Konsep Model Evaluasi Model

Tabel 2 Konsumsi energi gas alam sektor industri Kota Bogor Tahun Konsumsi energi m 3 2008 306 289 649 2009 348 339 998 2010 395 450 482 2011 435 704 404 2012 446 435 350 Sumber: Perum Gas Negara Cabang Bogor dalam BPS Kota Bogor Gambar 4 Submodel industri

4.3.3 Submodel Transportasi

Pada submodel emisi transportasi tersusun dari empat jenis kendaraan sebagai penghasil emisi CO 2 , yaitu sepeda motor, mobil bensin, mobil diesel, dan bis. Setiap jenis kendaraan memiliki laju jumlah kendaraan dan konsumsi energi spesifik masing-masing. Hal tersebut menentukan besarnya stok jumlah kendaraan dan emisi yang dihasilkan. Spesifikasi submodel ini dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Spesifikasi submodel transportasi Kota Bogor Jenis kendaraan Jumlah unit Laju jumlah kendaraan per tahun Konsumsi energi spesifik lttahununit Nilai kalor TJlt Faktor emisi CO 2 kgTJ Mobil bensin 17 112 12.4 1 813.2 33 ∙ 10 -6 69 300 Mobil diesel 2 935 11.4 2 320.7 34 ∙ 10 -6 74 100 Bis 142 -5.5 4 263.6 34 ∙ 10 -6 74 100 Sepeda motor 55 444 1.8 550.8 33 ∙ 10 -6 69 300 Sumber: BPS Kota Bogor, Boer et al. 2012, dan BPPT 1993 dalam Sugiyono 2000 Gambar 5 Submodel transportasi

4.3.4 Submodel Pemakaian Listrik dan Gas alam

Energi yang dimanfaatkan oleh penduduk selain bahan bakar minyak BBM adalah listrik dan Liquid Petroleum Gasses LPG. Laju penggunaan kedua jenis sumber energi tersebut berbeda. Laju penggunaan listrik di Kota Bogor diasumsikan meningkat 3.7 per tahun, sedangkan konsumsi LPG menurun 2.8 per tahun. Emisi yang dihasilkan dari konsumsi LPG sebesar 2.43 ∙ 10 -3 tonm 3 Boer et al. 2012. Berbeda dengan LPG, emisi CO 2 dari kegiatan produksi listrik adalah 586 ∙ 10 -3 tonKWh dari rata-rata berbagai sumber bahan bakar dan pembangkit listrik Wulandari et al. 2013. Gambar 6 Submodel pemakaian listrik dan gas

4.3.5 Submodel Rumah Tangga

Banyaknya sampah rumah tangga dihitung berdasarkan populasi penduduk Kota Bogor. Semakin tinggi populasi penduduknya maka semakin banyak pula sampah yang dihasilkan. Jumlah penduduk Kota Bogor selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 4. Kota Bogor diasumsikan mengalami pertumbuhan penduduk sebesar 2.2 per tahun. Setiap orang menghasilkan sampah 0.1825 tontahun dengan emisi CO 2 per ton sampah sebesar 2.56 ton. Selain sampah, juga dihasilkan CO 2 respirasi yaitu 0.365 tonorangtahun Rushayati 2012. Tabel 4 Jumlah Penduduk Kota Bogor berdasarkan jenis kelamin Tahun Laki-laki jiwa Perempuan jiwa Jumlah penduduk jiwa 2008 476 476 465 728 942 204 2009 481 559 464 645 946 204 2010 483 630 466 704 950 334 2011 493 761 473 637 967 398 2012 510 884 493 947 1 004 831 Sumber: BPS Kota Bogor Gambar 7 Submodel rumah tangga

4.3.6 Submodel Peternakan

Emisi yang dihasilkan dari sektor peternakan terdiri dari emisi fermentasi enterik ternak besar dan emisi kotoran hewan ternak besar dan kecil. Fermentasi enterik merupakan proses pemecahan molekul untuk diserap dalam darah. Diasumsikan laju peningkatan atau penurunan jumlah ternak di Kota Bogor setiap tahunnya bersifat tetap. Spesifikasi emisi ternak dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Spesifikasi faktor emisi peternakan Jenis ternak Emisi kotoran ternak kgekortahun Emisi fermentasi enterik kgekortahun Laju jumlah ternak per tahun Sapi perah 713 1 403 -3.7 Sapi pedaging 23 1 081 0.3 Kerbau 46 1 265 25.3 Kuda 50.37 414 -6.1 Kambing 5.06 115 -37.5 Domba 4.6 115 2.6 Babi 161 23 Ayam kampung 0.46 -5.9 Ras telur 0.46 -23.5 Ras potong 0.46 2.8 Itik 0.46 28.9 Sumber: BPS Kota Bogor dan Boer et al. 2012 Gambar 8 Submodel emisi peternakan

4.3.7 Model Penyerapan Emisi CO

2 Model penyerapan emisi CO 2 merupakan inti dari pemodelan yang dibuat. Model ini menggambarkan keseluruhan sistem penyerapan CO 2 Kota Bogor. Emisi CO 2 dari berbagai sektor dan diakumulasikan ke dalam variabel emisi CO 2 kota. Emisi tersebut akan menambah CO 2 kota sesuai dengan laju tiap sektor dan akan terkurangi sebesar serapan CO 2 kota. Transfer materi material transfer dalam model ini berupa transfer emisi CO 2 . Variabel emisi CO 2 kota dipengaruhi oleh emisi dari masing-masing sektor, sehingga disebut juga auxiliary variable. Variabel emisi dari masing-masing sektor tersebut dalam model ini disebut juga driving variable , karena mempengaruhi CO 2 kota tetapi tidak berlaku sebaliknya. Gambar 9 Model penyerapan emisi CO 2

4.4 Evaluasi Model

Model yang dibuat perlu dievaluasi untuk mengetahui kesesuaiannya dengan dunia nyata. Terdapat tiga tahapan evaluasi model yaitu mengevaluasi kelogisan model, kesesuaiannya dengan konsep model, dan perbandingan dengan data aktual Purnomo 2012. Tahap pertama dan kedua evaluasi, mengambil contoh emisi CO 2 transportasi. Evaluasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 6 yaitu hubungan antara jumlah kendaraan dengan emisi CO 2 yang dihasilkan. Berdasarkan tabel tersebut semakin banyak jumlah kendaraan maka emisinya juga semakin tinggi, maka model dapat dikatakan logis dan sesuai konsep. Tabel 6 Hubungan jumlah kendaraan dan emisi yang dihasilkan Tahun Jumlah roda 2 unit Emisi roda 2 ton 2012 55 444 7 208 2013 56 442 7 337 2014 57 458 7 470 2015 58 492 7 604 2016 59 545 7 741 Sumber: Data simulasi Pada penelitian ini, evaluasi model tahap ketiga dilakukan dengan contoh data penduduk Kota bogor. Perbandingan data penduduk berdasarkan simulasi dengan data aktual Badan Koordinasi dan Penanaman Modal BKPM dapat dilihat pada Gambar 10. Terlihat bahwa grafik yang terbentuk antara data simulasi dan data nyata tidak berbeda jauh. Maka dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil evaluasi, model dapat mewakili kondisi kenyataan di lapangan. Sumber: Data simulasi dan http:regionalinvestment.bkpm.go.idnewsipididdemografipenduduk [diunduh pada 27 Oktober 2014] Gambar 10 Perbandingan jumlah penduduk nyata dan simulasi

4.5 Penggunaan Model

Model yang dibuat digunakan untuk mengatasi permasalahan emisi CO 2 kota, khususnya Kota Bogor. BAPPEDA 2012 menyatakan bahwa terdapat 8 unsur Program Pengembangan Kota Hijau P2KH yaitu green planning and design, green open space, green waste, green energy, green building, green community , green transportation, dan green water. Kota Bogor mengutamakan 3 unsur yaitu green planning and design, green open space, dan green community. Pada penelitian ini dikembangkan 5 tahapan upaya pengurangan emisi CO 2 selain 3 unsur P2KH tersebut. Skenario yang dikembangkan diantaranya mempertahankan RTH, pengelolaan sampah organik, substitusi energi rumah tangga, substitusi bahan bakar kendaraan bermotor, dan penghijauan. Skenario tersebut kemudian dapat dibandingkan dengan kondisi sekarang dan digunakan sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan publik. 4.5.1 Kondisi Awal Emisi CO 2 Kota Bogor Business as Usual Sebelum dibuat skenario-skenario mitigasi emisi CO 2 Kota Bogor, dilakukan simulasi kondisi awal terlebih dahulu atau disebut juga business as usual BAU. Hasil perbandingan antara emisi CO 2 dan serapan CO 2 Kota Bogor dapat dilihat pada Gambar 11. Berdasarkan model yang dibuat terlihat bahwa terdapat gap yang sangat tinggi antara emisi CO 2 kota dan serapannya. Besarnya emisi CO 2 Kota Bogor tahun 2012 adalah 2 536 861 ton dan mencapai 20 027 878 ton pada tahun 2042, sedangkan serapan CO 2 Kota Bogor di tahun 2012 sebesar 113 893 ton dan menurun hingga 93 844 ton pada tahun 2042. 12:05 PM Sun, Nov 16, 2014 Page 1 2012 2020 2027 2035 2042 Tahun 1: 1: 1: 2: 2: 2: 10000000 20000000 1: Serapan CO2 kota 2: Emisi CO2 kota 1 1 1 1 2 2 2 2 Gambar 11 Perbandingan emisi CO 2 dan Serapan CO 2 Kota Bogor pada kondisi business as usual

4.5.2 Skenario Tahap I: Mempertahankan Luas Minimum RTH

Skenario ini mempertahankan luas minimum RTH Kota Bogor yaitu 30 dari luas kota. Luas Kota Bogor adalah 11 850 ha BAPPEDA 2010, maka luas minimal RTH kota seluas 3 550 Ha. Konversi RTH harus dihentikan apabila sudah mendekati angka tersebut. Berdasarkan skenario tahap I ini, mulai tahun 2017 luasan RTH dipertahankan 3 582 ha dengan serapan CO 2 sebesar 67 260 ton. Serapan CO 2 Kota Bogor menjadi sekitar 110 000 ton setelah ditambahkan dengan serapan CO 2 lahan terbangun. Berdasarkan skenario ini, laju pembangunan pada tahun 2017 ke depan hanya sebesar laju konversi tanah terbuka yaitu 9.8 per tahun. Dengan demikian, pemerintah kota dianjurkan untuk mempersiapkan tempat tinggal yang berkembang vertikal seperti apartemen atau rumah susun dan menekan pertumbuhan penduduk. Hasil dari skenario ini dapat dilihat pada Gambar 12. 11:16 AM Sun, Nov 16, 2014 Page 1 2012 2020 2027 2035 2042 Tahun 1: 1: 1: 2: 2: 2: 90000 105000 120000 1: Serapan CO2 kota BAU 2: Serapan CO2 kota skenario 1 1 1 1 2 2 2 2 Gambar 12 Perubahan serapan CO 2 tutupan lahan tontahun setelah upaya mempertahankan luas RTH minimum

4.5.3 Skenario Tahap II: Pengelolaan Sampah Organik dan Kotoran Ternak

Pengelolaan sampah organik dan kotoran ternak termasuk dalam P2KH yaitu green waste. Berdasarkan kondisi umum Kota Bogor dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD Kota Bogor, 70 sampah yang dihasilkan berupa sampah organik dan 30 sampah anorganik. Skenario ini diterapkan dengan mengolah 70 sampah penduduk dan 100 kotoran ternak besar menjadi biogas. Setiap harinya seekor sapi dapat menghasilkan 20 kg kotoran yang dapat diproduksi menjadi 0.36 m 3 biogas BPTP Bali 2011. Pada pengolahan sampah menjadi biogas, setiap ton sampah menghasilkan 40 m 3 biometan atau setara dengan 9.72 m 3 LPG Ananthakrishnan et al. 2013. Perubahan emisi CO 2 peternakan setelah pengelolaan sampah organik dan kotoran ternak dapat dilihat pada Gambar 13. 4:36 PM Fri, Sep 26, 2014 Page 1 2012 2020 2027 2035 2042 Tahun 1: 1: 1: 2: 2: 2: 35000 70000 1: Emisi peternakan BAU 2: Emisi peternakan skenario 1 1 1 1 2 2 2 2 Gambar 13 Perubahan emisi peternakan setelah pengelolaan sampah organik dan kotoran ternak Emisi peternakan setelah pengelolaan sampah organik menurun 98 pada akhir simulasi. Hal ini dikarenakan emisi ternak yang terhitung hanya emisi ternak kecil dan emisi enterik ternak besar. Pada tahun 2042 simulasi, emisi peternakan yang dihasilkan sebelum penerapan skenario sebesar 160 128 ton CO 2 dan menurun hingga 3 551 ton CO 2 setelah penerapan skenario. Emisi rumah tangga mengalami penurunan 41 pada akhir simulasi. Emisi rumah tangga pada tahun 2042 sebelum skenario diterapkan sekitar 1.5 juta ton CO 2 dan menjadi 925 000 ton CO 2 setelah skenario diterapkan. Perbandingan emisi rumah tangga sebelum dan sesudah pengolahan sampah dapat dilihat pada Gambar 14. 4:36 PM Fri, Sep 26, 2014 Page 1 2012 2020 2027 2035 2042 Tahun 1: 1: 1: 2: 2: 2: 400000 1200000 2000000 1: Emisi rumah tangga BAU 2: Emisi rumah tangga skenario 1 1 1 1 2 2 2 2 Gambar 14 Perubahan emisi rumah tangga setelah pengelolaan sampah organik dan kotoran ternak