengendalian Perumahan Sederhana Dalam Sistem Perumahan Berkelanjutan Perkotaan Berbasis Rendah Emisi CO2
MOD
DA
DEL PEN
ALAM SI
PERKO
Pen
UN
NGENDA
ISTEM P
TAAN BE
N P ngelolaan Su
SEKOL
NIVERSIT
ALIAN PE
PERUMA
ERBASIS
DISERT
Oleh NELSON SI NIM : 078 Program Do umberdaya
LAH PASC
TAS SUM
MEDA
201
ERUMAH
HAN BER
S RENDA
TASI
h :
IAHAAN 8106003 oktor (S3)
Alam dan L
CA SARJ
MATERA
AN
2
HAN SED
RKELAN
AH EMIS
Lingkungan
JANA
A UTARA
DERHAN
NJUTAN
SI CO
2n
A
(2)
MODEL PENGENDALIAN PERUMAHAN SEDERHANA
DALAM SISTEM PERUMAHAN BERKELANJUTAN
PERKOTAAN BERBASIS RENDAH EMISI CO
2DISERTASI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor dalam Program Doktor Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara di bawah pimpinan Rektor Universitas Sumatera Utara
Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc. (CTM), Sp.A(K) untuk dipertahankan dihadapan sidang Terbuka Senat
Universitas Sumatera Utara
Oleh :
NELSON SIAHAAN NIM : 078106003 Program Doktor (S3)
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2012
(3)
Judul Di Nama M Nomor P Program
Tanggal
sertasi Mahasiswa Pokok m Studi
lulus : 27 J
P
: MODE SEDER BERKE RENDA : Nelson : 078106
: Doktor Lingku
Juni 2012
PENGES
EL PENGE RHANA DA ELANJUTA AH EMISI n Siahaan
6003 r (S3) Penge ungan
AHAN
ENDALIA ALAM SIST AN PERKO
CO2
elolaan Sum
AN PERUM TEM PERU OTAAN BE
mberdaya Al
MAHAN UMAHAN ERBASIS
(4)
Diuji pad Tanggal
PANITI Pemimpi
Prof. Dr.
(Rektor U Ketua Anggota
PENE
da Ujian Di : 27 Juni 20
IA PENGU in Sidang:
dr. Syahril P
USU) : Prof. Dr. a : Dr. Ir. Pri Dr. Ir. Dw Prof. Dr. Prof. Dr. Prof. Dr.
ETAPAN P
isertasi Terb 012
UJI DISERT
Pasaribu, DT
Alvi Syahr iana Sudjon wira Aulia, Retno Widh Zaenudin Ilmi Abdill
PANITIA P
buka (Promo
TASI
TM&H, M.Sc
rin, SH, MS no, MSc.
MSc. hiastuti, MS
lah
PENGUJI D
osi)
c. (CTM), Sp
S
Sc.
DISERTAS
p.A(K)
U I
U U U I
SI
USU Medan TB Bandun USU Medan USU Medan Unimed Me ITM Medan n ng n
n edan n
(5)
MOD
DA
D syarat u Lingkun merupak A tertentu cantumk penulisan A disertasi bagian t yang pe perundan
DEL PEN
ALAM SI
PERKO
Dengan ini untuk memp gan Sekola kan hasil kar Adapun pendari hasil k kan sumber
n ilmiah. Apabila dik
ini bukan h ertentu, pen enulis sand
ngan yang b
P
NGENDA
ISTEM P
TAAN BE
penulis m peroleh gel ah Pascasar rya penulis gutipan-pen karya orang rnya secara
kemudian h hasil karya nulis bersed dang dan berlaku.
PERNYA
Judul DisALIAN PE
PERUMA
ERBASIS
menyatakan lar Doktor rjana Univ sendiri. ngutipan ya g lain dalam a jelas sesuhari ternya penulis sen dia menerim sanksi-sank
ATAAN
sertasiERUMAH
HAN BER
S RENDA
bahwa dis Pengelolaa ersitas Sumang penulis l m penulisan uai dengan
ata ditemuk ndiri atau ad ma sanksi p ksi lainnya M P N
HAN SED
RKELAN
AH EMIS
sertasi ini an Sumber matera Utar lakukan pad n disertasi inorma, ka kan seluruh danya plagia pencabutan sesuai de Medan, Juni Penulis, Nelson Siah
DERHAN
NJUTAN
SI CO
2disusun se rdaya Alam
ra adalah b
da bagian-b ini, telah pe aidah, dan
h atau seb at dalam ba gelar akad engan pera i 2012 haan
A
ebagai m dan benar bagian enulis etika bagian agian-demik aturan(6)
M Sejak tahun 200 rumah bai perombak kontruksi, timbulan C juga oleh dan pena pengendal penyeleng Griya Ma pengetahu berhubung perumahan wawancar kepentinga emisi CO interaksi-i perumahan sederhana interaksi a sebab-akib Selanjutny kebijakan Implemen dikembang perkotaan Kata kunc MODEL PE DALAM PERK k dibangun 09 kurang le ik berupa r kan rumah i konstruksi CO2 ternyat seluruh asp anggulangan lian emisi ggaraan per artubung I uan tentang gan dengan n sederhana ra mendala
an. Dari a O2 dalam s
interaksi b n sederhan a, dan sub-s
antar komp bat serta l ya bagan m
pengendal ntasi dari
gkan dalam rendah emi
ci : pengend rumah, p
ENGENDA SISTEM P KOTAAN B
tahun 1995 ebih 89 pers restorasi, re ini mengha i dan pasca ta tidak han pek pemanf n dampak
CO2 dila rumahan da
Medan. Pe g berbagai n timbulan a diteliti me am, observ analisa kom
sistem peru berbagai k na, sub-siste sistem norm ponen ketig logika inte model yang lian perum model ke m praktek p
isi CO2. dalian, emisi perkotaan ALIAN PE PERUMAH BERBASIS ABSTR
5, kurun wa sen rumah t enovasi, ata asilkan emis a konstruksi nya dihasilk faatan ruang emisi gas akukan den an kehidupa enelitian ku i kompo
emisi CO elalui fenom asi, dan d mponen dip umahan G komponen; em lingkun ma kehidup ga sub-sist eraksi dan
g ada dap mahan seder
ebijakan p perancangan karbondiok RUMAHA HAN BERK RENDAH RAK aktu antara telah melak aupun rekon
si CO2 mel i. Berbagai kan dari pros g pada peru s rumah k ngan mem an perkotaa ualitatif dila
onen peran O2. Masing-menologikal diskusi terh peroleh pen Griya Martu sub-sistem ngan penunj pan perumah em diperol karakter m at ditransfo rhana perk pengendalia n perumaha ksida, perum AN SEDERH KELANJUT H EMISI CO
tahun 2000 kukan berba nstruksi ban lalui aktifit studi menu ses konstruk umahan. Un kaca ini m mpelajari d
n di Perum akukan untu ncangan pe -masing ko l analisis de hadap berb ngetahuan b ubung I d m lingkun jang kehidu han sederh leh model b
masing-mas ormasikan kotaan rend an ini dih an sederhan
mahan sederh
HANA TAN O2
0 sampai de agai peromb ngunan. Se as-aktifitas; unjukkan b ksi semata t ntuk penceg maka kebij dinamika s mahan Seder uk mendap erumahan omponen s engan melak bagai pema bahwa timb dipengaruhi ngan penun upan perum
ana. Dari b bagan hubu sing komp
kedalam m dah emisi harapkan na berkelan hana, peruba engan bakan eluruh ; pra-bahwa tetapi gahan ijakan istem rhana patkan yang istem kukan angku bulan oleh njang mahan bagan ungan onen. model CO2. dapat njutan
(7)
Sin approxima form of re renewal constructi CO2 emiss also by a control the emissions the Simple gain know CO2 emis Martubung conducting stakeholde generation influenced supporting housing, a interaction causal rel character simple mo control po sustainabl Keyword urban CONT S
ce it was ately 89 per estoration, r
resulted i ion and pos sion was n all aspects
e impact of is done by s e Housing G wledge abou
ssions gener g I Meda g in-depth ers. From t n of CO2 d by the int
g low-incom and sub-sy n between lationships of each co odel of urba
olicy model le urban des
: control,
TROL MOD SIMPLE H
ON L
built in rcent of hou
renovation, in CO2 e st construct not only ge of the utiliz f greenhouse studying the Griya Martu ut the variou ration. Each an is inves interviews the analysis emissions teractions th me housing, ystem of re the compo diagram m mponents. N an housing l is expecte sign of
low-carbondiox
DEL IN UR HOUSING S
LOW CO2 E
ABSTRA
1995, the uses have be
or reconst missions t tion. Variou enerated fro ization of sp
e gas emiss e dynamics ubung I Med
us compone h componen stigated th s, observat s of the com
in the Gr he various sub-system esidential lif
nents of th model causa
Next, the ch policy of l ed to be a s
-income hou xide emissi RBAN SUS SYSTEM B EMISSION ACT
e period b een doing v truction of b through ac us studies s
om the con space in the
ions then th of systems dan. Qualit ents of the d nt of a simp hrough fen tion, and mponents o riya Martub components ms environm ife norms. he three sub
al relations hart models low CO2 em
significant using low C
on, simple STAINABLE BASED N between 20 various hom
buildings. T ctivities; p show that th nstruction p
e housing. he policy of of housing tative resear design of ho ple housing
omenologic discussion btained kno bung I hou s; sub-syste ment life supp
From the b-systems, ships, intera
s can be tra missions. Im advance in CO2 emission
housing, h
E
000 until me renewal i The whole h pre-construc he generati process itsel
To preven f controlling
and urban l rch conduct ousing relat system at G cal analysi
of the va owledge tha
using syste ems environ pport low-in diagram of it is obtain action logic ansformed i mplementati n the practi
ns. house chan 2009 in the house ction, ion of lf but t and g CO2 life in ted to ted to Griya is by arious at the em is nment ncome of the ned a c and into a ion of ice of nging,
(8)
Puji yang tela disertasi in Sel memperol kesempata 1. Bapak Rektor 2. Bapak Pascas 3. Ibu P Pengel Univer saran d 4. Bapak penuli 5. Bapak penuli 6. Ibu Dr
penuli 7. Bapak yang d 8. Bapak kritik y Dise Harapan khususnya
i dan syuku ah member
ni.
ama melak leh bantuan an ini penul k Prof. Dr. d r Universita k Prof. Dr. sarjana Univ Prof. Dr. R
lolaan Sum rsitas Suma dan kritik y k Prof. Dr. A
s dalam me k Dr. Ir. Pr
s dalam me r. Ir. Dwira s dalam me k Prof. Dr. I diberikan. k Prof. Dr.
yang diberik ertasi ini m
penulis se a bagi kema
KA ur penulis rikan berka kukan penel moril dan lis menyamp dr. Syahril P as Sumatera
Ir. A. Rah versitas Sum Retno Wid mber Daya atera Utara, yang diberik Alvi Syahri enyelesaikan riana, MSc enyelesaikan
a Aulia, MS enyelesaikan Ir. Zaenudin Ir. Ilmi Ab kan.
masih banyak moga dise ajuan ilmu p
ATA PENG
panjatkan k ah-Nya seh
litian dan p materil dari paikan ucap Pasaribu, DT a Utara. him Matond matera Utar
dhiastuti, M Alam dan , sekaligus kan.
in, SH, sela n disertasi in c. sebagai c n disertasi in Sc. sebagai n disertasi in n selaku kom bdilah selak
k memiliki ertasi ini d
pengetahuan
GANTAR
kehadirat T hingga pen
penulisan di i berbagai p pan terima k TM&H, M. dang, MSIE ra. M.Sc. sela n Lingkung selaku ketu aku promot ni. co-promoto ni. co-promot ni. misi pemba ku komisi p
kekuranga dapat berm n mengenai M Pe Ne Tuhan yang nulis dapat isertasi ini, pihak. Oleh kasih yang t
Sc (CTM), E selaku D aku ketua gan Sekolah ua komisi p tor yang tel or yang tela
tor yang tel anding, atas pembanding
an dan jauh manfaat bag lingkungan
edan, Juni enulis,
elson Siahaa
g maha pen t menyeles
, penulis ba karena itu, tulus kepada
Sp.A(K), s Direktur Pro Program h Pasca Sa pembanding lah membim
ah membim lah membim s saran dan g, atas saran
h dari semp gi semua p n. 2012 an ngasih saikan anyak pada a : selaku ogram Studi arjana g, atas mbing mbing mbing kritik n dan purna. pihak
(9)
Nels Binjai, Su (Alm.) Ta pendidikan - SD - SM - SM - Insi - Gra Syd - Ma Syd - Me Stu Sum Riwaya Teknik Un son Manum umatera Ut ahi Togu T
n adalah seb II Immanu MP II Imman MA Negeri II inyur (S1) I aduate Dipl dney, Austra aster in Arch dney, Austra engikuti Pro udi Pengelo matera Utar at pekerjaan niversitas Su DAFT mpak Siah ara. Anak Tua Siahaa
bagai beriku el Medan, t nuel Medan II Jakarta, t Institut Tekn loma in To
alia tamat ta hitecture D alia tamat 1 ogram Dok olaan Sumb ra sejak Apr n sebagai st umatera Ut
TAR RIWA
haan, lahir ketiga dari an dan Dam
ut:
tamat tahun , tamat tahu amat tahun nologi Band own Plannin ahun 1992. esign (M.A 1993. ktor (S3) p ber Daya A
ril (2008). af pengajar ara sejak Ja
AYAT HID
pada tang i pasangan meria br Si
1971 un 1974 1977 dung, tamat ng, Univer Arch), Unive ada Sekola Alam dan L r pada Depa anuari 1987
DUP
gal 27 Nop orang tua imanjutak (
t tahun 1986 rsity of New
ersity of Ne ah Pasca S
Lingkungan artemen Ars sampai sek pember 195 Kol. Pol. (Alm.). Riw 6
w South W ew South W arjana, Pro n di Unive sitektur, Fak karang. 58 di Purn. wayat Wales, Wales, ogram ersitas kultas
(10)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACK ... . iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR DIAGRAM ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 8
1.4. Manfaat Penelitian ... 9
1.4.1. Manfaat Praktis ... 9
1.4.2. Manfaat Teoritis ... 10
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 10
1.6. Sistematika Penelitian ... 11
1.7. Kerangka Berpikir ... 13
BAB II STUDI PUSTAKA ... 15
2.1. Emisi CO2 pada Sistem Perumahan Perkotaan ... 15
2.2. Kota Berkelanjutan ... 19
2.3. Ekosistem Kota ... 24
2.4. Sistem Perumahan Perkotaan di Indonesia ... 29
2.5. Emisi CO2 pada Perumahan Sederhana Perkotaan ... 41
2.6. Model Sistem Interrelasi pada Perumahan Sederhana Perkotaan ... 46
BAB III METODE PENELITIAN 49 3.1. Metode Penelitian ... 49
3.2. Tahapan Penelitian ... 52
3.2.1. Teknik Pengumpulan Data ... 52
3.2.2. Penentuan Lokasi Penelitian ... 58
3.2.3. Penentuan Populasi dan Sampel ... 59
3.2.4. Pengolahan Data ... 63
3.3. Langkah-Langkah Pembuatan Model ... 63
3.4. Uji Keabsahan ... 65
BAB IV SISTEM PERUMAHAN SEDERHANA DAN KEHIDUPAN PERUMAHAN PERKOTAAN DI PERUMAHAN GRIYA MARTUBUNG I MEDAN ... 67
4.1. Gambaran Umum Penyelenggaraan Perumahan dan Kehidupan Perkotaan di Perumnas Martubung I Medan ... 67
(11)
Martubung I Medan ... 77
4.1.3. Aspek Lingkungan Sekitar Perumnas Griya Martubung I Medan ... 82
4.1.4. Perubahan Rumah di Perumnas Martubung I ... 85
4.1.5. Material Bangunan ... 94
4.1.6. Dinamika Penghuni Perumnas Martubung I ... 97
4.1.7. Aksesibilitas Penghuni Perumahan ... 102
4.1.8. Sistem Utilitas di Perumahan Griya Martubung I .... 106
4.1.9. Ruang Terbuka Hijau ... 107
4.1.10. Kolam Buatan ... 110
4.1.11. Undang-Undang dan Pengaturan Penyelenggaraan Perumahan ... 112
4.2. Emisi CO2 di Perumahan Griya Martubung I Medan ... 117
4.2.1. Perkiraan Emisi CO2 Akibat Dinamika Perubahan Rumah ... 118
4.2.2. Sistem Interrelasi Penyelenggaraan Perumahan Sederhana Griya Martubung I Medan dalam Menghasilkan Emisi CO2 ... 120
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 126 5.1. Dinamika Sub-Sistem Lingkungan Penunjang Perumahan di Perumnas Griya Martubung I Medan ... 127
5.1.1. Perubahan Rumah di Perumahan Griya Martubung I Medan ... 129
5.1.2. Keterkaitan Rumah dan Penghuni Rumah ... 133
5.1.3. Keterkaitan Pendapatan Penghuni Rumah dengan Perubahan Rumah ... 136
5.1.4. Peranan Penghasilan Penghuni dalam Pemilihan Material Bangunan ... 138
5.1.5. Pengaruh Pendidikan Penghuni Rumah dengan Perubahan Rumah ... 139
5.1.6. Keterkaitan Materi Bangunan dengan Penghuni Rumah ... 140
5.1.7. Keterkaitan Rumah dan Tata Letak Bangunan ... 141
5.1.8. Keterkaitan Rumah dengan Jarak antar Bangunan .. 145
5.1.9. Keterkaitan Rumah dengan Iklim ... 148
5.1.10. Keterkaitan Iklim dengan Kepadatan Bangunan pada Perumahan Sederhana Perkotaan Rendah Emisi CO2 ... 150
5.1.11. Peranan Jarak Antara Bangunan dengan Kepadatan Bangunan dalam Pengendalian Emisi CO2 ... 153
5.1.12. Pengendalian Sub-Sistem Lingkungan Penunjang Perumahan Sebagai Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Emisi CO2 ... 156
5.2. Dinamika Sub-Sistem Lingkungan Pendukung Kehidupan Perumahan di Perumnas Martubung I Medan ... 160 5.2.1. Pengaruh Dinamika Struktur Ruang Terhadap
(12)
Aksesibilitas ... 160 5.2.2. Pengaruh Aksesiblitas Terhadap Utilitas Perumahan 164 5.2.3. Pengaruh Hirarki Jalan Terhadap Aksesibilitas di
Perumahan Griya Martubung I Medan ... 167 5.2.4. Pengaruh Aksesibilitas Terhadap Masyarakat dan
Lingkungan Sekitar Perumahan Griya Martubung I.. 168 5.2.5. Keterkaitan Antara Masyarakat dan Lingkungan
Sekitar dengan Seluruh Fasilitas Penunjang
Kehidupan Perumahan Griya Martubung I ... 170 5.2.6. Pengaruh Sistem Jaringan Jalan dan Saluran
dengan Lanskap Terhadap Timbulan Emisi CO2 ... 172 5.2.7. Keterkaitan Ruang Terbuka Hijau dengan Jalan dan
Saluran ... 173 5.2.8. Pengaruh Ruang Terbuka Hijau Dalam Pencegahan
dan Penanggulangan Emisi CO2 di Perumahan
Griya Martubung I Medan ... 175 5.2.9. Keterkaitan Antar Ruang Terbuka Hijau dengan
Kolam Buatan ... 178 5.2.10 Pengaruh Ruang Terbuka Hijau Terhadap Penghuni
dan Masyarakat Sekitar di Perumnas Martubung I .. 179 5.2.11. Pengendalian Sub-Sistem Lingkungan Penunjang
Kehidupan Perumahan sebagai Upaya Pencegahan
dan Penanggulangan Emisi CO2 ... 182 5.3. Dinamika Sub-Sistem Norma Kehidupan Perumahan di
Perumahan Griya Martubung I Medan ... 185 5.3.1. Pengaruh Perilaku dan Gaya Hidup Terhadap
Peningkatan Emisi CO2 ... 185 5.3.2. Peraturan dan Kebijakan sebagai Pengendali
Dinamika Perubahan Perumahan dan Kehidupan di
Perumahan Griya Martubung I Medan ... 187 5.3.3. Izin Mendirikan Bangunan sebagai Instrumen
Pengendalian Emisi CO2 di Perumahan Griya
Martubung I Medan ... 192 5.3.4. Pengendalian Sub-Sistem Norma Kehidupan
sebagai Upaya Pengurangan Emisi CO2 di
Perumahan Sederhana ... 197 5.4. Model Pengendalian Emisi CO2
di Perumahan Griya Martubung I Medan ... 200
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 214
6.1. Kesimpulan ... 214 6.2. Saran ... 216 DAFTAR PUSTAKA ... 218
(13)
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
2.1. Kerangka Kerja dalam Mempelajari Skala Gangguan pada
Lingkungan Kota ... 27
2.2. Faktor Emisi Bahan Bakar ... 42
2.3. Kebutuhan Bahan Bangunan per Tipe Rumah ... 43
2.4. Pembuatan dan Besar Emisi CO2 Tiap Bahan Bangunan ... 44
3.1. Klasifikasi Data Dasar, Sosial, Budaya, dan Ekonomi ... 56
3.2. Klasifikasi Data Dinamika Kehidupan Perumahan ... 57
3.3. Penentuan Sampel Penghuni Rumah ... 62
4.1. Pembagian Peruntukan Lahan di Perumahan Griya Martubung I ... 73
4.2. Kaitan Fasilitas Umum dan Timbulan CO2 di Perumnas Martubung I 76 4.3. Pengaruh Perancangan Lahan Perumahan Griya Martubung I Terhadap Penghuni Rumah ... 78
4.4. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk per Kelurahan di Kecamatan Medan Labuhan ... 83
4.5. Interaksi Perumahan dengan Kawasan Sekitar Perumnas Martubung I Medan ... 84
4.6. Jumlah Rumah Terbangun ... 85
4.7. Rekapitulasi Perubahan Fisik Rumah Menurut Tipe Rumah ... 90
4.8. Faktor Pendorong Perubahan Rumah ... 90
4.9. Perubahan Material Bangunan Menurut Tipe Rumah ... 96
4.10 Jumlah Rumah dan Jumlah Keluarga ... 97
4.11 Kebutuhan Luas RTH ... 108
4.12. Data Luas RTH, Luas Perumahan, Luas Rumah, dan Jumlah Penghuni Rumah ... 109
(14)
4.13. Undang-Undang dan Peraturan Berkaitan dengan Penyelenggaraan
Perumahan Sederhana di Kota Medan ... 115
4.14. Jumlah Emisi CO2 Akibat Perombakan Rumah ... 120
4.15. Peranan Komponen-Komponen Sistem Lingkungan Perumahan dalam Menghasilkan Emisi CO2 ... 122
5.1. Matriks Faktor Pendorong Perubahan Rumah ... 132
5.2. Matriks Keterkaitan antara Penghuni Rumah dengan Perubahan Rumah yang Terjadi ... 134
5.3. Matriks Pengaruh Pendapatan dan Perubahan Rumah ... 137
5.4. Matriks Pilihan Rumah dengan Latar Belakang Pendidikan ... 139
5.5. Hubungan Perubahan Material dengan Penghuni ... 140
5.6. Matriks Fungsi RTH dan Manfaat pada Kawasan Perumahan Griya Martubung I Medan ... 174
5.7. Matriks Perilaku dan Gaya Hidup dengan Perubahan Rumah dalam Menghasilkan Emisi CO2 di Perumnas Martubung I Medan ... 186
5.8. Matriks Kebijakan Penyelenggaraan Perumahan Sederhana dalam Mencegah dan Menanggulangi Emisi CO2 di Perumahan Griya Martubung I Medan ... 189
5.9. Matriks Efektifitas Pelaksanaan Kebijakan Penyelenggaraan Perumahan Sederhana ... 191
(15)
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
1.1. Kerangka Pemikiran ... 14
2.1. Grafik Emisi CO2 Nasional ... 18
2.2. Kota Berkelanjutan sebagai Perpotongan dari Dua Phenomena ... 21
2.3. Komponen-Komponen Biosoma ... 23
2.4. Konsep Kerja Ekosistem Kota ... 29
2.5. Dimensi Berkelanjutan Penyelenggaraan Perumahan Perkotaan di Indonesia ... 31
2.6. Tiga Dimensi Berkelanjutan ... 34
3.1. Analisis Data Model Interaktif ... 52
3.2. Lokasi Perumnas Martubung I Medan ... 58
3.3. Lokasi Populasi Sampel ... 60
4.1. Peta Lokasi Perumnas Martubung di Kota Medan ... 68
4.2. Gambar Situasi Lokasi Perumnas Martubung I Medan ... 69
4.3. Beberapa Fasilitas Lingkungan Penunjang Kehidupan di Perumnas Martubung I Medan ... 70
4.4. Pembagian Peruntukan Lahan di Perumnas Martubung I ... 74
4.5. Perkembangan dan Pertumbuhan Bangunan Jasa dan Perdagangan di Perumahan Griya Martubung I ... 75
4.6. Kecamatan Medan Labuhan ... 82
4.7. Kolam Buatan Seluas 9 Hektar (Ha) ... 111
5.1. Tata Letak Rumah Tipe RSh 29/75 ... 142
5.2. Tata Letak Rumah Tipe RSh 36/84 ... 143
(16)
5.4. Tata Letak Rumah Tipe RSh 54/153 ... 145
5.5. Dinamika Perubahan Jarak Akibat Pengembangan Rumah ... 147
5.6. Stuktur Ruang Kawasan dan Aksesibilitas ... 162
5.7. Sistem Utilitas di Perumahan Griya Martubung I Medan ... 166
5.8. Suasana Ruang Terbuka di Perumnas Martubung I ... 177
5.9. Ketidakseimbangan dalam Upaya Pengendalian Emisi CO2 dalam Berbagai Tingkat Pengelolaan Pemerintahan ... 193
5.10. Model Skematis Tata Letak Rumah pada Satu Blok Perumahan ... 211
5.11. Penampang Melintang Model Skematis Tata Letak Rumah pada Satu Blok Perumahan ... 212 5.12. Penambahan Luas Rumah Secara Vertikal ... 213
5.13. Pengendalian Jarak Antar Bangunan, Persentasi RTH, Akses, dan Utilitas Perumahan ... 213
(17)
DAFTAR DIAGRAM
No. Judul Halaman
2.1. Sumber Emisi dalam Penyelenggaraan Perumahaan ... 47
4.1. Perubahan Fisik Rumah di Perumnas Martubung I ... 87
4.2. Perubahan Fisik Berdasarkan Tipe Rumah ... 88
4.3. Proses Perubahan Penurunan Kualitas Perumahan ... 92
4.4. Pertambahan Luas Rumah Setelah Pengembangan Rumah ... 93
4.5. Persentasi Pertambahan Luas Rumah ... 94
4.6. Jumlah Anggota Keluarga ... 98
4.7. Pekerjaan Penghuni Rumah ... 99
4.8. Sebaran Pendidikan Penghuni Rumah ... 100
4.9. Penghasilan Penghuni ... 101
4.10. Lama Menghuni di Perumnas Martubung I Medan ... 102
4.11. Moda Transportasi Penghuni ... 104
4.12. Jarak Rumah ke Tempat Kerja... 105
4.13. Jarak Tempuh dari Rumah ke Sekolah ... 105
4.14. Penggunaan Daya Listrik ... 107
4.15. Perbandingan RTH Rumah dengan Luas Tapak Rumah ... 109
4.16. Problem Pengaturan Hukum dan Kebijakan Pembangunan Perumahan ... 114
4.17. Posisi Undang-Undang, Pengaturan Hukum dan Kebijakan Pembangunan Perumahan ... 116 5.1. Skema Keterkaitan Penghasilan Penghuni Rumah dan Pemilihan
Material Bangunan serta Emisi CO2 ... 138
(18)
5.2. Hubungan antar Komponen Sub-Sistem Lingkungan Penunjang
Perumahan Griya Martubung I Medan ... 158 5.3. Efektifitas Konsumsi Energi dan Emisi CO2 di Perumahan Griya
Martubung I Medan ... 165 5.4. Skema Pengurangan Emisi CO2 Melalui Kebijakan Optimalisasi
Pengelolaan dan Pengendalian RTH ... 181 5.5. Hubungan antar Komponen Sub-Sistem Lingkungan Penunjang
Kehidupan Perumahan Griya Martubung I Medan... 183 5.6. Peran dan Kedudukan IMB dalam Sistem Penyelenggaraan
Perumahan Sederhana Perkotaan Rendah Emisi CO2 ... 194 5.7. Empat Aspek Pengawasan Kebijakan Pemerintah dalam
Penyelenggaraan Perumahan Sederhan Perkotaan ... 196
5.8. Hubungan Antar Komponen Sub-Sistem Norma Kehidupan
Perumahan Griya Martubung I Medan ... 199 5.9. Kerangka Kerja Pengendalian Emisi CO2 pada Perumahan
Sederhana Perkotaan ... 201 5.10. Skema Model Pencegahan Emisi CO2 di Perumahan Griya
Martubung I Medan ... 204 5.11. Skema Model Penanggulangan Emisi CO2 di Perumahan Griya
Martubung I Medan ... 205
(19)
No. 1. Ba 2. Ba 3. Da 4. Ga 5. Spe
Gri 6. Jum 7. Per 8. Est
ahan Kuosio ahan Observ ata Survey... ambar Tipe R
efifikasi Te iya Martubu mlah Unit R rsentasi Per timasi Emis
DA
oner ... vasi ... ... Rumah ... eknik dan Fa
ung I ... Rumah Terb rubahan Fisi si CO2 Akib
AFTAR LAM
Judul ... ... ... ... asilitas serta
... bangun di Pe
ik Rumah d bat Peromba
MPIRAN
... ... ... ... a ROW dan ... erumnas M di Perumnas
akan Menur
... ... ... ... n GSB di Pe
... artubung I . s Griya Mar rut Tipe Rum
Hala ... ... ... ... erumnas
... ... rtubung I .. mah ...
aman 227 229 232 247
251 253 254 255
(20)
M Sejak tahun 200 rumah bai perombak kontruksi, timbulan C juga oleh dan pena pengendal penyeleng Griya Ma pengetahu berhubung perumahan wawancar kepentinga emisi CO interaksi-i perumahan sederhana interaksi a sebab-akib Selanjutny kebijakan Implemen dikembang perkotaan Kata kunc MODEL PE DALAM PERK k dibangun 09 kurang le ik berupa r kan rumah i konstruksi CO2 ternyat seluruh asp anggulangan lian emisi ggaraan per artubung I uan tentang gan dengan n sederhana ra mendala
an. Dari a O2 dalam s
interaksi b n sederhan a, dan sub-s
antar komp bat serta l ya bagan m
pengendal ntasi dari
gkan dalam rendah emi
ci : pengend rumah, p
ENGENDA SISTEM P KOTAAN B
tahun 1995 ebih 89 pers restorasi, re ini mengha i dan pasca ta tidak han pek pemanf n dampak
CO2 dila rumahan da
Medan. Pe g berbagai n timbulan a diteliti me am, observ analisa kom
sistem peru berbagai k na, sub-siste sistem norm ponen ketig logika inte model yang lian perum model ke m praktek p
isi CO2. dalian, emisi perkotaan ALIAN PE PERUMAH BERBASIS ABSTR
5, kurun wa sen rumah t enovasi, ata asilkan emis a konstruksi nya dihasilk faatan ruang emisi gas akukan den an kehidupa enelitian ku i kompo
emisi CO elalui fenom asi, dan d mponen dip umahan G komponen; em lingkun ma kehidup ga sub-sist eraksi dan
g ada dap mahan seder
ebijakan p perancangan karbondiok RUMAHA HAN BERK RENDAH RAK aktu antara telah melak aupun rekon
si CO2 mel i. Berbagai kan dari pros g pada peru s rumah k ngan mem an perkotaa ualitatif dila
onen peran O2. Masing-menologikal diskusi terh peroleh pen Griya Martu sub-sistem ngan penunj pan perumah em diperol karakter m at ditransfo rhana perk pengendalia n perumaha ksida, perum AN SEDERH KELANJUT H EMISI CO
tahun 2000 kukan berba nstruksi ban lalui aktifit studi menu ses konstruk umahan. Un kaca ini m mpelajari d
n di Perum akukan untu ncangan pe -masing ko l analisis de hadap berb ngetahuan b ubung I d m lingkun jang kehidu han sederh leh model b
masing-mas ormasikan kotaan rend an ini dih an sederhan
mahan sederh
HANA TAN O2
0 sampai de agai peromb ngunan. Se as-aktifitas; unjukkan b ksi semata t ntuk penceg maka kebij dinamika s mahan Seder uk mendap erumahan omponen s engan melak bagai pema bahwa timb dipengaruhi ngan penun upan perum
ana. Dari b bagan hubu sing komp
kedalam m dah emisi harapkan na berkelan hana, peruba engan bakan eluruh ; pra-bahwa tetapi gahan ijakan istem rhana patkan yang istem kukan angku bulan oleh njang mahan bagan ungan onen. model CO2. dapat njutan
(21)
Sin approxima form of re renewal constructi CO2 emiss also by a control the emissions the Simple gain know CO2 emis Martubung conducting stakeholde generation influenced supporting housing, a interaction causal rel character simple mo control po sustainabl Keyword urban CONT S
ce it was ately 89 per estoration, r
resulted i ion and pos sion was n all aspects
e impact of is done by s e Housing G wledge abou
ssions gener g I Meda g in-depth ers. From t n of CO2 d by the int
g low-incom and sub-sy n between lationships of each co odel of urba
olicy model le urban des
: control,
TROL MOD SIMPLE H
ON L
built in rcent of hou
renovation, in CO2 e st construct not only ge of the utiliz f greenhouse studying the Griya Martu ut the variou ration. Each an is inves interviews the analysis emissions teractions th me housing, ystem of re the compo diagram m mponents. N an housing l is expecte sign of
low-carbondiox
DEL IN UR HOUSING S
LOW CO2 E
ABSTRA
1995, the uses have be
or reconst missions t tion. Variou enerated fro ization of sp
e gas emiss e dynamics ubung I Med
us compone h componen stigated th s, observat s of the com
in the Gr he various sub-system esidential lif
nents of th model causa
Next, the ch policy of l ed to be a s
-income hou xide emissi RBAN SUS SYSTEM B EMISSION ACT
e period b een doing v truction of b through ac us studies s
om the con space in the
ions then th of systems dan. Qualit ents of the d nt of a simp hrough fen tion, and mponents o riya Martub components ms environm ife norms. he three sub
al relations hart models low CO2 em
significant using low C
on, simple STAINABLE BASED N between 20 various hom
buildings. T ctivities; p show that th nstruction p
e housing. he policy of of housing tative resear design of ho ple housing
omenologic discussion btained kno bung I hou s; sub-syste ment life supp
From the b-systems, ships, intera
s can be tra missions. Im advance in CO2 emission
housing, h
E
000 until me renewal i The whole h pre-construc he generati process itsel
To preven f controlling
and urban l rch conduct ousing relat system at G cal analysi
of the va owledge tha
using syste ems environ pport low-in diagram of it is obtain action logic ansformed i mplementati n the practi
ns. house chan 2009 in the house ction, ion of lf but t and g CO2 life in ted to ted to Griya is by arious at the em is nment ncome of the ned a c and into a ion of ice of nging,
(22)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada tahun 2010 diperkirakan 80% penduduk negara-negara industri maju tinggal di perkotaan yang melahirkan kota-kota “megacity”, kota dengan populasi di atas 10 juta jiwa penduduk (Montgomery, et al., 2003). Tingginya populasi penduduk perkotaan jelas membutuhkan penyelenggaraan perumahan dalam jumlah yang sangat besar. Kebutuhan pembangunan perumahan baru dikuti dengan kecenderungan pengurangan luasan lahan dan rata-rata bangunan, disertai tingkat pertumbuhan urbanisasi yang cukup besar dan harapan usia penduduk yang bertambah, secara keseluruhan membutuhkan penyelenggaraan perumahan berkelanjutan yang tidak merusak lingkungan, kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya (Bhatti dan Dixon, 2003). Sejalan dengan itu, pengurangan emisi CO2 secara masif untuk menstabilkan iklim global perlu dilakukan agar kegiatan-kegiatan kemanusian; ekonomi, sosial, dan budaya berkesinambungan (Suhedi, 2007; Loh et al., 2008; Stanley, 2008).
Gaya hidup perkotaan terutama berbagai aktifitas perkotaan modern seperti; beragam fungsi bangunan dan transportasi menghasilkan emisi CO2 ke udara serta menyebabkan kenaikan 70 % temperatur bumi antara tahun 1970 sampai dengan tahun 2004 (Astuti, 2005; Stanley, 2009). Saat ini mengikutkan konsep berkelanjutan dalam semua sub-sistem masyarakat global telah menjadi dan akan terus menjadi tujuan penting pembangunan baik di sektor publik maupun sektor privat (Cabezas, et al., 2003). Indonesia berkewajiban untuk melaksanakan salah
(23)
satu agenda global yaitu Agenda 21 bidang perumahan yang mempersyaratkan penerapan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan secara bertahap (KSNPP, 2002). Sejalan dengan itu, sesuai dengan Protokol Kyoto Indonesia berusaha
membatasi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) terutama melalui upaya untuk mengurangi penyebaran emisi CO2 ke udara (Murdiyarso, 2007).
Hal yang dimaksud dengan perumahan berkelanjutan dalam penelitian ini adalah perumahan yang memiliki dampak negatif lingkungan, sosial, dan ekonomi minimal dalam hubungannya dengan perubahan iklim (gas rumah kaca); kualitas udara, air, dan tanah; kebisingan; bau, penggunaan bahan-bahan tidak dapat diperbaharui; dan keaneka-ragaman hayati. Perumahan yang memiliki dampak negatif lingkungan, sosial, dan ekonomi minimal berkaitan erat dengan aspek-aspek perancangan rumah berkelanjutan seperti; ketinggian bangunan, denah bangunan, sistem ventilasi udara, pola jalan perumahan, pedestrianisasi, ruang terbuka hijau, danau/kolam buatan, garis sempadan bangunan, material bangunan, luasan bidang bukaan vertikal, penggunaan energi minimal untuk menunjang aktifitas rumah tangga, lokasi bangunan, perbandingan antara luas rumah dengan lahan terbuka hijau (Priemus, 2005; Puslitbangkim, 2007).
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan (KSNPP, 2002). Oleh sebab itu, keberhasilan penyelenggaraan perumahan sangat ditentukan oleh kualitas rumah, jenis dan kualitas material yang digunakan, jumlah dan jenis ruangan yang tersedia. Sementara, perumahan sederhana di Indonesia dirancang dengan menggunakan standar minimal untuk memenuhi kebutuhan dasar penghuni (Keputusan Menteri Kimpraswil, 2002). Hal
(24)
ini belum dapat memenuhi kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat (Undang-Undang No. 1 Tahun 2011, tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman pasal 3), dengan tetap memperhatikan segala aspek yang muncul secara holistik dan terintegrasi (Syahrin, 2003).
Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman (Puslitbangkim) Bandung mengungkapkan bahwa proses penyelenggaraan perumahan sederhana mulai dari tahapan pembuatan bahan bangunan, tahapan pelaksanaan konstruksi sampai dengan tahapan pengembangan perumahan, keseluruhan proses tersebut menghasilkan emisi CO2 (Puslitbangkim, 2005). Oleh karena itu, agar dapat mengendalikan emisi CO2 pada penyelenggaraan perumahan, pencegahan dan penanggulangan meningkatnya emisi CO2 dapat dilakukan mulai dari penentuan material bangunan, penentuan lokasi bangunan; perbandingan antara luas rumah dengan lahan terbuka hijau, penataan ulang ruang kawasan, sampai ke skala perkotaan seperti pembuatan kebijakan, aksesibilitas dan sarana-prasarana. Akan tetapi, penyelenggaraan perumahan sederhana umumnya mengabaikan sistem pencegahan dan penanggulangan emisi CO2 tersebut.
Emisi CO2 pada penyelenggaraan perumahan sederhana dapat juga dicegah dan ditanggulangi melalui berbagai pendekatan rancangan seperti pengaturan; sistem ventilasi udara, ketinggian bangunan, luasan bidang bukaan vertikal, denah bangunan, koefisien dasar bangunan, persentase peruntukan lahan, sistem sirkulasi perumahan, ruang terbuka hijau, garis sempadan bangunan, dan penggunaan energi minimal untuk menujang aktifitas rumah tangga (Syahrin, 2003; Budihardjo, 2005; Dewi, dan Sudjono, 2007).
(25)
Berbagai studi untuk memprediksi dan mengurangi emisi CO2 ke udara berkaitan dengan perubahan iklim dan lingkungan binaan telah dilakukan khususnya pada penyelenggaran perumahan perkotaan (Klunder, 2004; Jabareen, 2006; Zubaidah, 2007; Suhedi, 2007; Gupta, 2009). Emisi ini sebagian dihasilkan dari pemakaian bahan bakar fosil selama konstruksi, dan sebagian berhubungan dengan pabrikasi dan transportasi bahan-bahan konstruksi (Yudhi dan Sudjono, 2007; Dewi dan Sudjono, 2007). Selain itu, kegiatan rumah tangga juga melepaskan gas CO2 ke udara terutama melalui pemakaian energi yang bersumber dari pembakaran bahan bakar dan penggunaan listrik (Firth dan Lomas, 2009). Lebih jauh, sirkulasi lalu lintas pada perumahan dan perubahan gaya hidup juga memberikan kontribusi pada meningkatnya timbulan emisi CO2 ke udara (Puslitbangkim, 2007).
Penelitian ini membangun suatu model pengendalian perumahan sederhana dalam sistem perumahan berkelanjutan perkotaan berbasis rendah emisi CO2 di kota Medan. Perumahan Martubung I Medan dipilih sebagai objek penelitian ini agar didapat suatu pengetahuan (knowledge) tentang perilaku berbagai hubungan yang kompleks dari komponen-komponen; sub-sistem lingkungan penunjang perumahan, sub-sistem lingkungan penunjang kehidupan perumahan, dan juga sub-sistem norma kehidupan perumahan dalam menghasilkan emisi CO2. Hal yang dimaksud dengan pengendalian pada penelitian ini adalah semua instrumen pengelolaan lingkungan baik itu berupa upaya pencegahan maupun penanggulangan manusia atas pemanfaatan suatu ekosistem perumahan sedemikian agar dampak-dampak peningkatan emisi CO2 dapat berkurang dan pemanfaatan atau pemakaian ekosistem perumahan berkelanjutan.
(26)
Penelitian yang dilakukan Ellyta (2008) menunjukkan bahwa terdapat tiga kategori perubahan bentuk rumah umumnya dilakukan penghuni di Perumahan Griya Martubung I Medan yaitu; misalnya pada rumah tipe RSh 29, RSh 36, perubahan terutama dilakukan pada ruang dapur dan ruang makan. Sementara itu, perubahan fungsi ruang umumnya dilakukan pada ruang tamu yang diubah jadi ruang keluarga. Selanjutnya, perubahan elemen rumah terutama dilakukan dengan melakukan perubahan elemen lantai. Perubahan elemen lantai ini kebanyakan berupa penggantian lantai semen menjadi lantai keramik serta dikuti oleh perubahan pintu, jendela, kolom (Ellyata, 2008). Seluruh perubahan ini tentu menghasilkan emisi CO2 cukup besar mulai dari pembuatan material bangunan, distribusi bahan bangunan, jumlah pekerja yang terlibat, transportasi dan kegiatan rumah tangga sehari-hari (Puslitbangkim, 2007).
Untuk mengurangi emisi CO2 pada penyelenggaraan perumahan sederhana maka dibutuhkan instrumen pengendalian perumahan berkelanjutan perkotaan berbasis rendah emisi CO2. Adanya hubungan-hubungan yang sangat kompleks diantara parameter-parameter lingkungan, ekonomi, serta sosial yang beroperasi dalam sistem penyelenggaraan perumahan perkotaan modern tentu menyebabkan sistem pengendalian perumahan menjadi sangat dinamis sejalan dengan perjalanan waktu. Penelitian kualitatif dilakukan untuk membangun suatu model pengendalian perumahaan sederhana dalam sistem perumahan berkelanjutan perkotaan berbasis rendah emisi CO2.
Penelitian ini berangkat dari pemahaman adanya hubungan-hubungan yang sangat kompleks diantara seluruh komponen sub-sistem perumahan sederhana yaitu; sub-sistem lingkungan penunjang perumahan, sub-sistem lingkungan
(27)
penunjang kehidupan perumahan, dan sub-sistem norma kehidupan perumahan yang menghasilkan timbulan emisi CO2 ke udara dalam penyelenggaraan perumahan sederhana dalam sistem perumahan perkotaan. Pemahaman hubungan yang saling berkaitan ini membentuk suatu pengetahuan tentang mengapa perumahan sederhana perkotaan menghasilkan emisi CO2 yang cukup besar. Oleh karena itu melalui model pengendalian perumahan sederhana ini nantinya akan mampu membuat strategi bagi kebijakan melalui kemungkinan skenario-skenario inovatif dan orisinal yang dapat mengurangi emisi CO2 sambil dapat mengurangi penggunaan sumber-sumber daya yang tidak dapat diperbaharui, dan mampu memenuhi target-target pertumbuhan ekonomi, serta memenuhi kebutuhan sosial.
1.2. Rumusan Masalah
Pada penyelenggaraan perumahan sederhana tiap-tiap unit rumah belum dapat menurunkan emisi CO2 ke udara walaupun menggunakan material lokal rendah emisi CO2, dengan desain sistem sirkulasi udara maksimal serta memanfaatkan cahaya alami. Berbagai ideologi, preferensi, sikap estetika yang terdapat dalam masyarakat di Perumahan Griya Martubung I Medan ternyata juga turut menentukan pertumbuhan dan perkembangan fisik yang terjadi pada setiap unit rumah. Hal ini pada akhirnya meningkatkan timbulan emisi CO2 di udara. Oleh karena itu dalam upaya mencegah dan menanggulangi timbulan emisi CO2 pada perumahan sederhana dibutuhkan suatu model pengendalian emisi CO2.
Model pengendalian perumahan sederhana perkotaan rendah emisi CO2 dibangun dengan mempertimbangkan interaksi diantara komponen-komponen sub-sistem lingkungan penunjang perumahan, sub-sistem lingkungan penunjang kehidupan perumahan, dan juga sub-sistem norma kehidupan dari Perumahan
(28)
Sederhana Martubung I Medan. Beberapa komponen dari ketiga sub-sistem tersebut antara lain misalnya; ketinggian bangunan, denah bangunan, sistem ventilasi udara, pola jalan perumahan, utilitas, pedestrianisasi, ruang terbuka hijau, garis sempadan bangunan, material bangunan, luasan bidang bukaan vertikal, penggunaan energi dari aktifitas rumah tangga, lokasi bangunan, perbandingan antara luasan rumah dengan lahan terbuka hijau. Selanjutnya, model ini juga dibuat dengan mempertimbangkan pandangan pemangku kepentingan perumahan sederhana terutama penghuni perumahan dalam sistem perumahan berkelanjutan perkotaan.
Memahami hubungan antar komponen dari ketiga sub-sistem perumahan sederhana di Perumahan Griya Martubung I Medan yang dikenali dapat mengurangi emisi CO2 menjadi penting terutama dalam upaya membangun model pengendalian perumahan sederhana dalam sistem perumahan berkelanjutan perkotaan berbasis rendah emisi CO2. Masing-masing komponen akan saling berinteraksi dan mempengaruhi dalam menghasilkan emisi CO2. Oleh karena itu, perlu diteliti perumahan sederhana di Perumnas Griya Martubung I Medan untuk menjelaskan interaksi antar komponen sistem perumahan dalam menghasilkan emisi CO2 pada perumahan sederhana perkotaan.
Dari penelitian ini dapat dibangun model yang menggambarkan fakta-fakta baru sejauh mana interaksi sistem antar komponen dari ketiga sub-sistem lingkungan perumahan sederhana di Perumahan Griya Martubung I Medan dapat membentuk sistem pengendalian perumahan berkelanjutan perkotaan rendah emisi CO2. Selanjutnya dapat diusulkan strategi pengendalian perumahan
(29)
sederhana perkotaan yang sesuai untuk menunjang pembangunan berkelanjutan dengan aktifitas kehidupan perumahan sederhana rendah emisi CO2.
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana interrelasi komponen-komponen sistem perumahan sederhana dalam membentuk perumahan sederhana rendah emisi CO2?
2. Bagaimana peranan komponen-komponen sistem perumahan sederhana dalam mencegah dan menanggulangi emisi CO2?
3. Bagaimana model pengendalian perumahan sederhana menggambarkan interrelasi komponen-komponen sistem perumahan sederhana yang dapat mencegah dan menanggulangi emisi CO2?
4. Bagaimana model pengendalian perumahan sederhana berbasis rendah emisi CO2 dapat menunjang pembangunan berkelanjutan?
5. Bagaimana sistem evaluasi model pengendalian perumahan sederhana berkelanjutan rendah emisi CO2 yang efektif?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan upaya mencapai keseimbangan antara kebutuhan-kebutuhan konservasi lingkungan, kemajuan ekonomi, dan kesejahteraan sosial melalui pembentukan model pengendalian perumahan sederhana pada sistem perumahan berkelanjutan perkotaan berbasis rendah emisi CO2. Oleh karena itu, dalam tahapan pembuatan model, kriteria, indikator-indikator, parameter-parameter dan ukuran-ukuran dari kinerja terutama berkaitan dengan penyelenggaraan perumahan yang merefleksikan aspek-aspek lingkungan, sosial dan ekonomi termasuk hubungan antar aspek yang ada dalam
(30)
jangka waktu tertentu diidentifikasi, didefinisikan dan dilibatkan didalam model. Pandangan pemangku kepentingan terutama penghuni rumah berkaitan dengan perumahan berkelanjutan sebanyak mungkin dipahami dan setiap potensi dari berbagai perspektif ini dimasukkan kedalam model yang diciptakan. Namun secara spesifik tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. interrelasi komponen-komponen sistem perumahan sederhana dalam membentuk perumahan sederhana rendah emisi CO2.
2. peranan dari komponen-komponen sistem perumahan sederhana dalam mencegah dan menanggulani emisi CO2.
3. model pengendalian perumahan sederhana yang menggambarkan interrelasi komponen-komponen sistem perumahan sederhana dalam mencegah dan menanggulangi emisi CO2.
4. model pengendalian perumahan sederhana berbasis rendah emisi CO2 yang dapat menunjang pembangunan berkelanjutan.
5. sistem evaluasi pengendalian perumahan sederhana rendah emisi CO2 yang efektif.
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat praktis
- Sebagai acuan dalam merumuskan standar-standar pelayanan prasarana dan sarana perumahan sederhana secara berkesinambungan dengan menjaga kelestarian sumber daya yang tidak dapat diperbaharui.
- Sebagai rujukan dalam merumuskan skenario-skenario inovatif dan rasional upaya mengurangi emisi CO2 pada perumahan sederhana.
(31)
- Sebagai rujukan dalam merumuskan kebijakan pengendalian emisi CO2 perumahan sederhana yang efektif.
- Sebagai acuan dalam mengurangi emisi CO2 pada perumahan sederhana sambil mengurangi penggunaan sumber-sumber daya yang tidak dapat diperbaharui, dan mampu memenuhi target-target pertumbuhan ekonomi dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial.
- Sebagai rujukan dalam mengevaluasi sistem perumahan sederhana berbasis rendah emisi CO2.
1.4.2. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan ilmu manajemen penyelenggaraan perumahan sederhana perkotaan terutama dalam hubungannya dengan aspek, pengendalian emisi CO2, menentukan standar-standar pelayanan prasarana dan sarana perumahan sederhana secara berkesinambungan serta sistem evaluasi pengendalian perumahan sederhana rendah emisi CO2.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada area perumahan di Perumnas Griya Martubung I, Kecamatan Medan Labuhan, Medan. Area perumahan adalah meliputi 12 (dua belas) blok yang terdiri dari hunian rumah sederhana tipe RSh 29, tipe RSh 36, RS 36 dan tipe RS 54 dengan luas keseluruhan area perumahan adalah 106, 31 Hektar. Penelitian ini mencakup pengumpulan data-data kualitatif di Perumahan Griya Martubung I Medan melalui observasi dan interview mendalam berkaitan terutama mengenai: norma-norma pada penyelenggaraan perumahan sederhana, konstruksi perumahan sederhana, latar belakang penghuni, sikap, motif, dan
(32)
perilaku masyarakat terhadap perumahan sederhana di Perumnas Martubung I Medan dalam hubungannya dengan pengurangan emisi CO2.
Analisa dinamika sistem kehidupan sehari-hari masyarakat di Perumnas Griya Martubung I Medan dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor penunjang kehidupan dan keberlanjutan penggunaan perumahan sederhana dalam kurun waktu tahun 2000 samapai dengan 2009. Identifikasi komponen-komponen sub-sistem lingkungan penunjang perumahan, sub-sub-sistem lingkungan penunjang kehidupan perumahan, dan sub-sistem norma kehidupan di Perumnas Martubung I yang menjadi sumber emisi CO2 dilakukan mulai dari kegiatan pra-konstruksi, konstruksi sampai dengan kegiatan pasca-konstruksi. Penelitian ini akan membangun suatu model pengendalian dan mentransformasikan model kedalam kebijakan dan strategi untuk implementasi.
1.6. Sistematika Penulisan
Penelitian ini berdasarkan sistematika penulisan yang dimulai dengan menyajikan upaya pengendalian emisi CO2 untuk mencegah dan menanggulangi dampak-dampak peningkatan emisi CO2 pada lingkungan binaan dalam skala global. Kemudian melihat dampak urbanisasi dalam sistem perumahan perkotaan yang membutuhkan penyelenggaraan perumahan berkelanjutan. Selanjutnya melihat studi- studi yang pernah dilakukan tentang perumahan berkelanjutan dan desain rumah rendah emisi CO2 serta upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap peningkatan emisi CO2 pada penyelenggaraan perumahan sederhana dalam sistem perumahan perkotaan. Berbagai pendekatan terutama berkaitan dengan sistem desain perumahan sederhana seperti misalnya, pemilihan material lokal rendah emisi CO2 ternyata belum mampu mengurangi emisi CO2 di
(33)
perumahan sederhana. Upaya mendapatkan solusi permasalahan diatas dilakukan dengan menggunakan pendekatan model sistem interrelasi melalui pengambilan data kualitatif pada perumahan dan kehidupan perkotaan di Perumnas Griya Martubung I Medan.
Penulisan laporan kemudian membahas berbagai telaah teoritis tentang emisi CO2 akibat penggunaan bahan bakar fosil dari berbagai aktifitas perkotaan manusia modern. Setelah itu, kota berkelanjutan dan paradigma yang dikembangkan untuk memahami dan menghadapi tantangan kota berkelanjutan juga dibahas. Konsep kota sebagai suatu ekosistem selanjutnya dikaji sebagai upaya untuk memahami interaksi antara pengembangan kota dan perubahan lingkungan dimana alam dan manusia ada didalamnya. Lebih jauh, penyelenggaraan perumahan di Indonesia dibahas dalam upaya melihat berbagai perspektif kebijakan publik di sektor perumahan. Lebih lanjut, akan diulas konsep rumah sederhana sehat dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman dan emisi yang dihasilkannya.
Berikutnya dijelaskan metode yang dilakukan dalam penelitian ini. Penulisan kemudian memaparkan gambaran lokasi penelitian yaitu Perumnas Martubung I, di Kecamatan Medan Labuhan, Medan. Gambaran lokasi ini berkaitan dengan kehidupan sehari-hari penghuni, latar belakang pemilihan lokasi, komponen apa saja yang mempengaruhi emisi CO2 pada penyelenggaraan perumahan sederhana perkotaan terutama di Perumnas Martubung I, Medan. Pada akhirnya juga digambarkan dinamika yang berkaitan dengan timbulan emisi CO2 pada sistem penyelenggaraan perumahan sederhana serta model pengendalian emisi CO2. Melalui model yang dibangun maka dapat diketahui komponen
(34)
perancangan perumahan sederhana yang dapat dintervensi untuk pembuatan kebijakan perencanaan perumahan sederhana perkotaan berbasis rendah emisi CO2.
1.7. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran Model Pengendalian Perumahan Sederhana dalam Sistem Perumahan Berkelanjutan Perkotaan Berbasis Rendah Emisi CO2 dapat dilihat pada gambar 1.1.
(35)
PENCEGAHAN
PENANGGULANGAN PENGENDALIAN
MODEL PENGENDALIAN
PERUMAHAN SEDERHANA DALAM SISTEM PERUMAHAN BERKELANJUTAN PERKOTAAN BERBASIS
RENDAH EMISI CO2
KEBIJAKAN PERUMAHAN
SEDERHANA RENDAH
EMISI
CO2
EMISI CO2 EMISI CO2
Lingkungan Penunjang
Perumahan
Lingkungan Penunjang Kehidupan Perumahan Norma
Kehidupan Perumahan
(36)
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Emisi CO2 pada Sistem Perumahan Perkotaan
Pengendalian emisi CO2 pada skala perkotaan, regional dan nasional menjadi tujuan penting dalam dekade terakhir ini untuk mengurangi emisi karbon yang berdampak pada kenaikan iklim global. Dalam upaya pengendalian tersebut maka pemahaman yang lebih baik tentang emisi karbon dalam berbagai skala geographis menjadi prasyarat penting dalam usaha mengelola emisi CO2 di udara. Dalam skala kota ini berarti bahwa pemahaman komprehensif atas penggunaan energi di perkotaan dan emisi CO2, dan lebih jauh pemahaman mendalam atas 2 (dua) sektor terbesar yaitu; lingkungan binaan (bangunan-bangunan termasuk perumahan) dan transportasi serta perlunya dilakukan intervensi teknologi dan perubahan gaya hidup akan menyumbang pengurangan emisi CO2 (Astuti, 2005; Bhattachayya, 2010; Herawati, 2010). Beberapa literatur meyakini bahwa emisi CO2 secara langsung di perkotaan adalah sangat penting akan tetapi emisi tersembunyi yang berasal dari sektor-sektor jasa dan barang adalah juga perlu dicermati serius karena kawasan perkotaan adalah tempat bertumbuh dan berkembangnya berbagai gaya hidup yang melahirkan emisi karbon (Hartfield, 2000; Firth dan Lomas, 2009).
Karbon dioksida (CO2) adalah suatu gas penting dan dalam kadar yang normal sangat bermanfaat dalam melindungi kehidupan manusia di bumi. Komposisi ideal dari CO2 dalam udara bersih seharusnya adalah 314 ppm sehingga jumlah yang berlebihan di atmosfer bumi akan mencemari udara serta
(37)
16
menimbulkan efek gas rumah kaca – GRK (Kirby, 2008). Emisi CO2 berasal dari pembakaran bahan bakar fosil merupakan penyebab terbesar sekitar 50% dari efek GRK (Puslitbangkim, 2005). Umumnya, pencemaran yang diakibatkan oleh emisi CO2 bersumber dari 2 (dua) kegiatan yaitu; alam (natural), dan manusia (antropogenik) seperti emisi CO2 yang berasal dari transportasi, sampah, dan konsumsi energi listrik rumah tangga. Emisi CO2 yang dihasilkan dari kegiatan manusia (antropogenik) konsentrasinya relatif lebih tinggi sehingga mengganggu sistem kesetimbangan di udara dan pada akhirnya merusak lingkungan dan kesejahteraan manusia (Yoshinori, et al., 2009)
Kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang banyak terpusat di daerah perkotaan di Indonesia, telah menyebabkan naiknya populasi penduduk perkotaan (Budihardjo, 2006). Kenaikan ini selanjutnya meningkatkan penggunaan bahan bakar fosil, sumber timbulan emisi CO2 ke udara. Aktifitas penduduk perkotaan ini menyebabkan konsentrasi gas buang seperti CO2 makin bertambah dalam udara ( Wackernagel, N. dan Ress, W. E., 1996). Sumber gas buang atau emisi CO2 di daerah perkotaan ini terkait dengan beragam fungsi bangunan dan aktifitas transportasi (Astuti, 2005). Sementara, sumber emisi CO2 pada perumahan ataupun pemukiman adalah berasal dari konsumsi energi akibat proses pembangunan perumahan yaitu; mulai dari pabrikasi bahan bangunan, konstruksi bangunan, penggunaan energi dari aktifitas domestik, sampai dengan demosili pasca hunian. Oleh karena itu, untuk mengetahui besaran emisi CO2 dari penyelenggaraan perumahan perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi setiap tahapan dalam proses pembangunan perumahan (Zubaidah, 2005).
(38)
17
Sejak tahun 1990 konsentrasi CO2 telah meningkat menjadi 350 ppm naik sebesar 63 ppm dari tingkat yang ada di tahun 1850 sebesar 290 ppm. Apabila digunakan asumsi konsumsi dan pertumbuhan ekonomi sama seperti saat ini maka diperkirakan pada tahun 2100 konsentrasi CO2 adalah sekitar 580 ppm. Industrialisasi dan urbanisasi disertai dengan gaya hidup berbagai kegiatan perkotaan manusia modern telah mempercepat kenaikan timbulan emisi CO2 di atmosfer. Pada dasarnya, penyumbang terbesar emisi CO2 perkotaan modern adalah berasal dari bahan bakar fosil yaitu dari penggunaan; pembangkit listrik, kendaraan, serta akitifitas pembakaran hutan melalui konversi lahan terutama di daerah tropis. Data tahun 1989 menunjukkan sekitar 71 persen sampai dengan 89 persen dari keseluruhan perkiraan emisi CO2 sebesar 5,8 juta ton sampai 8,7 juta ton berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, sementara antara 10 persen sampai 28 persen bersumber dari pembakaran hutan (Puslitbangkim, 2006).
Di Indonesia, emisi CO2 dari sektor rumah tangga, tidak termasuk kendaraan pribadi, memberi sumbangan sebesar 11% dari keseluruhan emisi nasional (Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 2002). Ini belum termasuk emisi tidak langsung dari konsumsi energi listrik pada rumah tangga sebesar 38,6% dari konsumsi energi listrik nasional seperti tampak pada gambar 2.1. Penelitian di Kampung Naga menunjukkan bahwa upaya pengurangan emisi CO2 melalui konstruksi rumah berkaitan langsung dengan perilaku kehidupan masyarakat perumahan melalui aturan yang mengatur tahap pembangunan rumah, sumber material bangunan, pembatasan penggunaan lahan, kendaraan dan peralatan yang digunakan dalam proses konstruksi (Dewi, I.K. dan Sudjono, P. 2007). Akan tetapi, pada penyelenggaran perumahan perkotaan modern, timbulan emisi CO2
(39)
18
Emisi CO2 Nasional
0 50 100 150 200 250
1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000
Ju
ta
T
o
n
Pembangkit Listrik Rumah Tangga & Komersial Industri Transportasi Lainnya
di udara dapat dikendalikan sejak dari proses pra-konstruksi, konstruksi, hingga aktifitas pasca-konstruksi terutama melalui konsumsi energi listrik dan bahan bakar dari keperluan rumah tangga (Priemus, 2005; Suhedi, 2007).
Gambar 2.1 Grafik emisi CO2 Nasional
Sumber: Deptambem ESDM, 2002
Besarnya timbulan emisi CO2 yang bersumber dari energi akibat aktifitas domestik dalam rumah tangga sangat berkaitan erat dengan gaya hidup, budaya, pola kehidupan di rumah masing-masing individu ataupun kelompok masyarakat. Lebih jauh juga, emisi karbon yang berasal dari konsumsi energi rumah tangga atas penggunaan bahan bakar organik (fosil) dan listrik erat berhubungan dengan tingkat penghasilan masyarakat (Bhattacharyya dan Ghoshal, 2010). Selain itu, berbagai aktifitas rumah tangga lainnya seperti membersihkan rumah serta cuci setrika secara kumulatif ikut pula memberi kontribusi bagi besarnya emisi karbon dari penyelenggaraan perumahan. Protokol Kyoto 1997 menekankan perlunya pengurangan emisi sebesar 5,2 persen sebelum tahun 2012 dari tingkat emisi pada
(40)
19
tahun 1990. Sementara, perkiraan emisi CO2 tahun 1990 adalah 105,7 juta ton dimana sebesar 23 persen berasal dari pembangkit energi dan 16 persen dari penyelenggaraan perumahan atau sektor rumah tangga.
Emisi CO2 pada penyelenggaraan perumahan sederhana perkotaan dihasilkan mulai dari proses pembuatan bahan bangunan dan transportasi bahan bangunan, penggunaan peralatan selama proses konstruksi sampai dengan aktifitas rumah tangga ketika rumah dihuni (Yudhi, C.O. dan Sudjono, P. 2007). Oleh karena itu komponen sistem perancangan rumah dapat mempengaruhi peningkatan timbulan karbon apabila terjadi aktifitas perbaikan, perubahan, maupun penambahan luasan bangunan rumah. Selain itu, berbagai kegiatan pemanfaatan fungsi ruang di dalam rumah melalui pengkondisian ruang baik berupa udara maupun cahaya turut juga memberi dampak pada peningkatan emisi CO2.
Beberapa pendekatan pada penyelenggaraan perumahan berkelanjutan perkotaan telah dikembangkan untuk mengurangi timbulan emisi karbon di udara. Hal ini dilakukan dengan misalnya, pertama adalah hemat bahan bangunan yang diarahkan kepada terbentuknya masyarakat “Zero-Emmission” melalui daur ulang material dan bangunan-bangunan tahan lama, atau kedua hemat energi melalui perbaikan sistem bahan dan konstruksi bangunan, dan ketiga adalah melalui optimalisasi sistem jaringan lalulintas perkotaan (Kobayashi, 2010).
2.2. Kota Berkelanjutan
Kota berkelanjutan berkaitan erat dengan kemampuan dari suatu kota bertahan hidup serta tumbuh dan berkembang sejalan dengan populasi penduduk yang terus bertambah akibat urbanisasi (Bugliarello, 1999). Pengertian ini erat
(41)
20
hubungannya dengan pengaruh dari suatu kota terhadap bagian dunia yang lain dan secara diagramatis diilustrasikan pada gambar 2.2 sebagai perpotongan antara urbanisasi dengan dunia berkelanjutan. Biasanya, kemampuan suatu kota bertahan hidup dan memberi kesejahteraan pada penduduknya dalam jangka waktu cukup lama melibatkan berbagai faktor: ekonomi suatu kota; ketersediaan lapangan kerja, perumahan dan berbagai sektor jasa; kesejahteraan dan daya tarik dari lingkungan kota; ketersediaan sumber-sumber air, bahan-bahan pokok, energi; demikian juga tentu ruang-ruang yang memberi peluang terjadinya pertumbuhan (Siregar, Doli, 2004; Budihardjo, 2006).
Ada 3 (tiga) tantangan utama yang dihadapi setiap kota agar dapat menjadi suatu kota berkelanjutan (Shireman, 1992, Thinh et al., 2002):
1. teknis: menemukan sumber-sumber air, menggali dan menciptakan tempat-tempat penimbunan limbah/sampah, mengatasi keterbatasan lahan kota dengan menyediakan lahan untuk pengembangan.
2. sosio-ekonomi: menyediakan lapangan kerja, perumahan, jasa-jasa bagi orang tidak mampu, menghubungkan sistem transportasi dan tata guna lahan, membuat kebijakan-kebijakan yang efektif bagi mendorong pembangunan.
3. biological sphere: dampak dari kehidupan kota terhadap warga kota – dampak jadwal kerja dengan jarak antara hunian dan tempat kerja baik dari segi waktu dan jadwal makan, berkurangnya aktifitas fisik berkaitan dengan transportasi dengan kendaraan motor, makanan cepat saji, penyakit jantung dan obesitas, dampak tingkat kebisingan dengan gangguan pendengaran.
(42)
21
Gambar 2.2 Kota berkelanjutan sebagai perpotongan dari dua phenomena
Sumber: Bugliarello, 2006.
Selanjutnya, Bugliarello (2006) mengembangkan 2 (dua) paradigma untuk memahami dan menghadapi tantangan-tantangan diatas serta seluruh dilema yang terjadi.
a. Paradigma kota sebagai konsentrator
Kota adalah sebagai pusat tempat berkumpulnya (konsentrator) populasi, sumber daya (manusia, material, tata guna lahan, air, dan energi), informasi, ekonomi dan peluang-peluang; demikian juga polusi, disfungsionalitas mulai dari kemacetan lalulintas sampai ke kriminal. Lebih jauh, kota kontemporer juga sering disebut sebagai pusat informasi yaitu; melalui jaringan keberadaaan universitas-universitas, kompleks-kompleks perkantoran, perpustakaan, bank-bank data, transmisi telekomunikasi, jaringan pos, dan komunikasi antar individu yang dilakukan di kota. Beberapa keuntungan dari kota konsentrator adalah:
1. sebagai tempat bagi percampuran beragam genetika.
2. sebagai tempat penggunaan energi efisien akibat penggunaan transportasi publik.
(43)
22
3. sebagai tempat penggunaan lahan yang minimal akibat tidak ada sub-sub pusat kota.
4. sebagai tempat penggunaan materi optimal karena perumahan menyediakan beragam kebutuhan ekonomi.
5. sebagai tempat penggunaan air minimal karena rumah-rumah pribadi memiliki halaman tidak luas.
b. Paradigma Biosoma (Biologi, sosial, mesin)
Paradigma ini menekankan kompleksitas alami yang dimiliki suatu kota, yang melibatkan komponen-komponen; biologi, sosial dan mesin yang saling berkaitan di dalam lingkungan kota seperti tampak pada gambar 2.3. Paradigma ini melihat kota sebagai suatu entitas Biologi - Sosial - Mesin. Komponen biologi adalah manusia, dan spesies-spesies lainnya, yang secara bersama akan menghadirkan keseimbangan bagi keduanya. Keseimbangan ini selanjutnya memberi arti bagi keberlanjutan kehidupan seperti misalnya kesenangan manusia atas tumbuhan, burung-burung, dan binatang peliharaan. Komponen sosial termasuk organisasi-organisasi, pemerintah kota, kelompok-kelompok etnis dan informal, keluarga dan lain lain. Komponen mesin termasuk artefak-artefak, mulai dari infrastruktur hingga perumahan, dari industri sampai kendaraan-kendaraan, komputer sampai ke pakaian. Sedangkan lingkungan adalah termasuk udara, air, dan tanah. Semua perbedaan kapabilitas dari komponen-komponen biosoma menawarkan beragam kemungkinan dalam penanganan tantangan-tantangan kota berkelanjutan.
(44)
23
Bio So Ma
Manusia Spesies lainnya
Organisasi-organisasi: Pemerintah
Bisnis Kesehatan Keluarga Agama Budaya
Perumahan Infrastruktur Transportasi Listrik, air, telepon ...
Dlsbnya
Gambar 2.3 Komponen-komponen bio-so-ma
Sumber: Bugliarello, 2006.
Kedua paradigma dimaksud, yaitu “konsentrator” dan “biosoma” melahirkan pertanyaan tentang masa depan kota-kota dunia seperti; bagaimana konsekuensi-konsekuensi bio-sosial dari konsentrator. Semakin besar peran kota sebagai konsentrator, semakin penting untuk diperhatikan tentang dampaknya terhadap alam dan kehidupan yang berkelanjutan. Apakah, misalnya peran konsentrator yang ekstrim dari suatu kota akan mempengaruhi keseimbangan bio-sosial seperti misalnya, individualitas. Apakah tingginya tingkat efisiensi penggunaan energi suatu kota konsentrator, misalnya karena transportasi massal, bangunan tinggi, rumah ramah lingkungan, ruang terbuka hijau, menjadi faktor
(45)
24
penting dalam usaha mengurangi efek gas rumah kaca (GRK) yang berasal dari emisi CO2 dan pemanasan global?
2.3. Ekosistem Kota
Usaha-usaha untuk memahami interaksi antara pengembangan suatu kota dan perubahan lingkungan melahirkan konsep model kota sebagai suatu ekosistem, yang mana didalamnya termasuk alam dan manusia, dalam konteks lingkungan binaan manusia (Douglas, 1983; Odum, 1997) . Ahli lingkungan menggambarkan kota adalah sebagai “heterotrophik ekosistem”. Heterotrophik ekosistem adalah ekosistem dimana kebutuhan energi dan kebutuhan-kebutuhan makanannya sangat tergantung dari daerah diluar batas-batasnya (Firth, 2008). Ekosistem kota terdiri dari beberapa sub-sistem yang saling terkait baik – sosial, ekonomi, kelembagaan, lingkungan. Setiap sub-sistim memiliki sistem yang kompleks serta mempengaruhi sub-sistem lain secara struktural dan fungsional di berbagai tingkatan.
Beberapa faktor yang menambah kompleksitas sistem antara lain; pertama, dampak proses industri kontemporter dimana banyak jenis material yang digunakan belum diketahui apakah berbahaya. Sering terjadi yang dulu dianggap punya nilai lingkungan baik ternyata merusak lingkungan. Kedua, kota-kota dengan pertumbuhan ekonomi yang cepat menghadapi transisi sosial, ekonomi dan budaya, sudah tentu pula menghadirkan tantangan lingkungan bagi masyarakat pendapatan rendah, menengah, tinggi secara bersamaan. Ketiga, ketika tuntutan desentralisasi dipacu untuk tujuan memindahkan tanggung jawab penanganan lingkungan kota dari pusat ke daerah, dalam banyak kasus tidak disertai dengan penyerahan kemampuan keuangan kepada pemerintah daerah.
(46)
25
Situasi ini, memaksa pemerintah daerah secara keliru mencari dana dari sektor swasta dengan privatisasi menangani utilitas kota. Keempat, lebih banyak pihak terlibat atau berkeinginan untuk dilibatkan, menciptakan situasi politik yang kompleks dalam pembuatan keputusan pengembangan lingkungan kota. Ini termasuk, misalnya, pemangku kepentingan lokal dan perusahaan utilitas asing yang menawarkan jasa untuk pengadaan infrastruktur kota (UNU/IAS Report, 2003).
Pengembangan suatu kota sangat menentukan struktur dari ekosistem kota dan secara signifikan akan mempengaruhi fungsi ekosistem alam melalui (UNU/IAS Report, 2003):
(a) konversi lahan dan transformasi bentang alam; (b) pemanfaatan sumber daya alam;
(c) pelepasan gas-gas emisi dan sampah-sampah.
(d) penyediaan berbagai jasa penting bagi populasi manusia di kota.
(e) perubahan lingkungan; skala lokal, regional dan global – seperti kontaminasi pada daerah tangkapan air, hilangnya keaneka-ragaman hayati, dan perubahan iklim yang mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan manusia.
(f) strategi pengelolaan.
Beberapa aktifitas mungkin memiliki dampak lingkungan dominan pada bagian kecil kota, lainnya mempengaruhi ekosistem dengan skala sangat luas ukurannya (McGranahan et al., 2001). Ada terdapat 3 (tiga) kategori umum dengan skala geografi berbeda menggambarkan ekosistem kota berkaitan dengan
(47)
26
aktifitas kota dan hubungannya dengan faktor-faktor sosial dan faktor-faktor bio-fisik:
1. Ekosistem-ekosistem kota: cakupan fokusnya pada: taman-taman kota, ”wildlife” pada taman kota, pertanian kota, perumahan (Fitpatrick, 2000; LaGory, 2000).
2. Kota sebagai ekosistem: melihat kota sebagai konsumer dan pengguna sumber daya serta sekaligus penghasil produk limbah. Kota dipandang sebagai organisma yang memiliki proses metabolis dengan input-output yang dapat diukur, dan informasi ini sangat penting untuk membuat kebijakan-kebijakan ekonomi publik misalnya; mengatasi kekurangan air, polusi udara dan lain-lain ( Wolman, 1965).
3. Kota-kota didalam Ekosistem Regional dan Global: Pertengahan tahun 1980 kota-kota secara cepat terhubungkan satu sama lain melalui: aliran barang-barang, jasa-jasa, investasi, keuangan, manusia dan pengetahuan. Pada saat bersamaan kota-kota dunia adalah juga dipengaruhi dan cepat mempengaruhi ekosistem dimana-mana dengan skala yang besar (Sassen, 1991).
Ketiga kategori ekosistem kota diatas digunakan sebagai awal bagi pembentukan kerangka kerja untuk menganalisa isu-isu lingkungan kota. Dari tabel 2.1 dikembangkan untuk membantu membatasi satu aspek penting tentang bagaimana penelitian tentang ekosistem kota dapat dilaksanakan. Dari tabel dapat ditentukan parameter-parameter yang membentuk dasar bagi pengujian dengan membagi berbagai skala dampak aktifitas kota pada tingkat sosial dan ekonomi yang berbeda. Selanjutnya, tabel menggunakan
(48)
“Driving-Force-Pressure-State-27
Impact-Response” (DPSIR) framework, yang memberi secara menyeluruh
mekanisma untuk menganalisa masalah-masalah lingkungan, dan membantu mengorganisasikan data serta menyeleksi indikator-indikator (UNU/IAS Report, 2003).
Sistem Manusia
Manusia adalah merupakan penggerak sangat menentukan dalam dinamika ekosistem kota. Gaya penggerak utama manusia adalah demographi, organisasi sosial-ekonomi, struktur politik dan teknologi. Perilaku manusia yang menjadi dasar bertindak bagi gaya pergerak tersebut secara langsung mempengaruhi penggunaan tanah dan kebutuhan dan penyediaan berbagai sumber daya (Turner, et al., 1985).
Tabel 2.1 Kerangka kerja mempelajari skala gangguan lingkungan kota
D = Driving Forces: industri dan sistem transportasi; P = Pressures of the environment: polusi; S = State of the Environment: kualitas dari udara, air dan tanah;
I = Impacts: semua polusi terjadi pada kesehatan manusia dan ekosistem; R = Responses: berbagai kebijakan mengurangi dampak-dampak lingkungan di atas.
Sumber:UNU/IAS Report, May 2003.
Dalam konteks perumahan kota, gaya ini secara bersama mempengaruhi distribusi ruang sebagai akibat dari berbagai aktifitas yang terjadi, akhirnya
(1)
Huang, S. L., Wong, J. H., and T. C. Chen. 1998. “A framework of indicators system for measuring Taipei's urban sustainability”, Landscape and Urban Planning 42, 15 – 27.
Hussey, J. and Hussey, R. 1997. Business Research: A Practical Guide for Undergraduate and Postgraduate Students, London, Macmillan.
[Indonesia] 2005. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman Departemen Pekerjaan Umum, Kontribusi Kebijakan Penataan Ruang Kota terhadap Emisi CO2 di Kawasan Perumahan Perkotaan.
[Indonesia] 2005. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman Departemen Pekerjaan Umum, Penghijauan sebagai Pereduksi CO2 di Perumahan. [Indonesia] 2007. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman Departemen
Pekerjaan Umum, Keterkaitan Penyelenggaraan Bangunan dengan Emisi CO2.
[Indonesia] 2007. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman Departemen Pekerjaan Umum.: Model Rancangan perumahan dan permukiman Perkotaan 2100 ( UH S 2100) dengan Emisi CO2 rendah, http://sim.nilim.go.jp. Di akses tanggal 20 April 2010.
Jabareen, Y. R. 2006. Sustainable Urban Forms, Their Typologies, Models, and Concepts, Journal of Planning Education and Research.
Jenks, M., Burton, E., and K. Williams. 1996. The Compact City: A Sustainable Urban Form?, Spon, London.
Jhonson, G.. Scholes, K., and R.W. Sexty. 1989. Exploring Strategic Management, Prentice-Hall, Scarborough, Ont.
Jordan, D. And T. Horan. 1997. Intelligent Transportation Systems and Sustainable Communities Findings of a National Study, paper presented at the Transportation Research Board 76th annual meeting, Washington, DC, January 12-16.
Kamp, I., Leidelmeijer, K., Marsman, G., and A. Hollander. 2003. “Urban environmental quality and Human well-being towards a conceptual framework and demarcation of concepts: a literature Study”, Landscape and Urban Planning 65, 5 – 18.
Kaplan, D. 2000. Structural Equation Modeling, Sage, London.
Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP) tahun 2002, BAB V B, Agenda Global Bidang Perumahan dan Pemukiman.
Keil, R., Wekerle, G.R., and D. V. J. Bell. (eds). 1996. Local Places in the Age of the Global City, Black Rose Books, NY, London.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan hidup No. Kep-02/MENKLH/I/1988, Tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan.
(2)
Klunder, G. The search for the most eco-efficient strategis for sustainable housing construction; Dutch lessons, Delf University Of Technology, dapat di akses dari [email protected]
Knudstrup, M.A., Hansen, H.T.R., and C. Brunsgaard 2009. Approaches to the Design of Sustainable Housing with Low CO2 Emission in Denmark, Renewable Energy, 34 (2009), 2007-2015.
Kobayashi, H. 2010. Pengukuran Emisi CO2 di Sektor Permukiman Perkotaan,
http://sim.nilim.go.jp/[email protected] akses 26 Agustus 2010.
Lawrence, R. J. 2000. Sustaining Human Settlement: A Challenge for the New Millennium, The Urban International Press, North Shields.
Leonard, A. Jason, et al. 2004. Participatory Community Research: Theories and Methods in Action, American Psychological Association, Washington, DC. Lippsmeier, D. 1997. Bangunan Tropis, alih bahasa Syahmir Nasution, Airlangga,
Jakarta.
Llewelyn-Davies, 2000. Sustainable Residential Quality - Exploring the Housing Potential of Large Sites, London Planning Advisory Committee, London. Loh, C., Stevenson, A., and S. Tay. 2008. Climate Change Negotiations: Can
Asia Change the Game, Hongkong.
Lohani, B.N. 1981. Enviromental Quality Management, Environtmental Engineering Design, Asian Institute of technology, Bangkok, Thailand.
Lynch, K. 1962. Site Planning, MIT Press, Cambridge, MA. Lynch, K. 1981. Good City Form, MIT Press, Cambridge, MA.
McGranahan, et al. (2001). The Citizens at Risk: From Urban Sanitation to Sustainable Cities, London: Earthscan Publications.
Mc Naughton, S. J., and L. L. Wolf. 1979. General Ecology, Saunders College Publishing.
Miles, M.B. and A. M. Huberman. 1984. Qualitative Data Analysis: A Sourcebook of New Methods, Newbury Park, CA, Sage.
Mitchell, B., Setiawan, B., and D. H. Rahmi. 2007. cetakan ketiga, Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Montgomery, R., Stern, R., Cohen, B., H. E. Reed. 2003. Cities transformed:
demographic change and its implications in the developing world, Washington, DC: The National Academic.
Muhammadi, A. E., and B. Soesilo. 2001. Analisis Sistem Dinamis, UMJ Press, Jakarta.
(3)
Murdiyarso, D. 2007. Protokol Tokyo: Implikasinya Bagi Negara Berkembang, Penerbit Buku Kompas, Jakarta.
Nijkamp, P. 1990. “Multicriteria analysis: a decision support system for sustainable environment Management”, in Economy and Ecology: Toward a Sustainable Development , Ed. F. Archibugi, P. Nijkamp, (Kluwer Academic, Dordrecht) pp 203 – 220.
Octaviana, C.Y., Sudjono, P., and Dewi, I.K. 2007. Analyses on Life in Kampong Naga to Deduce Policy on Carbon-Dioxide Emitted from House Contruction, Lab. Of Computational Mechanics on Environmental System, Dept. Of Environmental Engineering Bandung Institute of Technology.
Odum, E.P. 1997. Ecology: A Bridge between science and society, Sinauer, Sunderland.
Openshaw, S. 1995. “Human systems modeling as a new grand challenge area in science: What Has happened to the science in the social science?”, Environment and Planning A 27: 159-164.
Polese, M., Stren, R. eds 2000. The Social Sustainability of Cities: Diversity and Management of Change, University of Toronto Press, Toronto.
Priemus, H. 2005. How To Make Housing Sustainable? The Dutch Experience, Environment and Planning: Planning and Design, 2005 vol. 32, pp. 5-19. Pringgoseputro, S., Srigandono, B. 1990. Ekologi Umum, ed. kedua, Gajah Mada
University Press, Yogyakarta.
Ratcliffe, J. 1974. An Introduction to Town and Country Planning 2nd ed., Hutchinson & Co., London.
Rapoport, A. 1977. Human Aspects of Urban Form: Towards A Man- Environment Approach to Urban Form and Design, Oxford, Pergamon Press.
Rapoport, A. 1982. The Meaning of The Built Environment : A Non verbal Communication Approach, Sage.
Ridwan, J. and A. Sodik. 2008. Hukum Tata Ruang Dalam Konsep Kebijakan Otonomi Daerah, Penerbit Juanda, Bandung.
Robert, D. and N. Dorfman. eds. 1977. Economics of the Environment, W.W. Norton & Company, NY.
Rossi, A. 1982. The Architecture of The City, The MIT Press, London.
Rowley., D.J. 2003. Strategic Approach to Urban Management, dapat di akses dari: http://www.dola.go.th/web-pages/m03130000/ResourceBookEn/
Santamouris, M., and D. Asimakopoulus. 1996. Passive Cooling of Buildings, James and James, London.
(4)
Scoffham, E. and B. Vale. 1996. “How compact is sustainable, how sustainable is compact?”, in The Compact City: ASustainable Urban Form?, Eds M. Jenks, E. Burton, K. Williams, Spon, London, pp. 66 – 73.
Senior, M. L., Webster, C. L, and N. E. Blank. 2004. “Residential preferences versus sustainability cities”. Town Planning Review 75, 337 – 357.
Seo, S. and Y. Hwang. 2001. “Estimation of CO2 Emission in Life Cycle of Residental Building”. Journal of Construction Enginerering and Management, Vol. 127, No.5,414-418.
Shen, L.Y., Tam, W.Y.V, Tam, L., and Y. B. Ji. 2010. Project Feasibility Study: The Key to Successful Implementation of Sustainable and Socially Responsible Contruction Management Practice. Journal of Cleaner Production 18 (3), 254-259
Siahaan, N.H.T. 2004. Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, edisi kedua, Penerbit Erlangga.
Siahaan, N. 2009. Conceptual Framework to Achieve Sustainable Outcomes (for Economic Development in the Region Affected by Natural Disaster), Proceedings of International Conference on Natural and Environmental Sciences 2009. “Understanding Disaster and Environmental Issues with Science and Engineering towards Sustainanble Development”.
Siahaan, N., Syahrin, A., Sudjono, P., and D. Aulia. 2011. Controlling Residential Supporting Environment System To Reduce CO2 Emissions In Urban Housing, Proceedings of The 4th ASEAN Civil Engineering Conference, Yogyakarta.
Simanungkalit, P. 2009. 23 Tahun (1986-2009) Jejak dan Pemikiran Panangian Simanungkalit, Gibon Group Publications, Jakarta.
Siregar, D.D. 2004. Manajemen Aset: Strategi Penataan Konsep Pembangunan Berkelanjutan Secara Nasional Dalam Konteks Kepala Daerah sebagai CEO’s pada Era Globalisasi & Otonomi Daerah, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, p.238.
Siregar, M. J. 2008. Menghadapi Kompleksitas Masalah Perumahan Rakyat,
http://www.apersiriau.org/index.php?
w=article%3B&catid=49%3Aopini&id=255%3A&Itemid=94
Stewart, J. 2005. Room to Move?: Reconciling Housing Consumption Aspirations and Land Use Planning, House Builders Federation, Byron House, 7 - 9 St James's Street, London, SW1A1DW.
Suganda, H. 2006. Kampung Naga Mempertahankan Tradisi, PT Kiblat Buku Utama, Bandung.
(5)
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, CV. Alfabeta, Bandung.
Suprijanto, I. 2004. Reformasi Kebijakan dan Strategi Penyelenggaraan Perumahan dan Permukiman, Dimensi Teknik Arsitektur, vol.32, no. 2, Desember: 161-170.
Suhedi, F. 2007. Emisi CO2 dari Konsumsi Energi Domestik, makalah Seminar Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman.
Syahrin, A. 2003. Pengaturan Hukum dan Kebijakan Pembangunan Perumahan dan Permukiman Berkelanjutan , Pustaka Bangsa Press, Medan, p. 8.
TAP MPR No.IV/MPR/1999 tentang GBHN Tahun 1999-2004, Bab II.
Thinh, N. X., Arlt, G., Heber, B., Hennersdorf, J., and I. Lehmann. 2002. “Evaluation of urban land-use structures with a view to sustainable development”, Environmental Impact Assessment Review 22, 475 – 492. Tiesdell, S. Oc. T., and T. Heath. 1996. Revitalizing Historic Urban Quarters,
Architectural Press, London.
Tunas, D., and A. Peresthu. 2010. The Self-help Housing in Indonesia: The Only Option for The Poor, Habitat International 34 (2010) 315-322, Elsevier. Undang-Undang Republik Indonesia No.1 Tahun 2011, Tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman.
Undang-Undang Republik Indonesia no.32 tahun 2009, tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
[UNICEF]- Millenium Goals, http://www.unicef.org/mdg/index.html, 18 Juli 2008.
United Nation Centre for Human Settlements (Habitat), Tools to Support Participatory Urban Decision Making, dapat di akses dari:
http://ww2.unhabitat.org/campaign/governance
Urban Ecosystem Analysis: Identifying Tools and Methods, UNU/IAS Report, May 2003.
van der Waals, J. F. M. 2000. “The compact city and the environment: a review”, Tijdschrift voor Economische en Sociale Geografie 91,111 – 121.
Vaze, P. (2009). The Economical Environmentalist, Earthscan, London. Wackernagel, N. and W.E. Ress. 1996. Our Ecological Footprint: Reducing
Human Impact on the Earth, New Society Publishers, Gabriola Island, BC. Walker, L. and R. William. 1997. Urban Density and Ecological Footprints – An
Analysis of Canadian Households” Eco-City Dimensions: Healthy Communities, Healthy Planet, Ed. Mark Roseland, 1997.
(6)
Wheeler, S.M.(2002. Contructing Sustainable Development / Safeguarding Our Common Future: Rethinking Sustainable Development, Journal of The American Planning Association 68 (1): 110-11.
Wolman, A. 1965 The Metabolism of Cities” in Cities, New York, Scientific America.
[World Commission of Environment and Development] 1987, Our Common Future, Oxford University Press.
[WWF International], 2007, Global Climate Change Programme,
www.panda.org/climate.
YIP, Stanley, C.T. 2008. “Planning for Eco-Cities in China: Visions, Approaches and Challenges”, Paper disajikan pada Kongres 2008 ISOCARP ke 44.
YIP, Stanley, C.T. 2009. “Towards A New Paradigm in Development Control”, Paper disajikan pada Kongres 2009 ISOCARP ke 45.
Yoshinori, F., Hiroshi, M., and C. S. Ho. 2009. Assessment of CO2 emissions and resource sustainability for housing construction in Malaysia, International
Journal of Low-Carbon Technologies 2009, 4, 16–26.
Young, O.R. 1999. Is Enforcement the Achilles’ Heel of International Regimes?,
GOVERNANCE IN THE WORLD AFFAIRS, 79-107.
Zhang, X., Shen, L., and Y. Wu. 2011. Green Strategy for Gaining Competitive Advantage in Housing Development: a China Study, Journal of Cleaner Production 19 (2011) 157-167, Elsevier.
Zerah, M. H. 2007. Conflict Between Green Space Preservation and Housing Needs: The Case of the Sanjay Gandhi National Park in Mumbai, Cities, Vol.24, No. 2, p. 122-132, 2007, Elsever.
Zubaidah, S.K. 2005. Lokakarya Faktor-Faktor Penentu Emisi CO2 Pada Perumahan dan Permukiman Perkotaan, Bandung